BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Jaring Laba-laba
Model jaring laba-laba merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
pendekatan tematik sebagai pusat pembelajaran yang dijabarkan dalam beberapa
kegiatan dan/ bidang pengembangan (Aisyah, dkk, 2007:4.3).
Istilah model jarring laba-laba digunakan untuk nama model ini karena bentuk rancangannya memang seperti jala atau jarring yang dibuat oleh laba-laba, dengan tema yang dibicarakan sebagai pusat atau laba-labanya.
Istilah model jarring laba-laba digunakan untuk nama model ini karena bentuk rancangannya memang seperti jala atau jarring yang dibuat oleh laba-laba, dengan tema yang dibicarakan sebagai pusat atau laba-labanya.
Berdasarkan tema tersebut, ditentukan sub-sub tema sehingga akan
memperjelas tema utama dengan menggunakan beberapa aspek kemampuan dasar yang
ingin dikembangkan.
Masih menurut (Aisyah, dkk, 2007:4.12) ada enam langkah dalam menyusun
rancangan pembelajaran terpadu model jarring laba-laba. Keenam langkah tersebut
yaitu :
a)
Mempelajari kompetisi dasar, hasil
belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok
usia.
b)
Mengidentifikasi tema dan sub tema
dan memetakannya.
c)
Mengidentifikasi indikator pada
setiap kompetensi bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan
dicapai dan sub tema yang dipilih
d)
Menyusun rencana kegiatan mingguan
e)
Menyusun kegiatan harian
Langkah awal dalam membuat rancangan pebelajaran model apapun adalah
terlebih dahulu mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator pada
setiap kelompok di lembaga PAUD. Kompetensi tersebut akan menjadi acuan dalam
pembelajaran, dengan pemilihan tema dan kegiatan yang sesuai.
B. Kelebihan dan Keterbatasan Model Jaring Laba-laba
Sebagaimana
sebuah model pengembangan, tidak ada satu model pengembangan yang sempurna dan
terbaik. Setiap model pengembangan pasti memiliki kelebihan, dan juga
keterbatasan. Dengan kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh setiap model
pengembangan tersebut maka para guru dapat mempertimbangkan model yang paling
sesuai untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakannya
yang sesuai dengan berbagai situasi dan kondisi setempat.
Beberapa kelebihan
dari model jaring laba-laba ini adalah sebagai berikut.
1.
Ada kekuatan motivasi yang berasal dari
proses penentuan tema yang diminati oleh anak – anak.
Ditentukan
bersama oleh guru dan anak – anak melalui percakapan atau diskusi ringan.
Setiap anak dapat mengusulkan tema – tema yang menarik perhatiannya dan melihat
apakah sebagian besar teman – temannya juga berminat dengan tema tersebut. Ini
merupakan motivasi instrinsik yang sangat menguntungkan bagi proses
pembelajaran.
2.
Model jaring laba – laba relatif mudah
dilakukan para guru, termasuk guru TK pemula.
Model
jaring laba – laba cukup mudah dilaksanakan oleh para guru, termasuk oleh guru
– guru yang belum berpengalaman karena model ini sangat alamiah dengan adanya
tema. Jadi, pembelajaran juga berlangsung alami, seperti layaknya interaksi
antara anak – anak dengan orang dewasa pada situasi informal.
3.
Mempermudah perencanaan kerja tim karena
semua anggota tim (guru) sebagai pengembang dapat bekerja sama untuk
mengembangkan semua bidang/aspek pengembangan melalui satu tema saja sehingga
tidak terjadi ketumpangtindihan dalam materi pembelajaran.
Kelebihan
ini berlaku untuk tingkat pendidikan yang selama ini menerapkan guru bidang
studi (SD/SMP/SMA) karena dengan model jaring laba – laba tiap guru tidak merancang
kegiatan sendiri – sendiri, tetapi berada satu kesatuan jejaring.
Pembelajarannya pun dapat ditangani oleh 1 – 2 orang guru saja jika guru
tersebut cukup memiliki kemampuan dengan bidang – bidang studi yang akan
dikembangkan.
4.
Pendekatan tematik memberikan kejelasan
“payung” yang akan memotivasi anak maupun guru.
Digunakannya
satu tema saja sebagai payung atau pusat minat sangat sesuai dengan cara
berpikir anak yang masih holistik. Hal ini menjadi dasar diperlakukannya
pembelajaran secara terpadu.
5.
Model ini juga memudahkan anak untuk
melihat berbagai kegiatan atau berbagai gagasan yang berbeda, namun saling
terkait dalam satu tema.
Pada
model ini, sekat – sekat antara berbagai bidang pengembangan yang berbeda tidak
tampak dengan jelas karena dibungkus dalam satu tema. Hal ini memudahkan anak
untuk mengikuti proses belajar karena alur pembelajaran mengalir bdengan halus,
tidak terkesan meloncat – loncat.
Sedangkan
keterbatasan model jaring laba-laba sebagai berikut
1. Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah
menyeleksi tema.
2.
Dibutuhkan waktu dan pikiran untuk
mengaitkan setiap tema dengan sumber belajar yang tersedia dan beradaptasi
dengan model ini.
3.
Adanya kecendrungan merumuskan suatu
tema yang dangkal dan kurang bermakna bagi anak dan hanya sebagai tema yang
artifisial.
4. Pembelajaran guru
lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
Pada pembelajaran di TK sesuai dengan
kurikulum 2004, tema berfungsi sebagai sarana untuk mengenalkan berbagai konsep
pada anak dengan tujuan menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh
dan memperkaya perbendaharaan kata anak. Tema juga berisi bahan-bahan yang
perlu dikembangkan lebih lanjut oleh guru menjadi program kegiatan yang
operasional dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak agar tidak
menimbulkan kebosanan. Pembelajaran melalui pendekatan tematis seperti ini
memang sangat sesuai untuk anak TK karena anak usia TK masih berpikir secara holistik,
belum terperinci bagian per bagian.
Jadi, kekuatan pembelajaran dengan
pendekatan tema secara umum adalah sebagai berikut.
1.
Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak.
Tingkat perkembangan anak merupakan salah satu
kriteria dalam menentukan tema sehingga dalam pembelajaran berbagai kegiatan
dan pengalaman yang dilaksanakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak,
tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dan tidak terlalu sulit atau terlalu
mudah.
2.
Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan
anak.
Minat dan kebutuhan anak juga merupakan salah satu
kriteria dalam menentukan tema sehingga diharapkan anak akan menyenangi
kegiatan pembelajaran yang dilakukan karena tema yang dipilih dan digunakan
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
3.
Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih
berkesan dan bermakna.
Pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak akan menimbulkan motivasi intrinsik yang tinggi pada anak. Dengan motivasi
intensif memungkinkan anak terlibat secara langsung dalam pembelajaran sehingga
ingatan atau kesan terhadap pembelajaran yang dialaminya akan bertahan lama.
4.
Mengembangkan ketermapilan berpikir dengan mencoba
memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi.
Tema diangkat sesuai kebutuhan anak dan dikembangkan
sedemikian rupa melalui berbagai kasus yang seolah-olah nyata akan membuat anak
tertarik untuk menyelesaikannya. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
menerapkan latihan memecahkan masalah akan dapat mengembangkan keterampilan
berpikir anak.
5.
Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama,
bertoleransi, berkomunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Pelaksanaan pembelajaran tematik, sejak penentuan tema
melalui diskusi, memecahkan berbagai persoalan bersama dan berbagai kegiatan
kelompok lainnya akan mengembangkan keterampilan sosial anak dalam
berkomunikasi dan saling menjaga perasaan teman, juga menghargai berbagai
gagasan yang berbeda dari teman-temannya.
6.
Memudahkan anak memusatkan perhatian
pada satu tema atau topik tertentu.
7.
Memudahkan anak mempelajari pengetahuan
dan mengembangkan berbagai bidang pengembangan dalam tema yang sama.
8.
Meningkatkan pemahaman terhadap
materi pelajaran
9.
Mengembangkan kompetensi bahasa lebih
baik dengan mengaitkan aspek pengembangan dan pengalaman pribadi anak.
10.
Anak lebih merasakan manfaat dan
makna belajar karena materi yang disampaikan dalam konteks tema yang jelas
11.
Meningkatkan gairah belajar anak,
karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.
12.
Menghemat waktu karena bidang
pengembangan disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan dalam dua atau tiga kali pertemuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar