Selasa, 01 Januari 2013

KONSEP DAN TEORI TENTANG BELAJAR



KONSEP DAN TEORI TENTANG BELAJAR

Berbagai teori tentang belajar berkaitan dengan penekanan terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh potensi sejak lahir. Menurut Cony R. Semiawan, apabila struktur otak telah ditemukan secara biologis, berfungsinya otak tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya. Jadi, apabila lingkungan berpengaruh positif bagi dirinya, kemungkinan besar potensi tersebut berkembang mencapai realisasi optimal.
Otak kita terdiri atas dua belahan.Belahan otak kanan berfungsi menangkap keseluruhan yang bermakna, kreatif dan imajinatif.Sedangkan belahan otak kiri, berfungsi untuk mengamati hal-hal yang logis, linier, dan teratur.Jadi, konsep belajar mengandung implikasi memfungsikan aspek nalar, logis maupun kreatif.
Berikut beberapa aliran yang berpengaruh di dunia ilmu dalam mengartikan belajar.
A.    Belajar menurut Visi Behaviorisme
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang percaya bahwa manusia terutama belajar karena pengaruh lingkungan. Belajar menurut teori behaviorisme yang agak radikal adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanisme. Oleh karena itu, lingkungan yang sistematis, teratur dan terencana dapat memberikan pengaruh (stimulus) yang baik sehingga manusia bereaksi terhadap stimulus tersebut dan memberikan respon yang sesuai.
B.     Belajar menurut Visi Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan pandangan psikologi kognitif yang bertolak dari pendapat bahwa belajar adalah membangun pengetahuan itu sendiri, setelah dipahami, dicernakan dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang. Dalam perbuatan belajar seperti ini bukan apa (isi) pembelajarannya yang penting bagaimana mempergunakan peralatan mental kita untuk menguasai hal-hal yang kita pelajari. Pengetahuan itu diciptakan  kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang melalui pengalaman, pengamatan, pencernaan, dan pemahaman.
Menurut psikologi kontemporer tentang belajar ( kontruktivisme ) mengisyaratkan bahwa belajar adalah mengkonstruksikan pengetahuan yag menjadi from within. Jadi tidak memompakan pengetahuan itu kedalam kepala pembelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi ( Buber, 1970 ).
Goleman didalam bukunya “ Emotional Intellegence “ ( 1995 ), mengisyarakkan bahwa manusia memiliki dua segi mental, pertama berasal dari kepala, dengan cirri kognitif, kedua berasal dari hati sanubari dengan cirri afektif. Penggunaan fungsi otak yang efektif dan efisien merupakan hasil dari proses interaktif yang dinamis dengan lingkungan yang mencakup cirri-ciri fisik, mental  dan emosional yang mengakibatkan integrasi yang terakselerasikan dari fungsi otak dan berakibat terhadap pemekaran kemampuan manusia secara optimal.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Piaget berbicara tentang skema yang merupakan unit dasar kognisi seseorang.Istilah behavioristicuntuk skema ini adalah respons atau kebiasaan.Namun Piaget membedakan dua skema ini, yaitu sensorikmotorik contohnya keterampilan berjalan, membuka botol, dan cognitive scheme seperti pengembangan konsep, berfikir, pemahaman dan sebagainya.
Kelenturan pengertian skema mencakup koordinasi keterampilan sensokmotorik maupun pengetahuan kompleks kognitif. Perkembangan skema merupakan suatu interaksi yang terus menerus antara lingkungan dan kondisi manusia yang disebut adaptasi.Pengalaman adaptasi ini mewujudkan perkembangan skema baru.Pengetahuan itu di bangun apabila diperoleh pengalaman.
Maka belajar menurut aliran Piaget adalah adaptasi yang holistic dan bermakna yang datang dari dalam diri seseorang terhadap situasi baru, sehingga mengalami perubahan yang relative permanen.Adapun faktor lainnya yaitu, pemenuhan psikologis, intelegensi, emosi, motivasi, dan pengembangan kreativitas.

JENIS-JENIS MASALAH BELAJAR DAN FAKTOR
PENYEBABNYA
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh
murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan
dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah masalah
belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang
lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa
murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dari pengertian masalah belajar di atas maka jenis-jenis masalah
belajar dapat dikelompokkan kepada murid-murid
yang mengalami.
1.      Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang
diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi
tidak dapat memanfaatkan secara optimal.
2.      Kecepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang
memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memilki
IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas
khusus untukmemenuhi kebutuhan dan kemampuan
belajarnya yang amat tinggi.
3.      Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang
memilki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu
dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau
pengajaran khusus.
4.      Kurang motivasi belajar, yaitu keadaan murid yang
kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah
tampak jera dan malas.
5.      Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu
kondisi murid yang kegiatannya tau perbuatan belajarnya
sehari-hari antagonistik dengan seharusnya, seperti suka
menunda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu, membenci
guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahui dan sebagainya.
6.      Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak
hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup
lama sehingga kehilanggan sebagian besar kegiatan
belajarnya.
Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada
murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
A.    Faktor-Faktor Internal (Faktor-Faktor Yang Berada Pada Diri
Murid Itu Sendiri), Antara Lain:
1. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ
perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta
penyakit menahun.
2. Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi
mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf
kecerdasan cenderung kurang.
3. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa
menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan
antipati, serta ketidak matangan emosi.
4. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah,
sperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas
dalam belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
B.     Faktor-Faktor Eksternal (Faktor-Faktor Yang Timbul Dari Luar
Diri Individu), Yaitu Berasal Dari:
1. Sekolah, antara lain:
   v   Sifat kurikulu yang kurang fleksibel
   v   Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
   v   Metode mengajar yang kurang memadai
   v   Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2. Keluarga (rumah), antara lain:
   v   Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
   v   Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikananaknya
   v   Keadaan ekonomi.
C.    Tujuan Bimbingan Belajar Antara Lain :
1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam
mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap
guru.
2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiriatau kelompok.
3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik,
sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk
pengembangan pengetahuan, ketrampilan dan pengembangan pribadi.
D.    Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini
Kegiatan anak usia dini pada hakekatnya adalah pengembangan kurikulum secara kongkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalaui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimilii oleh anak.
1.      Hakikat Program Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Unsur utama dalam pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini adalah bermain. Pendidikan awal dimasa anak-anak diyakini memiliki peran yang amat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan selanjutnya. (Albrecht dan Miller 2000:216-218) berpendapat bahwa dalam pengembangan program pembelajaran bagi anak usia dini seharusnya sarat dengan aktivitas bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi dan berkreativitas, sedangkan orang dewasa seharusnya lebih berperan sebagai fasilitator saat anak membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2.      Tujuan dan Fungsi Program Pembelajaran
Tujuan program pembelajaran adalah membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap pengetahuan.Keterampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan pada tahapan berikutnya.
Untuk mencapai tujuan program pembelajaran tersebut, maka diperlukan strategi pembelajaran bagi anak usia dini yang berorientasi pada:
a.       Tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan disetiap rentangan usia anak.
b.      Materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang sesuai dengan taraf perkembangan anak (DAP= Devalopmentally Approriate Pranctice)
c.       Metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan
d.      Media dan lingkungan bermain yang digunakan haruslah aman, nyaman dan menimbulkan ketertarikan bagi anak dan perlu adanya waktu yang cukup untuk bereksplorasi
e.       Evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah assement melalui observasi partisipatif terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar dan diperbuat oleh anak(Bredekamp, 1998:30-31)
3.      Fungsi Program Pembelajaran
Program pembelajaran memiliki sejumlah fungsi, diantaranya adalah:
·         Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tahap perkembangannya,
·         Mengenalkan anak dengan dunia sekitar
·         Mengenbang kan sosialisasi anak
·         Mengenakan peraturan dan penanamkan disiplin pada anak, dan
·         Memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya.
Berdasarkan paparan diatas, maka tujuan program pembelajaran pada anak usia dini adalah untuk mengoptimalkan perkembangan anak secara menyeluruh berdasarkan berbagai dimensi perkembangan anak usia dini baik perkembangan sikap pengetahuan, keterampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta untuk pertumbuhan dan perkembangan pada tahapan berikutnya.
E.     Model Pembelajaran Anak Usia Dini
Teori perkembangan, para ahli psikologi perkembangan melihat bahwa anak memiliki motivasi diri yang dimilikinya motivasi diri yang dimilikinya sejak lahir untuk menjadi mampu.“motivasi berkempuan” inilah yang kemudian dipandang oleh para ahli psikologi sebagai dasar untuk mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada anak, dengan menghargai seluruh proses perkembangan yang dimiliki masing-masing anak, dengan menciptakan lingkungan dan menyediakan kesempatan pada anak untuk belajar dan berkembang.

SELUK BELUK KESULITAN BELAJAR PADA ANAK
Bayangkan betapa menderitanya seorang anak jika ia tidak mampu untuk mengemukakan atau mengkomunikasikan segala keinginannya atau ia tidak mampu memusatkan perhatiannya untuk belajar. Kondisi ini akan membuat anak mengalami kesulitan di dalam kelas dan mungkin tertinggal dalam satu atau beberapa mata pelajaran tertentu. Tidak hanya anak yang merasa tertekan, orang tuanyapun mungkin akan merasakan kebingungan atas problematika yang dihadapi oleh sang anak.
Proses belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam membentuk sumber daya manusia yang tangguh. Sejak bayi dilahirkan, ia sudah mulai dengan proses belajarnya yang pertama yaitu, belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia. Hal ini akan berjalan terus sampai anak masuk sekolah dan proses pembelajaran formal mulai diterapkan pada dirinya. Namun demikian, proses pembelajaran tidak selalu berjalan mulus.Kesulitan/Gangguan belajar ( Learning Disorders ) merupakan suatu kesulitan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelengensi seorang anak dengan kemampuan akademik yang seharusnya sudah dapat dicapai oleh anak seusianya.
Hal ini merupakan masalah, baik di sekolah maupun di rumah. Oleh karena, gangguan /kesulitan belajar yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan berbagai bentuk gangguan emosional/psikiatrik yang akan berdampak lebih buruk lagi bagi perkembangan kualitas hidup anak di kemudian hari. Dengan demikian kepekaan orang tua dan guru kelas sangatlah membantu dalam deteksi dini kesulitan belajar, sehingga anak dapat memperoleh penanganan sedini dan seoptimal mungkin dari tenaga professional sebelum semuanya menjadi terlambat.

A.  BERAPA SERING ANGKA KEJADIAN KESULITAN BELAJAR ?
Pada tahun 1997, dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dikatakan bahwa 1,8 % dari anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar, dengan kesulitan membaca sebagai kesulitan belajar utama. 20 % dari anak yang di diagnosis kesulitan belajar tersebut dikatakan mengalami defisit neurologis yang bervariasi dari ringan sampai berat sehingga membuat mereka menjadi sulit untuk menulis dan membaca. Di Indonesia pada tahun 1996 Pusbang Kurrandik ( Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan ) Balitbang Dikbud melakukan penelitian terhadap 4994 siswa sekolah dasar kelas I – VI di provinsi Jabar, Lampung, Kalbar dan Jatim, mendapatkan hasil bahwa 696 dari siswa SD( 13,94 % ) tersebut mengalami kesulitan belajar umum, dan 479 di antaranya mengalami kesulitan membaca ( disleksia ). Hal ini memberikan gambaran bahwa kesulitan belajar di kalangan siswa SD perlu mendapat perhatian yang serius dari semua pihak, baik dari dunia pendidikan, medik, psikologik, orang tua dan pihak lainnya yang terkait, karena tahap sekolah dasar merupakan tahap preliminer dalam mencapai tahap pendidikan ke jenjang berikutnya.

B.     BERBAGAI JENIS GANGGUAN FISIK DAN PSIKIATRIK YANGBERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA KESULITAN BELAJARPADA ANAK.

I. GANGGUAN FISIK
Gangguan dalam sistim saraf pusat/otak anak atau organpendengaran atau organ penglihatan, misalnya oleh karena adanya infeksi baik langsung maupun tidak langsung pada otak, trauma pada otak, penyakit bawaan, gangguan konduksi listrik (epilepsi ), gangguan metabolic sistemik, dll. Semua ini dapat yang menyebabkan timbulnya disfungsi otak minimal, yang mungkin bermanifestasi dalam berbagai bentuk gangguan psikiatrik, di antaranya ialah kesulitan belajar.


II. GANGGUAN PSIKIATRIK
a.       Retardasi Mental
Kondisi ini ditandai oleh tingkat kecerdasan anak yang berada di bawah rata-rata. Anak akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana anak seusianya,seperti mengurus dirinya sendiri, melakukan pekerjaan rumahatau berinteraksi dengan lingkungannya.
b.      Gangguan Pemusatan Perhatian & Hiperaktivitas.
Ciri utama dari gangguan ini adalah kesulitan anak untukmemusatkan perhatian-nya yang timbul pada lebih dari satusituasi. Gangguan ini disebabkan oleh adanya kelainan fungsi inhibisiperilaku dan kontrol diri. Anak tidak mampu untukberkonsentrasi pada satu pekerjaan tertentu, dan merencanakantujuan dari pekerjaan tersebut. Ia tidak mampu menyusunlangkah-langkah dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian ia akan mengalami kesulitan dalam menyimakpelajaran yang diberikan gurunya, dan akhirnya ia tidakmengerti apa yang diterangkan oleh gurunya itu.
c.       Gangguan Tingkah Laku
Pada anak yang mengalami gangguan ini seringkali dikatakansebagai anak nakal, sulit diatur, suka melawan, sering membolosdan berperilaku antisosial, dll. Anak dengan Gangguan TingkahLaku ini seringkali mempunyai prestasi akademik di bawah tarafyang diperkirakan. Kesulitan belajar yang terjadi dikarenakananak sering membolos, malas, motivasi belajar yang kurang, kurang disiplin, dan lain-lain.
d.      Gangguan Depresi
Seorang anak yang mengalami Gangguan Depresi akanmenunjukkan gejala-gejala seperti: perasaan sedih yang berkepanjangan, suka menyendiri, sering melamun di dalam kelas/di rumah, kurang nafsu makan atau makan berlebihan, sulit tidur atau tidur berlebihan, merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga, merasa rendah diri, sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan, merasa putus asa, gairah belajar berkurang, tidak ada inisiatif, hipo/hiperaktivitas anak dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkankreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, dengandemikian akan menimbulkan kesulitan belajar sehinggamembuat prestasi belajar anak menurun hari demi hari.

C.  JENIS KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar bukanlah suatu diagnosis tunggal semata-mata,melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagaimacam gejala, penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit.Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu keahliantertentu lebih lambat daripada anak lain seusianya dansebaliknya, tetapi masih dalam batas kewajaran. Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami kesulitan belajartertentu atau tidak digunakan pedoman yang diambil dariDiagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM – IV).


Ada 2 kelompok besar kesulitan belajar, yaitu :
1.      Gangguan Perkembangan Wicara & Berbahasa
Gangguanberbahasa pada anak usia balita berupa keterlambatankomunikasi baik verbal ( berbicara ) maupun non-verbal, secaraumum dapat dikatakan bahwa bila anak berusia 2 tahun belumdapat mengatakan kalimat 2 kata yang berarti, maka anakmengalamiketerlambatan perkembangan wicara-bahasa.
Anak dengan Gangguan Perkembangan Wicara & Bahasa dapatmengalami kesulitan untuk :
·      Memproduksi suara huruf/kata tertentu
·      Menggunakan bahasa verbal/tutur dalam berkomunikasi, tetapipemahaman bahasanya baik. Orang tua sering kali berkata “anak sayamengerti apa yang saya ucapkan, tetapi belum bias berbicara “.
·      Memahami bahasa verbal yang dikemukakan oleh orang lain,walaupun kemampuan pendengarannya baik. Anak hanya dapatmeniru kata-katatanpa mengerti artinya ( membeo ).
2.      Gangguan Kemampuan Akademik ( Academic SkillsDisorders )
Ada 3 jenis Gangguan Kemampuan Akademik :
a.       Gangguan Membaca
Proses membaca ini merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan ke dua belahan otak. Persentasi dari Gangguan Membaca ini dikatakan sebesar 2- 8 % dari anak usia sekolah. Anak yang mengalami Gangguan Membaca menunjukkan adanya inakurasi dalam membaca, seperti :
Ø Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengananak seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur.
Ø Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnyaantara kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, pdengan q, dan lain-lain.
Ø Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya,misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa, dan lain-lain.
Ø Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa.
b.      Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anaktidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya.
3.      Gangguan Menulis Ekspresif
Kondis ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuatsuatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidaksesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Gejalautamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata,kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca, paragraf dantulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu, mereka jugamengalami kemiskinan tema dalam karangannya.
4.      Gangguan Berhitung
Gangguan Berhitung merupakan suatu gangguan perkembangankemampuan aritmetika atau keterampilan matematika yang jelasmempengaruhi pencapaian prestasi akademikanya ataumempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di antaranya ialah:
a.       Kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka
b.      Kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan
c.       Kesulitan dengan pengertian konsep kombinasi dan separasi
d.      Inakurasi dalam komputasi
e.       Selalu membuat kesalahan hitungan yang sama

D.  BAGAIMANA DETEKSI DINI KESULITAN BELAJAR ?
Tanda dari kesulitan belajar sangat bervariasi, tergantung dari usia anak pada saat itu. Sensitivitas atau kepekaan orang tua dan guru seringkali sangat membantu dalam deteksi dini. Orang tua atau guru yang melihat adanya kesenjangan yang konsisten antara kemampuan akademik anak dengan kemampuan rata-rata teman sekelasnya atau prestasi anak yang tidak kunjung meningkat walaupun pelajaran tambahan sudahdiberikan, haruslah mulai berpikir apa yang sebenarnya terjadidalam diri sang anak. Apalagi jika disertai oleh beberapa gejaladi bawah ini :.
1.      Untuk anak pra-sekolah ;
a.        Keterlambatan berbicara jika dibandingkan anak seusianya
b.      Adanya kesulitan dalam pengucapan kata
c.       Kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim
d.      Seringkali tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat.
e.       Kesulitan untuk mempelajari dan mengenali angka, huruf dannama-nama hari dalam seminggu
f.       Mengalami kesulitan dalam menghubung-hubungkan katadalam suatu kalimat
g.      Kegelisahan yang sangat ekstrim dan mudah teralihperhatiannya
h.      Kesulitan berinteraksi dengan anak seusianya
i.        Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk ataurutinitas tertentu
j.        Selalu menghindari permainan ‘puzzles’
k.      Menghindari pelajaran menggambar atau prakarya tertentuseperti menggunting
2.      Untuk anak usia sekolah
a.       Mempunyai kemampuan daya ingat yang buruk
b.      Selalu membuat kesalahan yang konsisten dalam mengeja danmembaca, misalnya huruf b dibaca d, huruf m dibaca w,kesalahan transposisi yaitu kata roda dibaca dora
c.       Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf denganbunyi pengucapannya
d.      Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaranmatematika, misalnya tidak dapat membedakan antara tanda –dengan +, tanda + dengan x.
e.       Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat yang baik
f.       Sangat aktif, tidak mampu menyelesaikan satu tugas/kegiatantertentu secara tuntas
g.      Impulsif ( bertindak sebelum berpikir )
h.      Sulit konsentrasi atau perhatiannya mudah teralih
i.        Sering melakukan pelanggaran baik di sekolah atau di rumah
j.        Tidak bertanggung jawab terhadap kewajibannya
k.      Tidak mampu merencanakan kegiatan sehari-harinya
l.        Problem emosional seperti mengasingkan diri, pemurung,mudah tersinggung atau acuh terhadap lingkungannya
m.    Menolak bersekolah
n.      Mengalami kesulitan dalam mengikuti petunjuk atau rutinitastertentu
o.      Ketidakstabilan dalam menggenggam pensil/pen
p.      Kesulitan dalam mempelajari pengertian tentang hari / waktu
Jika orang tua atau guru menemukan beberapa gejala di atasmaka sebaiknya dilakukan evaluasi oleh tenaga profesionalseperti, dokter anak atau psikiater anak atau tenaga profesionallainnya.

E.  DAMPAK KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang anak tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan anak saja,tetapi juga berdampak dalam kehidupan keluarga dan juga dapat mempengaruhi interaksi anak dengan lingkungannya. Sistim keluarga dapat mengalami disharmoni oleh karena saling menyalahkan di antara ke dua orang tua. Orang tua merasafrustrasi, marah, kecewa, putus asa, merasa bersalah ataumenolak, dengan kondisi ini justru membuat anak dengankesulitan belajar merasa lebih terpojok lagi.Anak dengan kesulitan belajar seringkali menuding dirinyasebagai anak yang bodoh, lambat, berbeda dan keterbelakang.Mereka menjadi tegang, malu, rendah diri dan berperilaku nakal,agresif, impulsif atau bahkanmenyendiri/menarik diri untuk menutupi kekurangan pada dirinya. Seringkali mereka tampak sulit berinteraksi denganteman-teman sebayanya, dan lebih mudah bagi mereka untukbergaul dan bermain dengan anak-anak yang mempunyai usialebih muda dari mereka. Hal ini menandakan terganggunyasistim harga diri anak. Kondisi ini merupakan sinyal bahwa anakmembutuhkan pertolongan segera.

F.   APAKAH KESULITAN BELAJAR DAPAT DIATASI ?
Walaupun gangguan yang terjadi pada sebagian otak sudah tidakdapat diperbaiki lagi, tetapi masih ada bagian otak lain yangmasih dapat dirangsang untuk dapat berfungsi optimal. Olehkarena itu pemberian terapi haruslah sedini dan seoptimalmungkin, sehingga anak diharapkan dapat mengejar apa yangmenjadi kekurangannya selama ini. Penanganan yang diberikanpada kasus anak dengan kesulitan belajar tergantung pada hasilpemeriksaan yang komprehensif dari tim kerja. Tim ini terdiridari berbagai tenaga profesional ( sudah disebutkan di atas )yang bekerja pada suatu klinik kesulitan belajar. Dengandemikian orang tua akan memperoleh pelayanan ‘one stopassessment’ yang mempermudah mereka dalam mencaripertolongan untuk anaknya.Penanganan yang diberikan pada anak dengan kesulitan belajar meliputi :
1.      Penatalaksanaan di bidang medis
a.       Terapi obatPengobatan yang diberikan adalah sesuai dengangangguan fisik ataupsikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya :
·         Berbagai kondisi depresi dapat diberikan obat gol Antidepresan
·         GPPH diberikan obat gol. Psikostimulansia, misalnyaRitalin
b.      Terapi perilaku
Terapi perilaku yang sering diberikan adalahmodifikasi perilaku. Dalam hal ini anak akanmendapatkan penghargaan langsung jika ia dapatmemenuhi suatu tugas atau tanggung jawab atauberperilaku positif tertentu. Di lain pihak, ia akanmendapatkan peringatan jika ia memperlihatkanperilaku negatif. Dengan adanya penghargaan danperingatan langsung ini maka diharapkan anak dapatmengontrol perilaku negatif yang tidak dikehendaki,baik di sekolah atau di rumah.Psikoterapi suportif dapat diberikan kepada anak dan keluarganya.Tujuannya ialah untuk memberi pengertian danpemahaman mengenai kesulitan yang ada, sehinggadapat menimbulkan motivasi yang konsisten dalamusaha untuk memerangi kesulitan ini.Pendekatan psikososial lainnya ialah :
·         Psikoedukasi orang tua dan guru
·         Pelatihan keterampilan sosial bagi anak
2.      Penatalaksanaan di bidang pendidikanDalam hal ini terapi yang paling efektif ialah terapi remedial,yaitu bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalammengatasi kesulitan belajar anak. Guru remedial ini akanmenyusun suatu metoda pengajaran yang sesuai bagi setiapanak. Mereka juga melatih anak untuk dapat belajar dengan baikdengan tehnik-tehnik pembelajaran tertentu ( sesuai denganjenis kesulitan belajar yang dihadapi anak ) yang sangatbermanfaat bagi anak dengan kesulitan belajar.

G. BAGAIMANA PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ANAK DENGAN KESULITAN BELAJAR ?
Guru kelas biasanya tidak mempunyai waktu yang cukup untuksupervisi bagi setiap murid-muridnya. Di sini pentingnyamengapa anak memerlukan bimbingan belajar di luar jamsekolah. Ada orang tua yang mencarikan tenaga guru remedialbagi anaknya, namun ada juga yang mengerjakannya sendiri.Dengan demikian orang tua memainkan peranan yang pentingdalam meningkatkan prestasi belajar anaknya. Oleh karena ituada beberapa petunjuk yang perlu diketahui oleh para orang tua:
1.      Pilih waktu yang baik untuk belajar
2.      Pakai buku yang digunakan guru di sekolah
3.      Ciptakan suasana belajar yang nyaman dan tenang
4.      Melatih anak untuk mendiskusikan isi suatu bukudengan hanya melihat judul buku/sampulnya sebelumanak mulai membaca
5.      Melatih anak untuk mengenal angka atau hurufdengan alat peraga yang dapat diraba dan denganwarna-warna menarik
6.      Melatih anak untuk mengenal operasionalisasi tandadalam matematika dengan memberikan contoh-contohdari kehidupan sehari-hari
7.      Hindari komentar yang negatif
8.      Berikan kesempatan kepada anak bila ingin mencobamenyelesaikan pekerjaan rumahnya sendiri
9.      Membantu anak belajar sambil bermain



























KESIMPULAN
Masalah-masalah belajar yang sering dialami antara lain :
1.      Keterlambatan akademik
2.      Kecepatan dalam belajar
3.      Sangat lambat dalam belajar
4.      Kurang motivasi belajar
5.      Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
6.      Sering tidak sekolah



Tidak ada komentar:

Posting Komentar