Minggu, 03 November 2013

konsep filsafat



BAB II
PEMBAHASAN
1.      PENGERTIAN FILSAFAT
            Pada awalnya, manusia menggunakan mitos untuk menjawab pertanyaan tentang alam. Mereka percaya bahwa dewalah yang merupakan sumber segala yang ada. Suasana yang bersifat mitologi ini dapat dianggap awal manusia berpikir tentang “sesuatu” yang ada di balik segala peristiwa yang dapat diamati oleh inderanya. Kemudian manusia berupaya untuk menemukan jawaban dengan cara terus menerus berpikir tentang masalah yang dihadapinya serta melakukan pengamatan terhadap segala sesuatu yang diduga dapat membantu memecahkan masalahnya.  
            Kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata sopihia yang berarti kebijaksanaan, kearifan, atau pengetahuan. Jadi philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan.
            Beberapa pandangan yang dikemukakan oleh tiga orang filsuf yang dianggap sebagai tiga filsuf besar pada masanya ;
a.      Sokrates
Sokrates adalah filsuf Yunani yang hidup antara tahun 469-399 SM yang sangat menaruh perhatian pada manusia dan menginginkan agar manusia itu mampu mengenali dirinya sendiri. Menurutnya, jiwa manusia merupakan asas hidup yang paling dalam. Jadi jiwa merupakan hakikat manusia yang memiliki arti sebagai penentu kehidupan manusia. Berdasarkan pandangannya itu, ia tidak mempunyai niat untuk memaksa orang lain menerima ajaran atau pendangan tertentu. Ia justru mengutamakan agar orang lain dapat menyampaikan pandangan mereka sendiri. Untuk itu ia menggunakan metode dialektika, yaitu dengan cara melakukan dialog dengan orang lain, sehingga orang lain dapat mengemukakan atau menjelaskan pandangan atau idenya. Dengan demikian dapat timbul pandangan atau alternative yang baru. Sokrates tidak meninggalkan tulisan-tulisan tentang pandangannya, namun pandangan Sokrates tadi dikemukakan oleh Plato, salah seorang muridnya.
b.      Plato
Plato (427-347 SM) mengemukakan pandangannya bahwa realitas yang mendasar adalah idea tau idea. Ia percaya bahwa alam yang kita lihat atau alam empiris yang mengalami perubahan itu bukanlah realitas yang sebenarnya. Dunia penglihatan atau dunia persepsi, yakni dunia yang konkret itu hanyalah bayangan dari ide-ide yang bersifat abadi dan imeterial. Plato menyatakan bahwa ada dunia tangkapan inderawi atau dunia nyata, dan dunia ide. Untuk memesuki dunia ide, diperlukan adanya tenaga kejiwaan yang besar dan untuk itu manusia harus meninggalkan kebiasaan hidupnya, mengendalikan nafsu serta sesantiasa berbuat kebajikan. Plato menyatakan pula bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bagian tertinggi adalah akal budi, bagian tengah diisi oleh rasa atau keinginan dan bagian bawah ditempati oleh nafsu. Akal budilah yang dapat digunakan untuk melihat ide serta menertibkan jiwa-jiwa yang ada pada bagian tengah dan bawah.
c.       Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM) pernah menjadi murid Plato selama 20tahun. Ia senang melakukan perjalanan ke berbagai tempat dan pernah menjadi guru pangeran Alexander yang kemudian menjadi Raja Alexander Yang Agung. Ia juga mendirikan sebuah sekolah yang disebut Lyceum. Aristoteles merupakan seorang pemikir yang kritis, banyak melakukan penelitian dan mengembangkan pengetahuan pada masa hidupnya. Ia banyak menaruh perhatian pada ilmu kealaman dan kedokteran. Tulisan-tulisannya dapat dikatakan meliputi segala ilmu yang dikenal pada masanya, termasuk ilmu kealaman, masyarakat dan negara, sastra dan kesenian, serta kehidupan manusia.
Tulisan Aristoteles yang terkenal hingga sekarang ialah mengenai logika, yang olehnya disebut analitika. Ilmu ini bertujuan mengajukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh segala pemikiran yang bermaksud mencapai kebenaran. Dalam hal ini inti logika Aristoteles adalah silogisme, yaitu cara berpikir yang bertolak dari dua dalil atau proporsisi yang telah ada, kemudian menghasilkan proporsisi ketiga yang ditarik dari dua proporsisi semula.
  
2.      FUNGSI FILSAFAT
      Fungsi filsafat secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai alat mencari dan menemukan kebenaran dari segala fenomena yang ada dikaji secara ilmiah.
b.      Mempertahankan, mendukung, antitesis, atau berrdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
c.       Memberikan pemaman tentang cara mengkaji kehidupan, pandangan hidup, dan pandangan dunia.
d.      Memberika ajaran tentang moral dan etika dalam penggunaan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan.
e.       Menjadi sumber inspirasi dan pedoman dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.

3.      MISI DAN TUJUAN FILSAFAT
Visi filsafat :
a.       Pencegah (memberikan suatu gambaran yang pasti mengenai ilmu filsafat)
b.      Pengasah (mengasah diri kita untuk bisa berpikir secara realitas)
c.       Penggerak (menggerakkan diri kita untuk melakukan suatu hal yang bernilai positif dan sangat bermanfaat)
Misi filsafat :
a.       Mengembangkan ilmu filsafat dan teologi
b.      Menyelenggarakan pendidikan akademik yang unggul di bidang filsafat dan teologi dalam dialog dengan ilmu-ilmu lain yang terikat
c.       Menjadi pusat pengembangan pemikiran yang dapat dipertanggungjawabkan, berorientasi pada nilai kemanusiaan universal, cita-cita bangsa Indonesia.
d.      Melibatkan diri dalam kehidupan intelektual, cultural, dan spiritual bangsa.
Tujuan Filsafat :
a.       Mendalami unsure-unsure pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat, dan tujuan ilmu
b.      Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories
c.       Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang alamiah dan nonalamiah
d.      Mendorong pada calon ilmuan dan ilmuan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya
e.       Mempertegas dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama, tidak ada pertentangan
f.       Menyiapkan landasan bagi kesempurnaan dan kekemuncakan manusia
g.      Membantu manusia menghalau was-was setan dan menampik gelenyar materialisme dan ateisme; menjaganya dari penyimpangan berpikir dan macam-macam jerat yang menjatuhkan; melindunginya dengan senjata pamungkas di arena adu gagasan dan membuatnya mampu membela pandangan-andangan dan aliran-aliran yang benar sekaligus menyerbu dan membidas pandangan-pandangan dan aliran-aliran yang keliru dan tidak sehat.

4.      MODEL-MODEL FILSAFAT
Dalam filsafat, terdapat beberapa model yang dapat dipelajari, yaitu:
a.      Filsafat Spekulatif
1)      Cara berfikir sistematis dan bebas tentang segala yang ada
2)      Manusia memiliki kekuatan rasional yang sangat tinggi “animal rational”
3)      Tergolong filsafat tradisional sebagai bangunan penguatan (body of knowledge)
4)      Filsafat Yunani kuno seperti Socrates, Plato, Aristoteles, danlain-lain yang dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif
5)      Mencari keteraturan dan keseluruhan bukan pada item pengalaman khusus, melainkan kepada semuan pengalaman dan pengetahuan
6)      Suatu upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman 
b.      Filsafat Preskriptif
adalah suatu cara berfikir sistematis mengenai segala hal yang ada.
1)      Berusaha menghasilkan suatu ukuran (standar) nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia dan penilaian tentang seni
2)      Menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, dan bagus dan jelek
3)      Nilai suatu benda pada dasarnya inheren dalam dirinya atau merupakan suatu gambaran dari pemikiran manusia


c.       Filsafat Analitik
Dikelompokkan menjadi dua, yakni filsafat Analitik Linguistik dan Analitik Positivistik Logis.
1)      Analitik Linguistik
Mengandung arti bahwa filsafat sebagai analisis logis tentang bahasa, kata-kata dan pengertian.
Analitik Linguistik akan menguji suatu idea tau gagasan, seperti istilah kebebasan akademik, hak asasi manusia, demokrasi dan sebagainya.
Menurut Analitik Linguistik idea tau gagasan tersebut memiliki makna yang berbeda dalam konteks berlainan.
2)      Analitik Positivistik Logis
Dikenal dengan nama Neo Positivism yang dikembangkan Bertrand Russel yang berakar dan meneruskan filsafat Positivistik Comte, yakni peletakan dasar pendekatan kuantitatif dalam pengembangan ilmu.
Positivisme merupakan suatu model dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang di dalam langkah kerjanya menempuh jalan melalui observasi, eksperimentasi dan komparasi sebagaimana diterapkan dalam ilmu kealaman.
Paradigma positivism menunjukkan lima aksioma (asumsi yang diterima tanpa persetujuan), yaitu ; hakikat kenyataan (ontology), hubungan antar pencari tahu dan yang tahu, kemungkinan mengeneralisasi, kemungkinan hubungan kausalitas, peranan nilai dalam inkuiri.






BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
            Dari makalah yang kami buat dapat disimpulkan bahwa, kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophia, terdiri dari kata philos yang berarti cinta atau sahabat dan kata sopihia yang berarti kebijaksanaan, kearifan, atau pengetahuan. Jadi philosophia berarti cinta pada kebijaksanaan atau cinta pada pengetahuan.

B.     SARAN
            Saran kami bahwa dalam menerapkan pendidikan kita haruslah mengetahui tentang konsep filsafat didalam hidup, agar tujuan kehidupan dapat tercapai. Serta menghalau was-was setan dan menampik gelenyar materialisme dan ateisme; menjaganya dari penyimpangan berpikir dan macam-macam jerat yang menjatuhkan; melindunginya dengan senjata pamungkas di arena adu gagasan dan membuatnya mampu membela pandangan-andangan dan aliran-aliran yang benar sekaligus menyerbu dan membidas pandangan-pandangan dan aliran-aliran yang keliru dan tidak sehat.











DAFTAR PUSTAKA


Poedjiadi, Anna & Suwarma. 2008. Filsafat Ilmu.Jakarta: Universitas Terbuka.
http://physicsmaster.orgfree.com/artikel/ oleh M.Sutarno, S.Si, M.Pd 2009.           diunduh tanggal 13 September 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar