A. Pengertian
Motorik Halus
Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus
adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti
jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan
tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk
mengerjakan suatu objek.
Hal
yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:118), menyatakan bahwa
motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus
(kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memesukkan
kelereng.
Demikianpula
menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan
pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini
membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan
motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seprti menggunting kertas,
menggambar, mewarnai, serta menganyam. Namun tidak semua anak memiliki
kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
Perkembangan motorik merupakan salah
satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.
Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan
individu menurut Hurlock (1996) adalah sebagai berikut:
a. Melalui keterampilan motorik, anak
dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa
senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola atau memainkan alat-alat mainan.
b.
Melalui
keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk
dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
c.
Melalui
perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak
sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d.
Melalui
perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul
dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk
dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau
menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
B. Perkembangan Motorik Halus Anak
Kemampuan
motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat
dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara
rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang
sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
Kecerdasan
motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya.
perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang
didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam
kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan
taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.
Setiap
anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal
mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk
mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang
dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang
mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa
si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat
mengganggu usaha dilakukan si kecil.
Terdapat
dua dimensi dalam perkembangan motorik halus anak yang di uraikan oleh Gesell
(1971),yaitu:
1.
Kemampuan
memegang dan memanifulasi benda-benda.
2.
Kemampuan
dalam koordinasi mata dan tangan.
a.
Melakukan
kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis
b.
Membuka
halaman buku berukuran besar satu persatu.
c.
Memakai
dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali.
d.
Memakai
dan melepas kaos kaki.
e.
Memutar
pegangan pintu.
f.
Memutar
tutup botol.
g.
Melepas
kancing jepret.
h.
Mengancingkan/membuka
velcro dan retsleting (misalnya pada tas).
i.
Melepas
celana dan baju sederhana.
j.
Membangun
menara dari 4-8 balok.
k.
Memegang
pensil/krayon besar.
l.
Mengaduk
dengan sendok ke dalam cangkir.
m.
Menggunakan
sendok dan garpu tanpa menumpahkan makanan.
n.
Menyikat
gigi dan menyisir rambut sendiri.
o.
Memegang
gunting dan mulai memotong kertas.
p.
Menggulung,
menguleni, menekan, dan menarik adonan atau tanah liat.
C.
Kegunaan
Motorik Halus
Kegunaan/Peningkatan
Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan
Bermainnnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani. Perkembangan motorik adalah perkembangan
dari unsur pengembangan dan pengendaliangerak tubuh.Perkembangan motorik berkembang
dengan kematangan syaraf dengan otot. Dalam standar kompetensi kurikulum TK
tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai
potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,
sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk
memasuki pendidikan selanjutnya. Memperkenalkan dan melatih gerakan motorik
halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola,mengontrol gerakan tubuh dan
koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat
sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Menggunakan
motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan
tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi
yaitu melalui keterampilan motirik halus anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan sekolahnya.
Gerakan
motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot
kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan
pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan
tangan yang cermat.gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara
lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu, dan
sebagainya. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan
pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar
anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan
dalam mempelajari motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan
mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan anak
belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak
membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas mengnyam kertas, tapi
tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang
sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan
keterampilan fisik serta kemantangan mental.
Kegunaan
motorik halus :
1. Menegmbangkan
kemandirian, contohnya memekai baju sendiri, mengancingkan baju, mengikat tali
sepatu, dll.
2. Sosialisasi,
contohnya ketika anak menggambar bersama teman-temannya.
3. Pengembangkan
konsep diri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.
4. Kebanggaan
diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap kemandirian yang
dilakukannya.
5. Berguna
bagi keterampilan dalam aktivitas sekolah misalnya memegang pensil atau pulpen.
D.
Kerawanan-kerawanan
dalam Perkembangan Motorik Halus Anak
Hal-hal
yang dapat memperhambat perkembangan motorik halus anak adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan
otak sewaktu dilahirkan.
2. Kondisi
buruk prenatal (ibu hamil yang merokok, narkoba, dll.) Kondisi buruk saat
postnatal (suatu dilahirkan).
3. Kurangnya
kesempatan anak untuk dapat melakukan aktivitas motorik halus dikarenakan
kurangnya stimulasi dari orang tua, operprotektif, terlalu dimanja, dll.
4. Tuntutan
yang terlalu tinggi dari orang tua, yaitu dituntut untuk melakukan aktivitas
motorik halus tertentu padahal organ motoriknya belum matang.
5. Kidal
yang dipaksakan menggunakan tangan kanan sehingga menimbbulkan ketegangan emosi
pada anak.
6. Motorik
halus yang kaku:
a. Lambat
dalam perkembangannya.
b. Kondisi
fisik yang lemah sehingga anak tidak memiliki motifasi untuk mengembangkan
kemampuan motorik halusnnya.
c. Tegang
secara emosional sehingga tegang otot dan kaku.
Berikut
ini adalah 10 hal yang harus dihindari dalam mendidik anak :
1. Terlalu
lemah Misalnya, selalu memenuhi semua permintaan anak. Anak tidak diajar untuk
mengenal hak dan kewajiban. Akibatnya, anak menjadi terlalu penuntut, impulsif
(gampang melakukan tindakan tanpa perhitungan), egois, dan tidak memperhatikan
kepentingan orang lain.
2. Terlalu menekan Misalnya, orang tua terlalu
mengatur dan mengarahkan anak, tanpa memperhatikan hak anak untuk menentukan
keinginannya sendiri, atau untuk mengembangkan minat dan kegiatan yang ia
inginkan. Akibatnya, anak akan menjadi lamban, selalu bekerja sesuai perintah,
tidak memiliki pendirian, dan suka melawan.
3. Perfeksionis
Orang tua menuntut anak untuk menunjukkan kematangan sikap atau target tertentu
yang umumnya melebihi kemampuan yang wajarnya dimiliki anak. Akibatnya, anak
akan terobsesi untuk meraih prestasi yang diharapkan orang tuanya. Ia juga akan
menjadi terlalu keras dan kritis terhadap dirinya sendiri.
4. Tidak
memberi perhatian Orang tua hanya menyediakan sedikit waktu untuk memperhatikan
setiap perkembangan anak, atau membantu anak menempuh tahap demi tahap
perkembangannya. Akibatnya, anak tak mampu membina hubungan dengan
lingkungannya dan akan tumbuh menjadi anak yang impulsif.
5. Terlalu
cemas akan kesehatannya Orang tua terlalu berlebihan mencemaskan kondisi fisik
anak. Padahal, secara obyektif, anak sehat. Sakit sedikit saja, orang tua
cemasnya minta ampun. Akibatnya, anak akan mudah merasa tak sehat dan ikut merasakan
kecemasan yang sama. Enggan bermain, takut jatuh, dan sebagainya.
6. Terlalu
memanjakan Misalnya, terus-menerus menghujani anak dengan barang-barang mahal
atau memberikan pelayanan istimewa, tanpa mempertimbangkan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan anak. Akibatnya, anak bisa menjadi anak yang gampang
bosan, kurang inisiatif, dan tak memiliki daya juang.
7. Tidak
pernah memberi kepercayaan Orang tua selalu meramalkan kesalahan yang belum
tentu dilakukan anak. Orang tua juga selalu mengritik anak, bahkan untuk hal-hal
yang seharusnya tak perlu kritikan. “Kamu, sih, nanti kalau jatuh, bagaimana?”
Akibatnya, anak akan menjadi seorang yang pesimis, rendah diri, dan cenderung
mengembangkan hal-hal yang selalu dilarang orang tua.
8. Menolak
kehadiran anak Misalnya, jenis kelamin anak tak sesuai dengan harapan orang
tua, sehingga orang tua cenderung menolak menjadikan anak sebagai bagian dari
keluarga. Akibatnya, semua tindakan yang dilakukan orang tua selalu merugikan
anak. Anak bisa rendah diri dan menunjukkan sikap bermusuhan terhadap orang
tua.
9. Suka
menghukum Orang tua bersikap agresif terhadap kesalahan-kesalahan yang
dilakukan anak, dan cenderung memilih memberikan hukuman fisik dengan alasan
mengajarkan disiplin. Bisa-bisa anak akan menganggap kekerasan sebagai sesuatu
yang wajar dilakukan dan akan melakukan hal yang sama terhadap keluarganya
kelak.
10. Suka
menggoda Orang tua cenderung melecehkan keberadaan anak dengan sering
mengolok-olok dan mengungkapkan kekurangan anak di depan orang banyak.
Akibatnya, anak akan merasa tidak dihargai dan rendah diri.
E. Mengoptimalkan
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Benyamin Bloom menyatakan banwa rentang penguasan
psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang lancar
atau luwes. Dave mengmbangkan teori Bloom ini dengan mengklasifikasikan domain
psikomotorik ke dalam lima kategori, mulai dari tingkat rendah sampai tingkat
yang paling tinggi. Kelima kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a. Imitation (Peniruan)
Imatation adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerakan yang telah
dilatih sebelumnya.
b. Manipulation (Penggunaan konsep)
Manipulation adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam melakukan
kegiatan. Kemampuan ini juga sering disebut sebagai kemampuan manipulasi.
c. Presition (Ketelitian)
Presition adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang
mengindikasikan tingkat kedetailan tertentu.
d. Articulasion (Perangkaian)
Articulasion adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara
koordinasi antarorgan tubuh, saraf, dan mata secara cermat.
e. Naturalization (Kewajaran/Kealamiahan)
Naturalization adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar atau
luwes.
Pengembangan
motorik halus anak usia dini hendaknya memperhatikan beberapa prisip-prinsip
sebagai berikut:
a.
Berorientasi pada kebutuhan anak.
b.
Belajarar sambil bermain.
c.
Kreatif dan inovatif.
d.
Lingkungan kondusif.
e.
Tema.
f.
Mengembangkan keterampilan hidup.
g.
Menggunakan kegiatan terpadu.
h.
Kegiatan berorientasi pada
prinsip-prinsip perkembangan anak.
Selain
itu juga, agar perkembangan motorik halus anak optimal, anak harus :
1. Memiliki
kesiapan mental dan fisik untuk melakukan kegiatan motorik halus.
2. Di
beri kesempatan untuk belajar.
3. Di
beri bimbingan dan model yang baik untuk di tiru.
a. Didampingi
saat bermain, sehingga dapat diberikan contoh menggunakan motorik halusnya.
b. Diberi
dukungan bila mengalami kesulitan.
c. Menciptakan
suasan yang menyenangkan dalam bermain yang menstimulasi perkembangan motorik
halusnya.
d. Tidak
terlalu banyak menuntut diluar batas kemampuan anak.
Perkembangan motorik halus pada anak
usia 0-6 bulan :
a. Usia 0-3 bulan
·
refleks menggenggam.
·
refleks leher.
·
rooting refleks, jika pipi bayi disentuh dengan jari dia akan
menoleh ke arah stimulus dan mulut terbuka.
·
refleks moro, apabila bayi dikagetkan secara tiba-tiba bayi
akan melakukan gerakan refleks, dan biasanya diikuti oleh tangisan yang keras
dan akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu yang singkat.
Rangsangan
:
·
tangan dan kaki bergerak aktif.
·
membaringkan bayi dengan posisi tengkurap maka bayi akan
mengangkat kepalanya.
·
dengan posisi tengkurap, bayi dapat mengangkat dada (usia 3
bulan keatas).
·
panggil namanya atau bertepuk tangan sambil tersenyum
padanya.
b. Usia 4-6 bulan
Usia 4 bulan bayi sudah dapat tengkurap dan terlentang,
menumpu badan pada kakinya dan menumpu dada pada lengan. Usia 5 bulan otot leher dan tangan semakin menguat. ketika
diletakkan dalam posisi terlentang, ia akan menggunakan tangan untuk mendorong
dan berguling membalikkan badan, ia juga sering menendang,
menggeser atau mendorong kakinya. Usia 6 bulan bayi mulai senang
melempar dan menjatuhkan benda-benda yang ada disekitarnya.
Rangsangan :
·
bayi akan terangsang untuk membalikkan badannya ketika sering
diletakkan dalam posisi tengkurap atau terlentang.
·
menumpu pada kaki bila dipegang untuk berdiri (diberdirikan).
·
melempar atau menjatuhkan benda-benda yang dapat dipegangnya.
·
bila sedang duduk sendiri tanpa memegang benda, beri dia
mainan plastik yang dapat digenggam, dipegang dan dijatuhkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Drs. MS. Sumantri, 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas,Dirjen Dikti.
Yuniarni, Desni. 2010. Metode Pengembangan Anak Usia Dini:
Pontianak.
Musbikin, Imam. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jogjakarta: Flash
Book.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar