KONSEP
DAN TEORI TENTANG BELAJAR
Berbagai
teori tentang belajar berkaitan dengan penekanan terhadap pengaruh lingkungan
dan pengaruh potensi sejak lahir. Menurut Cony R. Semiawan, apabila struktur
otak telah ditemukan secara biologis, berfungsinya otak tersebut sangat
dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya. Jadi, apabila lingkungan
berpengaruh positif bagi dirinya, kemungkinan besar potensi tersebut berkembang
mencapai realisasi optimal.
Otak
kita terdiri atas dua belahan.Belahan otak kanan berfungsi menangkap
keseluruhan yang bermakna, kreatif dan imajinatif.Sedangkan belahan otak kiri,
berfungsi untuk mengamati hal-hal yang logis, linier, dan teratur.Jadi, konsep
belajar mengandung implikasi memfungsikan aspek nalar, logis maupun kreatif.
Berikut
beberapa aliran yang berpengaruh di dunia ilmu dalam mengartikan belajar.
A.
Belajar
menurut Visi Behaviorisme
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang percaya
bahwa manusia terutama belajar karena pengaruh lingkungan. Belajar menurut
teori behaviorisme yang agak radikal
adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang
bersifat mekanisme. Oleh karena itu, lingkungan yang sistematis, teratur dan
terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus)
yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan
respon yang sesuai.
B.
Belajar
menurut Visi Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan pandangan psikologi
kognitif yang bertolak dari pendapat bahwa belajar adalah membangun pengetahuan
itu sendiri, setelah dipahami, dicernakan dan merupakan perbuatan dari dalam
diri seseorang. Dalam perbuatan belajar seperti ini bukan apa (isi)
pembelajarannya yang penting bagaimana mempergunakan peralatan mental kita
untuk menguasai hal-hal yang kita pelajari. Pengetahuan itu diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri
seseorang melalui pengalaman, pengamatan, pencernaan, dan pemahaman.
Menurut psikologi kontemporer
tentang belajar ( kontruktivisme ) mengisyaratkan bahwa belajar adalah
mengkonstruksikan pengetahuan yag menjadi from
within. Jadi tidak memompakan pengetahuan itu kedalam kepala pembelajar,
melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai oleh suasana
belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi ( Buber, 1970 ).
Goleman didalam bukunya “ Emotional Intellegence “ ( 1995 ),
mengisyarakkan bahwa manusia memiliki dua segi mental, pertama berasal dari
kepala, dengan cirri kognitif, kedua berasal dari hati sanubari dengan cirri
afektif. Penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien merupakan hasil dari
proses interaktif yang dinamis dengan lingkungan yang mencakup cirri-ciri
fisik, mental dan emosional yang
mengakibatkan integrasi yang terakselerasikan dari fungsi otak dan berakibat
terhadap pemekaran kemampuan manusia secara optimal.
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Piaget berbicara tentang skema yang
merupakan unit dasar kognisi seseorang.Istilah behavioristicuntuk skema ini adalah respons atau kebiasaan.Namun
Piaget membedakan dua skema
ini, yaitu sensorikmotorik contohnya keterampilan berjalan, membuka botol, dan cognitive scheme seperti pengembangan
konsep, berfikir, pemahaman dan sebagainya.
Kelenturan pengertian skema
mencakup koordinasi keterampilan sensokmotorik maupun pengetahuan kompleks
kognitif. Perkembangan
skema merupakan suatu interaksi yang terus menerus antara lingkungan dan
kondisi manusia yang disebut adaptasi.Pengalaman adaptasi ini mewujudkan
perkembangan skema baru.Pengetahuan itu di bangun apabila diperoleh pengalaman.
Maka belajar menurut aliran Piaget
adalah adaptasi yang holistic dan bermakna yang datang dari dalam diri
seseorang terhadap situasi baru, sehingga mengalami perubahan yang relative
permanen.Adapun faktor lainnya yaitu, pemenuhan psikologis, intelegensi, emosi,
motivasi, dan pengembangan kreativitas.
JENIS-JENIS MASALAH BELAJAR DAN FAKTOR
PENYEBABNYA
Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh
murid dan menghambat kelancaran proses
belajarnya. Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan
keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya
dan dapat juga berkenaan
dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Masalah masalah
belajar ini tidak hanya dialami oleh
murid-murid yang
lambat saja dalam belajarnya, tetapi
juga dapat menimpa
murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dari
pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah
belajar dapat dikelompokkan kepada
murid-murid
yang mengalami.
1. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang
diperkirakan memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi
tidak dapat memanfaatkan
secara optimal.
2. Kecepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang
memiliki bakat akademik
yang cukup tinggi atau memilki
IQ 130 atau lebih, tetapi
masih memerlukan tugas-tugas
khusus untukmemenuhi
kebutuhan dan kemampuan
belajarnya yang amat
tinggi.
3. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang
memilki bakat akademik
yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau
pengajaran khusus.
4. Kurang motivasi belajar, yaitu keadaan murid yang
kurang bersemangat dalam
belajar, mereka seolah-olah
tampak jera dan malas.
5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu
kondisi
murid yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya
sehari-hari antagonistik
dengan seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas,
mengulur-ulur waktu, membenci
guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak
diketahui dan sebagainya.
6. Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak
hadir atau menderita sakit
dalam jangka waktu yang cukup
lama sehingga kehilanggan
sebagian besar kegiatan
belajarnya.
Pada
garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada
murid dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori, yaitu:
A.
Faktor-Faktor Internal
(Faktor-Faktor Yang Berada Pada Diri
Murid Itu Sendiri), Antara
Lain:
1. Gangguan secara fisik,
seperti kurang berfungsinya organ-organ
perasaan,
alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta
penyakit
menahun.
2. Ketidakseimbangan
mental (adanya gangguan dalam fungsi
mental),
seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf
kecerdasan
cenderung kurang.
3. Kelemahan emosional,
seperti merasa tidak aman, kurang bisa
menyusuaikan diri
(maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan
antipati, serta ketidak
matangan emosi.
4. Kelemahan yang
disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah,
sperti
kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas
dalam
belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
B.
Faktor-Faktor
Eksternal (Faktor-Faktor Yang Timbul Dari Luar
Diri Individu), Yaitu
Berasal Dari:
1. Sekolah, antara lain:
v Sifat kurikulu yang kurang fleksibel
v Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
v Metode mengajar yang kurang memadai
v Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2. Keluarga (rumah),
antara lain:
v Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
v Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikananaknya
v Keadaan ekonomi.
C. Tujuan Bimbingan Belajar Antara Lain :
1. Pengembangan sikap dan
kebiasaan yang baik, terutama dalam
mengerjakan
tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap
guru.
2. Menumbuhkan disiplin
belajar dan terlatih, baik secara mandiriatau kelompok.
3. Mengembangkan pemahaman
dan pemanfaatan kondisi fisik,
sosial dan budaya di
lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk
pengembangan pengetahuan,
ketrampilan dan pengembangan pribadi.
D.
Pembelajaran
Pada Pendidikan Anak Usia Dini
Kegiatan anak usia dini pada
hakekatnya adalah pengembangan kurikulum secara kongkret berupa seperangkat
rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalaui bermain yang diberikan
pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus
dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimilii oleh anak.
1.
Hakikat
Program Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Unsur utama dalam pengembangan
program pembelajaran bagi anak usia dini adalah bermain. Pendidikan awal dimasa
anak-anak diyakini memiliki peran yang amat vital bagi pertumbuhan dan
perkembangan pengetahuan selanjutnya. (Albrecht dan Miller 2000:216-218)
berpendapat bahwa dalam pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini
seharusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan
bagi anak untuk bereksplorasi dan berkreativitas, sedangkan orang dewasa
seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator saat anak membutuhkan bantuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
2.
Tujuan
dan Fungsi Program Pembelajaran
Tujuan program pembelajaran adalah
membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan.Keterampilan
dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya.
Untuk mencapai tujuan program
pembelajaran tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi anak usia
dini yang berorientasi pada:
a. Tujuan
yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan disetiap rentangan usia anak.
b. Materi
yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang
sesuai dengan taraf perkembangan anak (DAP= Devalopmentally Approriate
Pranctice)
c. Metode
yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan kegiatan belajar dan mampu
melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan
d. Media
dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman dan menimbulkan
ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi
e. Evaluasi
yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah assement
melalui observasi partisipatif terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar
dan diperbuat oleh anak(Bredekamp, 1998:30-31)
3.
Fungsi
Program Pembelajaran
Program pembelajaran memiliki
sejumlah fungsi, diantaranya adalah:
·
Untuk mengembangkan seluruh kemampuan
yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya,
·
Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
·
Mengenbang kan sosialisasi anak
·
Mengenakan peraturan dan penanamkan
disiplin pada anak, dan
·
Memberikan kesempatan kepada anak untuk
menikmati masa bermainnya.
Berdasarkan
paparan diatas, maka tujuan program pembelajaran pada anak usia dini adalah
untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh berdasarkan berbagai
dimensi perkembangan anak usia dini baik perkembangan sikap pengetahuan,
keterampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan perkembangan pada tahapan
berikutnya.
E.
Model
Pembelajaran Anak Usia Dini
Teori
perkembangan, para ahli psikologi perkembangan melihat bahwa anak memiliki
motivasi diri yang dimilikinya motivasi diri yang dimilikinya sejak lahir untuk
menjadi mampu.“motivasi berkempuan”
inilah yang kemudian dipandang oleh para ahli psikologi sebagai dasar untuk
mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada anak, dengan menghargai seluruh
proses perkembangan yang dimiliki masing-masing anak, dengan menciptakan
lingkungan dan menyediakan kesempatan pada anak untuk belajar dan berkembang.
SELUK BELUK KESULITAN
BELAJAR PADA ANAK
Bayangkan betapa menderitanya
seorang anak jika ia tidak mampu untuk mengemukakan atau mengkomunikasikan
segala keinginannya atau ia tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk belajar.
Kondisi ini akan membuat anak mengalami kesulitan di dalam kelas dan mungkin
tertinggal dalam satu atau beberapa mata pelajaran tertentu. Tidak hanya anak
yang merasa tertekan, orang tuanyapun mungkin akan merasakan kebingungan atas
problematika yang dihadapi oleh sang anak.
Proses belajar merupakan suatu
proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang tangguh.
Sejak bayi dilahirkan, ia sudah mulai dengan proses belajarnya yang pertama
yaitu, belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia. Hal ini akan
berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan proses pembelajaran formal mulai
diterapkan pada dirinya. Namun demikian, proses pembelajaran tidak selalu
berjalan mulus.Kesulitan/Gangguan belajar ( Learning Disorders ) merupakan suatu
kesulitan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya
kesenjangan yang signifikan antara taraf intelengensi seorang anak dengan
kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak seusianya.
Hal ini merupakan masalah, baik di
sekolah maupun di rumah. Oleh karena, gangguan /kesulitan belajar yang tidak
ditangani dengan baik akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan
emosional/psikiatrik yang akan berdampak lebih buruk lagi bagi perkembangan
kualitas hidup anak di kemudian hari. Dengan demikian kepekaan orang tua dan
guru kelas sangatlah membantu dalam deteksi dini kesulitan belajar, sehingga
anak dapat memperoleh penanganan sedini dan seoptimal mungkin dari tenaga
professional sebelum semuanya menjadi terlambat.
A. BERAPA SERING ANGKA
KEJADIAN KESULITAN BELAJAR ?
Pada tahun 1997, dalam penelitian
yang dilakukan di Amerika Serikat dikatakan bahwa 1,8 % dari anak usia sekolah
mengalami kesulitan belajar, dengan kesulitan membaca sebagai kesulitan belajar
utama. 20 % dari anak yang di diagnosis kesulitan belajar tersebut dikatakan
mengalami defisit neurologis yang bervariasi dari ringan sampai berat sehingga
membuat mereka menjadi sulit untuk menulis dan membaca. Di Indonesia pada tahun
1996 Pusbang Kurrandik ( Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan )
Balitbang Dikbud melakukan penelitian terhadap 4994 siswa sekolah dasar kelas I
– VI di provinsi Jabar, Lampung, Kalbar dan Jatim, mendapatkan hasil bahwa 696
dari siswa SD( 13,94 % ) tersebut mengalami kesulitan belajar umum, dan 479 di
antaranya mengalami kesulitan membaca ( disleksia ). Hal ini memberikan
gambaran bahwa kesulitan belajar di kalangan siswa SD perlu mendapat perhatian
yang serius dari semua pihak, baik dari dunia pendidikan, medik, psikologik,
orang tua dan pihak lainnya yang terkait, karena tahap sekolah dasar merupakan
tahap preliminer dalam mencapai tahap pendidikan ke jenjang berikutnya.
B. BERBAGAI JENIS GANGGUAN
FISIK DAN PSIKIATRIK YANGBERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA KESULITAN BELAJARPADA
ANAK.
I. GANGGUAN FISIK
Gangguan dalam sistim saraf pusat/otak anak atau
organpendengaran atau organ penglihatan, misalnya oleh karena adanya infeksi
baik langsung maupun tidak langsung pada otak, trauma pada otak, penyakit
bawaan, gangguan konduksi listrik (epilepsi ), gangguan metabolic sistemik,
dll. Semua ini dapat yang menyebabkan timbulnya disfungsi otak minimal, yang
mungkin bermanifestasi dalam berbagai bentuk gangguan psikiatrik, di antaranya
ialah kesulitan belajar.
II. GANGGUAN PSIKIATRIK
a.
Retardasi Mental
Kondisi ini ditandai
oleh tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata. Anak akan
mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana anak
seusianya,seperti mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan rumahatau
berinteraksi dengan lingkungannya.
b.
Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas.
Ciri utama dari gangguan
ini adalah kesulitan anak untukmemusatkan perhatian-nya yang timbul pada lebih
dari satusituasi. Gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan fungsi
inhibisiperilaku dan kontrol diri. Anak tidak mampu untukberkonsentrasi pada
satu pekerjaan tertentu, dan merencanakantujuan dari pekerjaan tersebut. Ia
tidak mampu menyusunlangkah-langkah dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan demikian ia akan mengalami kesulitan dalam menyimakpelajaran yang
diberikan gurunya, dan akhirnya ia tidakmengerti apa yang diterangkan oleh
gurunya itu.
c.
Gangguan Tingkah Laku
Pada anak yang mengalami
gangguan ini seringkali dikatakansebagai anak nakal, sulit diatur, suka
melawan, sering membolosdan berperilaku antisosial, dll. Anak dengan Gangguan
TingkahLaku ini seringkali mempunyai prestasi akademik di bawah tarafyang
diperkirakan. Kesulitan belajar yang terjadi dikarenakananak sering membolos,
malas, motivasi belajar yang kurang, kurang disiplin, dan lain-lain.
d.
Gangguan Depresi
Seorang anak yang
mengalami Gangguan Depresi akanmenunjukkan gejala-gejala seperti: perasaan
sedih yang berkepanjangan, suka menyendiri, sering melamun di dalam kelas/di
rumah, kurang nafsu makan atau makan berlebihan, sulit tidur atau tidur berlebihan,
merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga, merasa rendah diri, sulit konsentrasi
dan sulit mengambil keputusan, merasa putus asa, gairah belajar berkurang, tidak
ada inisiatif, hipo/hiperaktivitas anak dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkankreativitas,
inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, dengandemikian akan menimbulkan
kesulitan belajar sehinggamembuat prestasi belajar anak menurun hari demi hari.
C.
JENIS
KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar
bukanlah suatu diagnosis tunggal semata-mata,melainkan terdiri dari berbagai
jenis gangguan dengan berbagaimacam gejala, penyebab, pengobatan dan perjalanan
penyakit.Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu keahliantertentu lebih
lambat daripada anak lain seusianya dansebaliknya, tetapi masih dalam batas
kewajaran. Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami kesulitan
belajartertentu atau tidak digunakan pedoman yang diambil dariDiagnostic &
Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM – IV).
Ada 2 kelompok besar
kesulitan belajar, yaitu :
1. Gangguan Perkembangan Wicara & Berbahasa
Gangguanberbahasa pada
anak usia balita berupa keterlambatankomunikasi baik verbal ( berbicara )
maupun non-verbal, secaraumum dapat dikatakan bahwa bila anak berusia 2 tahun
belumdapat mengatakan kalimat 2 kata yang berarti, maka
anakmengalamiketerlambatan perkembangan wicara-bahasa.
Anak dengan Gangguan
Perkembangan Wicara & Bahasa dapatmengalami kesulitan untuk :
·
Memproduksi suara huruf/kata tertentu
·
Menggunakan bahasa verbal/tutur dalam
berkomunikasi, tetapipemahaman bahasanya baik. Orang tua sering kali berkata
“anak sayamengerti apa yang saya ucapkan, tetapi belum bias berbicara “.
·
Memahami bahasa verbal yang dikemukakan oleh orang
lain,walaupun kemampuan pendengarannya baik. Anak hanya dapatmeniru
kata-katatanpa mengerti artinya ( membeo ).
2. Gangguan Kemampuan Akademik ( Academic SkillsDisorders )
Ada 3 jenis Gangguan
Kemampuan Akademik :
a. Gangguan Membaca
Proses membaca ini
merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan ke dua belahan otak.
Persentasi dari Gangguan Membaca ini dikatakan sebesar 2- 8 % dari anak usia
sekolah. Anak yang mengalami Gangguan Membaca menunjukkan adanya inakurasi
dalam membaca, seperti :
Ø Membaca lambat, kata
demi kata jika dibandingkan dengananak seusianya, intonasi suara turun naik
tidak teratur.
Ø Sering terbalik dalam
mengenali huruf dan kata, misalnyaantara kuda dengan daku, palu dengan lupa,
huruf b dengan d, pdengan q, dan lain-lain.
Ø Kacau terhadap kata yang
hanya sedikit perbedaannya,misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa
dengan lusa, dan lain-lain.
Ø Sering mengulangi dan
menebak kata-kata atau frasa.
b. Pemahaman yang buruk
dalam membaca, dalam arti anaktidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.
3. Gangguan Menulis Ekspresif
Kondis ini ditandai oleh
ketidakmampuan anak untuk membuatsuatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan
keadaan ini tidaksesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya.
Gejalautamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata,kesalahan tata
bahasa, kesalahan tanda baca, paragraf dantulisan tangan yang sangat buruk.
Selain itu, mereka jugamengalami kemiskinan tema dalam karangannya.
4. Gangguan Berhitung
Gangguan Berhitung
merupakan suatu gangguan perkembangankemampuan aritmetika atau keterampilan
matematika yang jelasmempengaruhi pencapaian prestasi akademikanya
ataumempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di
antaranya ialah:
a. Kesulitan dalam
mempelajari nama-nama angka
b. Kesulitan dalam
mengikuti alur suatu hitungan
c. Kesulitan dengan
pengertian konsep kombinasi dan separasi
d. Inakurasi dalam
komputasi
e. Selalu membuat kesalahan
hitungan yang sama
D. BAGAIMANA DETEKSI DINI KESULITAN BELAJAR ?
Tanda dari kesulitan
belajar sangat bervariasi, tergantung dari usia anak pada saat itu. Sensitivitas
atau kepekaan orang tua dan guru seringkali sangat membantu dalam deteksi dini.
Orang tua atau guru yang melihat adanya kesenjangan yang konsisten antara
kemampuan akademik anak dengan kemampuan rata-rata teman sekelasnya atau
prestasi anak yang tidak kunjung meningkat walaupun pelajaran tambahan sudahdiberikan,
haruslah mulai berpikir apa yang sebenarnya terjadidalam diri sang anak.
Apalagi jika disertai oleh beberapa gejaladi bawah ini :.
1. Untuk anak pra-sekolah ;
a. Keterlambatan berbicara jika dibandingkan anak
seusianya
b. Adanya kesulitan dalam
pengucapan kata
c. Kemampuan penguasaan
jumlah kata yang minim
d. Seringkali tidak mampu
menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat.
e. Kesulitan untuk
mempelajari dan mengenali angka, huruf dannama-nama hari dalam seminggu
f. Mengalami kesulitan
dalam menghubung-hubungkan katadalam suatu kalimat
g. Kegelisahan yang sangat
ekstrim dan mudah teralihperhatiannya
h. Kesulitan berinteraksi
dengan anak seusianya
i.
Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu
petunjuk ataurutinitas tertentu
j.
Selalu menghindari permainan ‘puzzles’
k. Menghindari pelajaran
menggambar atau prakarya tertentuseperti menggunting
2. Untuk anak usia sekolah
a. Mempunyai kemampuan daya
ingat yang buruk
b. Selalu membuat kesalahan
yang konsisten dalam mengeja danmembaca, misalnya huruf b dibaca d, huruf m
dibaca w,kesalahan transposisi yaitu kata roda dibaca dora
c. Lambat untuk mempelajari
hubungan antara huruf denganbunyi pengucapannya
d. Bingung dengan
operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaranmatematika, misalnya tidak dapat
membedakan antara tanda –dengan +, tanda + dengan x.
e. Sulit dalam mempelajari keterampilan
baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat yang baik
f. Sangat aktif, tidak
mampu menyelesaikan satu tugas/kegiatantertentu secara tuntas
g. Impulsif ( bertindak
sebelum berpikir )
h. Sulit konsentrasi atau
perhatiannya mudah teralih
i.
Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau
di rumah
j.
Tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya
k. Tidak mampu merencanakan
kegiatan sehari-harinya
l.
Problem emosional seperti mengasingkan diri,
pemurung,mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya
m. Menolak bersekolah
n. Mengalami kesulitan
dalam mengikuti petunjuk atau rutinitastertentu
o. Ketidakstabilan dalam
menggenggam pensil/pen
p. Kesulitan dalam
mempelajari pengertian tentang hari / waktu
Jika orang tua atau guru
menemukan beberapa gejala di atasmaka sebaiknya dilakukan evaluasi oleh tenaga
profesionalseperti, dokter anak atau psikiater anak atau tenaga profesionallainnya.
E.
DAMPAK KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang anak tidak
hanya berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak saja,tetapi juga
berdampak dalam kehidupan keluarga dan juga dapat mempengaruhi interaksi anak
dengan lingkungannya. Sistim keluarga dapat mengalami disharmoni oleh karena
saling menyalahkan di antara ke dua orang tua. Orang tua merasafrustrasi,
marah, kecewa, putus asa, merasa bersalah ataumenolak, dengan kondisi ini
justru membuat anak dengankesulitan belajar merasa lebih terpojok lagi.Anak
dengan kesulitan belajar seringkali menuding dirinyasebagai anak yang bodoh,
lambat, berbeda dan keterbelakang.Mereka menjadi tegang, malu, rendah diri dan
berperilaku nakal,agresif, impulsif atau bahkanmenyendiri/menarik diri untuk menutupi
kekurangan pada dirinya. Seringkali mereka tampak sulit berinteraksi
denganteman-teman sebayanya, dan lebih mudah bagi mereka untukbergaul dan
bermain dengan anak-anak yang mempunyai usialebih muda dari mereka. Hal ini
menandakan terganggunyasistim harga diri anak. Kondisi ini merupakan sinyal
bahwa anakmembutuhkan pertolongan segera.
F. APAKAH
KESULITAN BELAJAR DAPAT DIATASI ?
Walaupun gangguan yang terjadi pada sebagian otak sudah
tidakdapat diperbaiki lagi, tetapi masih ada bagian otak lain yangmasih dapat
dirangsang untuk dapat berfungsi optimal. Olehkarena itu pemberian terapi
haruslah sedini dan seoptimalmungkin, sehingga anak diharapkan dapat mengejar
apa yangmenjadi kekurangannya selama ini. Penanganan yang diberikanpada kasus
anak dengan kesulitan belajar tergantung pada hasilpemeriksaan yang
komprehensif dari tim kerja. Tim ini terdiridari berbagai tenaga profesional (
sudah disebutkan di atas )yang bekerja pada suatu klinik kesulitan belajar.
Dengandemikian orang tua akan memperoleh pelayanan ‘one stopassessment’ yang
mempermudah mereka dalam mencaripertolongan untuk anaknya.Penanganan yang
diberikan pada anak dengan kesulitan belajar meliputi :
1. Penatalaksanaan di bidang medis
a. Terapi obatPengobatan yang diberikan adalah sesuai
dengangangguan fisik ataupsikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya :
·
Berbagai
kondisi depresi dapat diberikan obat gol Antidepresan
·
GPPH
diberikan obat gol. Psikostimulansia, misalnyaRitalin
b. Terapi perilaku
Terapi perilaku yang sering diberikan adalahmodifikasi perilaku.
Dalam hal ini anak akanmendapatkan penghargaan langsung jika ia dapatmemenuhi
suatu tugas atau tanggung jawab atauberperilaku positif tertentu. Di lain
pihak, ia akanmendapatkan peringatan jika ia memperlihatkanperilaku negatif.
Dengan adanya penghargaan danperingatan langsung ini maka diharapkan anak
dapatmengontrol perilaku negatif yang tidak dikehendaki,baik di sekolah atau di
rumah.Psikoterapi suportif dapat diberikan kepada anak dan
keluarganya.Tujuannya ialah untuk memberi pengertian danpemahaman mengenai
kesulitan yang ada, sehinggadapat menimbulkan motivasi yang konsisten
dalamusaha untuk memerangi kesulitan ini.Pendekatan psikososial lainnya ialah :
·
Psikoedukasi
orang tua dan guru
·
Pelatihan
keterampilan sosial bagi anak
2. Penatalaksanaan di bidang pendidikanDalam hal ini terapi
yang paling efektif ialah terapi remedial,yaitu bimbingan langsung oleh guru
yang terlatih dalammengatasi kesulitan belajar anak. Guru remedial ini
akanmenyusun suatu metoda pengajaran yang sesuai bagi setiapanak. Mereka juga
melatih anak untuk dapat belajar dengan baikdengan tehnik-tehnik pembelajaran
tertentu ( sesuai denganjenis kesulitan belajar yang dihadapi anak ) yang
sangatbermanfaat bagi anak dengan kesulitan belajar.
G. BAGAIMANA
PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR ?
Guru kelas biasanya tidak mempunyai waktu yang cukup
untuksupervisi bagi setiap murid-muridnya. Di sini pentingnyamengapa anak
memerlukan bimbingan belajar di luar jamsekolah. Ada orang tua yang mencarikan
tenaga guru remedialbagi anaknya, namun ada juga yang mengerjakannya
sendiri.Dengan demikian orang tua memainkan peranan yang pentingdalam
meningkatkan prestasi belajar anaknya. Oleh karena ituada beberapa petunjuk
yang perlu diketahui oleh para orang tua:
1. Pilih waktu yang baik untuk belajar
2. Pakai buku yang digunakan guru di sekolah
3. Ciptakan suasana belajar yang nyaman dan tenang
4. Melatih anak untuk mendiskusikan isi suatu bukudengan
hanya melihat judul buku/sampulnya sebelumanak mulai membaca
5. Melatih anak untuk mengenal angka atau hurufdengan alat
peraga yang dapat diraba dan denganwarna-warna menarik
6. Melatih anak untuk mengenal operasionalisasi tandadalam
matematika dengan memberikan contoh-contohdari kehidupan sehari-hari
7. Hindari komentar yang negatif
8. Berikan kesempatan kepada anak bila ingin
mencobamenyelesaikan pekerjaan rumahnya sendiri
9. Membantu anak belajar sambil bermain
KESIMPULAN
Masalah-masalah belajar
yang sering dialami antara lain :
1. Keterlambatan akademik
2. Kecepatan dalam belajar
3. Sangat lambat dalam belajar
4. Kurang motivasi belajar
5. Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
6.
Sering tidak sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar