Minggu, 09 September 2012

KARAKTERISTIK DAN TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

KARAKTERISTIK DAN TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN

A.     KARAKTERISTIK BERMAIN
Dengan mengenali karakteristik bermain anak, kita akan lebih peka dan lebih tanggap lagi menilai tentang kegiatan bermain yang diprogramkan dalam satuan kegiatan harian (SKH) sesuai dengan ciri-ciri bermain anak sehingga dapat membuat penilaian bermain terhadap anak yang valid, adil dan dapat mengukur kompetensi anak secara individual.

B.     KARAKTERISTIK BERMAIN ANAK
1.    Bermain adalah Sukarela
Karena didorong oleh motivasi dari dalam diri seseorang sehingga akan dilakukan oleh anak apabila hal itu betul-betul memuaskan dirinya, bukan karena iming-iming hadiah atau karena diperintah oleh orang lain. Jadi, permainan yang dilakukan anak adalah suatu kepuasan tersendiri karena tidak harus memnuhi tuntutan atau harapan dari luar, anak-anaklah yang menentukan perannya sendiri dalam bermain.
2.    Bermain adalah pilihan anak
Anak-anak memilih secara bebas sehingga apabila seorang anak dipakasa untuk bermain, sekali pun mungkin dilakukan dengan cara yang halus maka aktivitas itu bukan merupakan aktivitas dan bukan lagi bukan lagi kegiatan bermain atau non play.
3.    Bermain adalah permainan yang menyenangkan
Anak-anak merasa gembira dan bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, bukan menjadi tegang atau stress. Bermain yang menyenangkan merupakan syarat mutlak dalam melakukan kegiatan di TK.
4.    Bermain adalah simbolik
Melalui kegiatan bermain anak akan mampu menghubungkan pengalaman mereka dengan kenyataan sekarang, misalnya berpura-pura menjadi orang lain, anak-anak akan bertingkah laku seperti yang diperankannya.
5.    Bermain adalah aktif melakukan kegiatan

Dalam bermain anak-anak bereksplorasi, bereksperimen, menyelidiki dan bertanya tentang manusia, benda-benda, kejadian atau peristiwa.

Fakta-fakta yang berpengaruh terhadap kegiatan bermain anak adalah:
a.    Motivasi
Kegiatan bermain dapat berlangsung dengan baik apabila dilandasi motivasi yang kuat yang berasal dari diri anak itu sendiri, tanpa paksaan dari siapa pun.
b.    Lingkungan yang menunjang
Lingkunagn yang kurang memadai fasilitasnya, tidak aman dan tidak menyenangkan, akan menyebabkan ruang gerak bermain bagi anak terbatas. Oleh sebab itu agar anak dapat bermain dengan leluasa maka perlu disediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukung keinginan dan aktivitas bermain anak.
c.    Perilaku anak dalam bermain
Melalui bermain anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan dari dalam diri yang tidak mungkin terpuaskan dalam kehidupan nyata. Bila anak dapat menyalurkan perasaan tegang, tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul dari dalam dirinya, setidaknya membuat anak lega dan relaks akan mengubah perilaku yang negatif menjadi positif.

C.     PERAN GURU DALAM KEGIATAN BERMAIN
1.    Pengamatan guru terhadap kegiatan bermain
a.    Cara memainkan alat bermain atau permainan.
b.    Sikap anak waktu bermain, aktif atau diam saja.
c.    Bermain ikut-ikutan teman atau mengatur/memerintah teman.
d.   Berapa waktu yang digunakan menekuni 1 jenis kegiatan bermain.
e.    Jenis bermain yang sering dipilih atau lebih diminati anak.
f.     Anak bermain sendiri atau bersama teman.
g.    Anak mandiri melakukan kegiatan bermain atau tidak.
h.    Mengalah selalu atau mau menang sendiri.
2.    Ciri-ciri permainan anak yang baik
a.    Anak-anak diberikan kesempatan yang melimpah dan berkesinambungan. Mereka juga hendaknya mendapat banyak kesempatan yang menurut perasaannya nyaman.
b.    Berbagai perbedaan dapat diakomodasikan tantangan yang bersifat positif dapat disertakan guna memungkinkan setiap anak untuk berpartisipasi.
c.    Berbagai hal yang menyangkut kemungkinan timbulnya masalah emosi, sosial dan fisik sudah diperhitungkan.
d.   Tujuan jelas, konsisten dan memungkinkan untuk dicapai.
e.    Evaluasi dilakukan baik secara formal maupun informal dengan pemahaman bahwa akan ada trial and error atau mencoba-coba dan membuat kesalahan.
f.     Kemungkinan adanya kesalahan diakui dan dapat dimaafkan serta ada kesempatan untuk mencoba lagi.
g.    Pengalaman diberikan dalam hal pengendalian diri akan rasa frustasi sementara.
h.    Semua komponen permainan menumbuhkan kemampuan berinteraksi sosial secara positif.

D.     GAMBARAN PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG BERMAIN
Masih terdapat perbedaan dalam pandangan masyarakat, orang tua maupun guru sendiri antara bermain dan bekerja. Saat ini anak-anak dipaksa melakukan lebih banyak instruksi-instruksi guru berupa pekerjaan sekolah yang mengarah kepada fungsi akademis yang terstruktur, dengan meninggalkan sedikit waktu untuk belajar melalui bermain. Banyak guru TK mengatakan bahwa kegiatan bermain hendaknya menjadi pusat dari program kegiatan belajarnya. Namun, mereka merasa ragu-ragu untuk membenarkan alasan kegunaannya dengan apa yang mereka katakan “Bermain adalah pekerjaan anak-anak”, sementara ungkapan ini menyamakan bermain dengan bekerja hal itu juga berarti bahwa bekerja itu serius dan bermain tidak demikian dengan kata lain bermain itu sepele dapat dilakukan dan bila tidak ada masalah.


TAHAPAN PERKEMBANGAN BERMAIN

A.      TAHAPAN BERMAIN
Tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap bermain sebagai berikut :
1.    Tahap manipulatif
Tahap ini dapat dilihat pada anak usia 2-3 tahun. Dengan alat-alat atau benda-benda yang ia pegang, anak melakukan penyelidikan dengan cara membolak-balik, meraba-raba bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apa yang dapat diperbuatnya dengan benda-benda atau alat tersebut.
2.    Tahap simbolis
Anak yang berada pada tahap ini kadang-kadang berbicara sendiri tentang apa yang dibuatnya sesuai dengan fantasinya atau hal-hal yang pernah di lihat di lingkungannya.
3.    Tahap eksplorasi
Pada tahap ini anak sering bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam bermain. kegiatan bermain ini dilakukan berulang-ulang dengan hati yang riang.
4.    Tahap eksperimen
Setelah anak-anak memperoleh pengalaman baru dalam tahap-tahap sebelumnya, mereka mulai melakukan percobaan, yang berarti mereka memasuki tahap eksperimen.
5.    Tahap dapat dikenal
Anak usia 5-6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain ini yaitu membangun membentuk realistis, bentuk-bentuk yang sudah dikenal atau dilihat anak dalam kehidupannya sehari-hari. Bentuk-bentuk yang dibuatnya sudah dapat dimengerti oleh orang lain yang melihatnya karena sudah mendekati bentuk-bentuk yang sesungguhnya. Misalnya membentuk beberapa jenis hewan tiruan dengan plastisin, lalu membuat kebun binatang dengan kandang dari balok.



B.     PERKEMBANGAN KEGIATAN BERMAIN
Perkembangan bermain dalam kaitannya dengan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dan teori Mildred yang mengatakan perkembangan bermain anak dengan perkembangan sosialnya.
1.    Jean Piaget (1992)
Jean Piaget mengemukakan tahap-tahap perkembangan bermain sejalan dengan perkembangan kognitif anak sebagai berikut, yaitu sensory motor play, symbolic play, social play game, sosial play game with rules, serta games dengan aturan dan olahraga.
a.    Sensory motor play (lahir sampai dengan 1,5-2 tahun)
Pembawaan sejak lahir berupa mengisap dan menangis merupakan kegiatan refleks ketika ia belajar mula-mula dengan dunianya. Anak belajar melalui skema-skema alat panca inderanya. Gerakan-gerakan dari yang kebetulan dan sembarangan meningkat kegerakan-gerakan yang lebih disengaja lagi sepanjang tahapannya. Anak mulai mengkoordinasikan fungsi-fungsi penglihatan dan gerak (seperti melihat benda yang menarik kemudian menariknya) dilakukan berulang-ulang karena merasa senang dapat melakukannya.
b.    Symbolic play (bermain simbolik)
Anak usia 2-7 tahun berada dalam tahap perkembangan ini. Bermain simbolik ini merupakan ciri-ciri tahap praoperasional dan yang terjadi sebagai berikut.
1)   Secara bertahap anak mulai makin berbahasa dengan kata-kata baru, seiring bertanya dan menjawab pertanyaan.
2)   Anak-anak ingin sekali belajar dan tidak henti-hentinya bereksplorasi, memanipulasi benda-benda (memainkan dan menggerakkan) serta bereksperimen dengan lingkungannya agar dapat mempelajari lebih banyak hal lagi.
3)   Anak mulai dapat menggunakan berbagai benda-benda sebagai simbol-simbol atau pengganti benda-benda lain dan bermain pura-pura.
4)   Dalam perkembangannya kegiatan bermain simbolik ini akan semakin bersifat konstruktif, dalam arti lebih mendekati kenyataan, merupakan latihan berpikir dan mengarahkan anak untuk menyesuaikan dengan lingkungannya.
c.    Permainan games dengan aturan yang berhubungan dengan perilaku sosial
Tahap permainan ini dilakukan anak-anak berusia antara usia 8-11 tahun, dikenal juga dengan konkrit operasional.
d.   Games dengan aturan dan olahraga (usia 11 tahun keatas)
Bermain itu menyenangkan meskipun ada aturan-aturannya yang ketat dan kaku dibandingkan dengan games yang ada unsur kalah menang, seperti bermain kartu atau bermain kasti.

2.    Pandangan Parten
Menurut parten yang meneliti kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi anak, terhadap 6 tahapan perkembangan bermain yang dapat dilihat dan diamati ketika anak-anak melakukan kegiatan bermain. ia juga mengungkapkan adanya perkembangan kegiatan bermain dari tingkat sederhana sampai dengan tingkat yang tinggi.

Tabel Tingkat Perkembangan Bermain Sosial
Unoccupied
Mengamati kegiatan orang lain. Bermain dengan tubuhnya, naik turun tangga, berjalan kesana kemari tanpa tujuan, bila tidak ada hal yang menarik perhatiannya.
Onlookers (berperilaku seperti penonton atau pengamat)
Mengamati, bertanya dan berbicara dengan anak lain, tetapi tidak ikut bermain. berdiri dari kejauhan untuk melihat dan mendengarkan anak-anak bermain atau bercakap-cakap.
Bermain Solitaire (bermain sendiri)
Bermain sendiri dan tidak terlibat dengan anak lain. Bermain dengan mainannya sendiri merupakan tujuannya.
Bermain paralel
Bermain berdampingan atau berdekatan dengan anak lain menggunakan alat, tetapi bermain sendiri. Tidak menggunakan alat-alat bersama, hanya berdampingan dengan anak lain, tetapi tidak bermain dengannya.

Bermain Associative
Bermain dengan anak lain dengan jenis permainan yang sama. Terjadi percakapan dan tanya jawab serta saling meminjam alat permainan, tetapi tidak terlibat dalam kerja sama.
Bermain kooperatif (group play)
Bermain bersama melakukan suatu proyek bersama, misalnya dalam permainan drama.


3.    Pandangan Hurlock
Menurutnya perkembangan bermain terjadi melalui tahapan sebagai berikut:
a.    Tahap Eksplorasi
Bila anak-anak diberikan benda atau alat yang baru dikenalnya, pertama-tama mereka mencari tahu, mengamati, menyelidiki apa yang dapat dilakukan benda atau alat tersebut.
b.    Tahap Alat Permainan (toy stage)
Usia prasekolah anak bermain dengan mainan dan menganggap dapat berkomunikasi degannya, seperti dengan manusia, anak bercakap-cakap dan dengan boneka yang disebutnya anaknya atau teman sekolahnya.
c.    Tahap Bermain (play stage)
Ditahap ini anak sudah tahu berbagai jenis permainan bersama maupun sendiri dengan alat permainan seperti bermain games, bermain ular tangga dan olah raga.
d.   Tahap Melamun (daydream stage)
Tahap ini anak sudah merasa besar dan tidak cocok lagi dengan bermain mobil-mobilan atau bermain dengan boneka, kecuali boneka empuk dan lucu untuk di peluk-peluk di kamar sambil menghayal dan melamun.

4.    Smilansky (1968) dan Shefatya (1990)
Teori ini merupakan adaptasi tahap perkembangan bermain kognitif dari Piaget dan membagi perkembangan bermain kognitif anak atas empat kategori.
a.    Bermainan Fungsional
Ciri-cirinya adalah sederhana, menyenangkan dengan gerakan berulang-ulang menggunakan alat atau tanpa alat, oleh anak usia sampai 2 tahun. Melalui bermain fungsional atau juga disebut practice play/bermain praktek, anak-anak mulai merasa yakin dan mampu akan tubuh mereka.
b.    Bermain Membangun (konstruktif)
Bermain konstruktif merupakan bentuk permainan aktif dimana anak membangun sesuatu dengan mempergunakan bahan atau alat permainan yang ada semula bersifat reproduktif artinya anak hanya memproduksi objek yang dilihatnya sehari-hari atau mencontoh gambar atau bentuk yang diberikan.
c.    Bermain khayal (dramatic play)
Dalam bermain dramatisasi anak-anak menirukan tindakan-tindakan yang dihubungkan dengan suatu perlengkapan tertentu, belajar berperan seolah-olah mereka adalah seseorang atau sesuatu yang tidak asing lagi bagi mereka. Kegiatan bermain ini mulai muncul pada anak usia prasekolah yang disebut juga tahun emasnya bermain pura-pura pada anak ditaman kanak-kanak sering muncul di area keluarga atau rumah tangga dimana tersedia alat-alat bermain serta perlengkapan lainnya.
d.   Bermain Dengan Aturan
Jenis bermain seperti ini, mengembangkan koordinasi fisik anak, menghaluskan keterampilan sosial dan berbahasa serta membangun konsep kerja sama dan kompetisi atau lomba.



REFERENSI DARI BUKU :
B.E.F Montolalu dan kawan-kawan tahun 2008 dengan judul Bermain dan Permainan Anak. penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar