Rabu, 29 Mei 2013

HAKIKAT PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI



A.    Pengertian Motorik Halus
Sumantri (2005:143), menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.
Hal yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:118), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memesukkan kelereng.
Demikianpula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan bahwa  motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini tidak terlalu  membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seprti menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta menganyam. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu menurut Hurlock (1996) adalah sebagai berikut:
a.       Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
b.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
c.       Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
d.      Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).

B.     Perkembangan Motorik Halus Anak
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan, persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu usaha dilakukan si kecil.
Terdapat dua dimensi dalam perkembangan motorik halus anak yang di uraikan oleh Gesell (1971),yaitu:
1.      Kemampuan memegang dan memanifulasi benda-benda.
2.      Kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan.
a.       Melakukan kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis
b.      Membuka halaman buku berukuran besar satu persatu.
c.       Memakai dan melepas sepatu berperekat/tanpa tali.
d.      Memakai dan melepas kaos kaki.
e.       Memutar pegangan pintu.
f.       Memutar tutup botol.
g.      Melepas kancing jepret.
h.      Mengancingkan/membuka velcro dan retsleting (misalnya pada tas).
i.        Melepas celana dan baju sederhana.
j.        Membangun menara dari 4-8 balok.
k.      Memegang pensil/krayon besar.
l.        Mengaduk dengan sendok ke dalam cangkir.
m.    Menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan makanan.
n.      Menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri.
o.      Memegang gunting dan mulai memotong kertas.
p.      Menggulung, menguleni, menekan, dan menarik adonan atau tanah liat.

C.    Kegunaan Motorik Halus
Kegunaan/Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan  Bermainnnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan pengendaliangerak tubuh.Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf dengan otot. Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan selanjutnya. Memperkenalkan dan melatih gerakan motorik halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola,mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil.
Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motirik halus anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya.
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-bagian tubuh  tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu, dan sebagainya. Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi. Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas mengnyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kemantangan mental.
Kegunaan motorik halus :
1.      Menegmbangkan kemandirian, contohnya memekai baju sendiri, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, dll.
2.      Sosialisasi, contohnya ketika anak menggambar bersama teman-temannya.
3.      Pengembangkan konsep diri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.
4.      Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap kemandirian yang dilakukannya.
5.      Berguna bagi keterampilan dalam aktivitas sekolah misalnya memegang pensil atau pulpen.

D.    Kerawanan-kerawanan dalam Perkembangan Motorik Halus Anak
Hal-hal yang dapat memperhambat perkembangan motorik halus anak adalah sebagai berikut:
1.      Kerusakan otak sewaktu dilahirkan.
2.      Kondisi buruk prenatal (ibu hamil yang merokok, narkoba, dll.) Kondisi buruk saat postnatal (suatu dilahirkan).
3.      Kurangnya kesempatan anak untuk dapat melakukan aktivitas motorik halus dikarenakan kurangnya stimulasi dari orang tua, operprotektif, terlalu dimanja, dll.
4.      Tuntutan yang terlalu tinggi dari orang tua, yaitu dituntut untuk melakukan aktivitas motorik halus tertentu padahal organ motoriknya belum matang.
5.      Kidal yang dipaksakan menggunakan tangan kanan sehingga menimbbulkan ketegangan emosi pada anak.
6.      Motorik halus yang kaku:
a.       Lambat dalam perkembangannya.
b.      Kondisi fisik yang lemah sehingga anak tidak memiliki motifasi untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnnya.
c.       Tegang secara emosional sehingga tegang otot dan kaku.
Berikut ini adalah 10 hal yang harus dihindari dalam mendidik anak :
1.      Terlalu lemah Misalnya, selalu memenuhi semua permintaan anak. Anak tidak diajar untuk mengenal hak dan kewajiban. Akibatnya, anak menjadi terlalu penuntut, impulsif (gampang melakukan tindakan tanpa perhitungan), egois, dan tidak memperhatikan kepentingan orang lain.
2.       Terlalu menekan Misalnya, orang tua terlalu mengatur dan mengarahkan anak, tanpa memperhatikan hak anak untuk menentukan keinginannya sendiri, atau untuk mengembangkan minat dan kegiatan yang ia inginkan. Akibatnya, anak akan menjadi lamban, selalu bekerja sesuai perintah, tidak memiliki pendirian, dan suka melawan.
3.      Perfeksionis Orang tua menuntut anak untuk menunjukkan kematangan sikap atau target tertentu yang umumnya melebihi kemampuan yang wajarnya dimiliki anak. Akibatnya, anak akan terobsesi untuk meraih prestasi yang diharapkan orang tuanya. Ia juga akan menjadi terlalu keras dan kritis terhadap dirinya sendiri.
4.      Tidak memberi perhatian Orang tua hanya menyediakan sedikit waktu untuk memperhatikan setiap perkembangan anak, atau membantu anak menempuh tahap demi tahap perkembangannya. Akibatnya, anak tak mampu membina hubungan dengan lingkungannya dan akan tumbuh menjadi anak yang impulsif.
5.      Terlalu cemas akan kesehatannya Orang tua terlalu berlebihan mencemaskan kondisi fisik anak. Padahal, secara obyektif, anak sehat. Sakit sedikit saja, orang tua cemasnya minta ampun. Akibatnya, anak akan mudah merasa tak sehat dan ikut merasakan kecemasan yang sama. Enggan bermain, takut jatuh, dan sebagainya.
6.      Terlalu memanjakan Misalnya, terus-menerus menghujani anak dengan barang-barang mahal atau memberikan pelayanan istimewa, tanpa mempertimbangkan apa yang sesungguhnya dibutuhkan anak. Akibatnya, anak bisa menjadi anak yang gampang bosan, kurang inisiatif, dan tak memiliki daya juang.
7.      Tidak pernah memberi kepercayaan Orang tua selalu meramalkan kesalahan yang belum tentu dilakukan anak. Orang tua juga selalu mengritik anak, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya tak perlu kritikan. “Kamu, sih, nanti kalau jatuh, bagaimana?” Akibatnya, anak akan menjadi seorang yang pesimis, rendah diri, dan cenderung mengembangkan hal-hal yang selalu dilarang orang tua.
8.      Menolak kehadiran anak Misalnya, jenis kelamin anak tak sesuai dengan harapan orang tua, sehingga orang tua cenderung menolak menjadikan anak sebagai bagian dari keluarga. Akibatnya, semua tindakan yang dilakukan orang tua selalu merugikan anak. Anak bisa rendah diri dan menunjukkan sikap bermusuhan terhadap orang tua.
9.      Suka menghukum Orang tua bersikap agresif terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak, dan cenderung memilih memberikan hukuman fisik dengan alasan mengajarkan disiplin. Bisa-bisa anak akan menganggap kekerasan sebagai sesuatu yang wajar dilakukan dan akan melakukan hal yang sama terhadap keluarganya kelak.
10.  Suka menggoda Orang tua cenderung melecehkan keberadaan anak dengan sering mengolok-olok dan mengungkapkan kekurangan anak di depan orang banyak. Akibatnya, anak akan merasa tidak dihargai dan rendah diri.
E.     Mengoptimalkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Benyamin Bloom menyatakan banwa rentang penguasan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku sampai pada gerakan yang lancar atau luwes. Dave mengmbangkan teori Bloom ini dengan mengklasifikasikan domain psikomotorik ke dalam lima kategori, mulai dari tingkat rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Kelima kategori tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Imitation (Peniruan)
Imatation adalah keterampilan untuk menentukan suatu gerakan yang telah dilatih sebelumnya.
b.      Manipulation (Penggunaan konsep)
Manipulation adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan. Kemampuan ini juga sering disebut sebagai kemampuan manipulasi.
c.       Presition (Ketelitian)
Presition adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang mengindikasikan tingkat kedetailan tertentu.
d.      Articulasion (Perangkaian)
Articulasion adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara koordinasi antarorgan tubuh, saraf, dan mata secara cermat.
e.       Naturalization (Kewajaran/Kealamiahan)
Naturalization adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar atau luwes.
Pengembangan motorik halus anak usia dini hendaknya memperhatikan beberapa prisip-prinsip sebagai berikut:
a.       Berorientasi pada kebutuhan anak.
b.      Belajarar sambil bermain.
c.       Kreatif dan inovatif.
d.      Lingkungan kondusif.
e.       Tema.
f.       Mengembangkan keterampilan hidup.
g.      Menggunakan kegiatan terpadu.
h.      Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak.
Selain itu juga, agar perkembangan motorik halus anak optimal, anak harus :
1.      Memiliki kesiapan mental dan fisik untuk melakukan kegiatan motorik halus.
2.      Di beri kesempatan untuk belajar.
3.      Di beri bimbingan dan model yang baik untuk di tiru.
a.       Didampingi saat bermain, sehingga dapat diberikan contoh menggunakan motorik halusnya.
b.      Diberi dukungan bila mengalami kesulitan.
c.       Menciptakan suasan yang menyenangkan dalam bermain yang menstimulasi perkembangan motorik halusnya.
d.      Tidak terlalu banyak menuntut diluar batas kemampuan anak.
Perkembangan motorik halus pada anak usia 0-6 bulan :
a.       Usia 0-3 bulan
·         refleks menggenggam.
·         refleks leher.
·         rooting refleks, jika pipi bayi disentuh dengan jari dia akan menoleh ke arah stimulus dan mulut terbuka.
·         refleks moro, apabila bayi dikagetkan secara tiba-tiba bayi akan melakukan gerakan refleks, dan biasanya diikuti oleh tangisan yang keras dan akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu yang singkat.
Rangsangan :
·         tangan dan kaki bergerak aktif.
·         membaringkan bayi dengan posisi tengkurap maka bayi akan mengangkat kepalanya.
·         dengan posisi tengkurap, bayi dapat mengangkat dada (usia 3 bulan keatas).
·         panggil namanya atau bertepuk tangan sambil tersenyum padanya.
b.      Usia 4-6 bulan
Usia 4 bulan bayi sudah dapat tengkurap dan terlentang, menumpu badan pada kakinya dan menumpu dada pada lengan. Usia 5 bulan otot leher dan tangan semakin menguat. ketika diletakkan dalam posisi terlentang, ia akan menggunakan tangan untuk mendorong dan berguling membalikkan badan, ia juga sering menendang, menggeser atau mendorong kakinya. Usia 6 bulan bayi mulai senang melempar dan menjatuhkan benda-benda yang ada disekitarnya.
Rangsangan :
·         bayi akan terangsang untuk membalikkan badannya ketika sering diletakkan dalam posisi tengkurap atau terlentang.
·         menumpu pada kaki bila dipegang untuk berdiri (diberdirikan).
·         melempar atau menjatuhkan benda-benda yang dapat dipegangnya.
·         bila sedang duduk sendiri tanpa memegang benda, beri dia mainan plastik yang dapat digenggam, dipegang dan dijatuhkan.











DAFTAR PUSTAKA
Drs. MS. Sumantri, 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas,Dirjen Dikti.
Yuniarni, Desni. 2010. Metode Pengembangan Anak Usia Dini: Pontianak.
Musbikin, Imam. 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jogjakarta: Flash Book.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar