Rabu, 29 Mei 2013

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PADA USIA 2-3 TAHUN



KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PADA USIA 2 SAMPAI 3 TAHUN
a.       Kemampuan motorik halus anak usia 2-3 tahun menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009:

1. Meremas kertas atau kain dengan menggerakkan lima jari.
2. Melipat kertas meskipun belum rapi/lurus.
3. Menggunting kertas tanpa pola.
4. Koordinasi jari tangan cukup baik untuk memegang benda pipih seperti sikat gigi, sendok.

b.      Cara menstimulasi perkembangan motorik halus anak usia 2-3 tahun:
1.      Membalik halaman buku satu per satu
2.      Meniru menggambar lingkaran, garis vertikal, dan horizontal
3.      Memegang alat tulis
4.      Jari-jari bekerja sama dalam meraup benda-benda yang kecil
5.      Meremas
6.      Mengepal
7.      Menggulung
8.       Menyusun blok kayu
9.      Merangkai
Tujuan pemberian
Stimulasi perlu diberikan kepada anak agar melatih gerakan halus supaya kelak anak terampil menggunakan jari-jemari dalam kehidupan sehari-harinya, khususnya dalam kegiatan sekolah nanti seperti menulis, melipat, menggunting.

Berikut berbagai macam kegiatan rangsangan berupa permainan atau stimulasi sederhana menyenangkan yang bisa diberikan untuk melatih kemampuan motorik halus si kecil antara lain :
1.      Permainan tebak benda
Permainan ini akan mendorong anak untuk menyentuh dan merasakan objek yang berbeda-beda yang akan diberikan. Anda hanya perlu kantong kertas dan benda-benda yang aman untuk anak-anak balita anda. Carilah barang yang terbuat dari bahan atau material yang berbeda-beda dan memiliki bentuk yang bervariasi. Sembunyikan barang di dalam kantong dan biarkan anak merasakan dengan jari-jarinya yang mungil benda apa yang ada dalam kantong tanpa melihat ke dalam. Minta anak untuk menebak benda-benda tersebut dan saat permainan selesai biarkan anak kemudian bermain dengan benda-benda tersebut.
2.      Merangkai puzzle
Puzzle kayu atau berbahan karton tebal berukuran cukup besar misalnya bergambar hewan atau buah baik diberikan pada anak usia 2-3 tahun. Hal ini untuk melatih kecerdasan dalam merangkai gambar juga kecermatannya dalam memungut dan menempatkan puzzle pada tempatnya.
3.      Menarik dan mendorong
Di usia ini anak suka bermain dengan mendorong kardus, keranjang cucian atau menarik mainannya misalnya saja bermain mainan kayunya dengan tali, minta anak untuk menariknya menggunakan tangan kanan dan kirinya secara bergantian. Latih anak untuk menggunakan kedua tangannya agar kedua tangannya terampil. Anda tidak perlu khawatir kalau anak anda memang kidal, latihlah tangan tersebut agar lebih terampil.
4.      Bermain lilin atau play dough
Ajari dan minta anak untuk meniru bentuk-bentuk sederhana menggunakan lilin berwarna-warni yang anda buat. Anda bisa memperkenalkan nama-nama warna juga saat melakukan stimulus ini, misalnya saja bentuk bola-bola kecil, ular, cincin, atau boneka salju, kegiatan meremas, menggulung dan mencetak berbagai macam bentuk selain menyenangkan dapat memperkuat lengan bagian atas, otot-otot telapak tangan dan jari-jarinya.
5.      Menempelkan stiker
Ajaklah dan biarkan anak untuk memilih ketika anda membeli stiker-stiker tokoh kartun favoritnya. Biarkan anak untuk menempelkannya di boks plastic makanan atau di mainan favoritnya. Bisa juga anda membeli buku stiker khusus dimana anak dapat menempelkan stikernya di atas sebuah pola atau bentuk yang memiliki gambar sama dengan bentuk stikernya. Kegiatan mencampur dan menempel stiker tentu dapat melatih keterampilan jari-jari kecilnya.
6.      Membalik halaman buku satu persatu
Kegiatan rangsangan ini bisa dilakukan ketika anda sedang membaca buku cerita bergambar untuknya. Anda bisa membuka dua atau tiga halaman tiga pertama selanjutnya minta anak untuk membuka halamannya satu per satu.
7.      Mencorat-coret
Duduklah bersama anak berikan selembar kertas dan sebuah pensil atau krayon. Ajarkan anak untuk memegang pensil atau krayon yang benar. Mintalah anak untuk menggambar apa saja yang disukainya atau berikan contoh bagaimana cara menggambar lingkaran dan garis lurus minta anak untuk meniru gambar-gambar tersebut.
8.      Menggunting kertas
Anda bisa membeli gunting plastic khusus anak yang tidak membahayakan di took-toko alat tulis. Aktivitas menggunting ini bisa melatih anak dalam memegang dan menggerakkan gunting yang tentu saja dapat melenturkan otot-otot jarinya agar lebih cekatan. Pada awalnya berikan contoh kepada anak cara memegang gunting yang benar dan bantu anak dalam menempatkan posisi jari-jarinya sebelum menggunting anda bisa membuat pola-pola sederhana di kertas seperti bentuk segitiga dan persegi panjang lalu minta nak untuk mengguntingnya. Untuk lebih menyenangkan anda juga bisa memintanya menggunting gambar tokoh kartun favoritnya dari majalah bacaan anak atau kertas kado.

c.       Hambatan atau gangguan yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak usia 2-3 tahun










Tabel

Usia 
Kemp.motorik halus
Bentuk stimulasi
1-2 tahun















Usia 2-3 tahun










Usia 3-4 tahun








Usia 4-6 tahun













·         mengambil benda kecil dengan ibu jari atau telunjuk
·         membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan

·         menyusun menara dari balok
·         memindahkan air dari gelas ke gelas lain
·         belajar memakai kaus kaki sendiri

·         menyalakan TV dan bermain remote
·         belajar mengupas pisang

·         mencoret-coret dengan 1 tangan


       menggambar garis tak beraturan
·         memegang pensil
·         belajar menggunting

·         mengancingkan baju
dan memakai baju sendiri

·         menggambar manusia

·        

     mencuci tangan sendiri


·         membentuk benda dari plastisin
·         membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi
·         menggunting dengan cukup baik
·         melipat amplop

·         membawa gelas tanpa menumpahkan isinya
·         memasikkan benang ke lubang besar



·         Menjumput kismis

Berikan buku tulis atau bacaan

·        
     Berikan balok
          Berikan 2 gelas dan air
·        
     Biarkan anak memakai kaos kaki sendiri
·         Memencet tombol TV
·         Berikan anak buah pisang
·       
          Berikan anak pensil dan kertas


           Berikan buku gambar dan pensil
·         Berikan pensil
·         Berikan gunting dan kertas
·
   Suruh anak mengancing pakaiannya sendiri
·      

         Berikan pensil dan buku gambar
·        
   

    Perintah anak untuk ke wastafel dan cuci tangan 
·        
     Berikan plastisin
          Berikan anak kertas dan pensil
·        
     Berikan gunting
     Berikan anak kertas lipat
·       
          Berikan anak gelas yang berisi air
·        
    Berikan anak benang dan balok yang berlubang suruh anak memasukan


BAB III
KESIMPULAN

Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut Gallahue adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak.
motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
Perkembangan fisik/motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. karena keterampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian, dan koordinasi ototo tubuh yang satu dengan yang lain.



Intervensi Stimulasi
  • Stimulasi merangkak, menarik ke posisi berdiri, berjalan sambil berpegangan, dan berjalan dengan bantuan.
  • Bermain bola Ajak bayi bermain bola. Gelindingkan bola ke arahnya dan usahakan agar ia menggelindingkan bola atau memukulnya kembali ke arah anda. Bola besar akan lebih mudah untuk bermain pertama kali. Berangsur-angsur bermain bola dengan berbagai ukuran, jangan gunakan bola yang terlalu kecil sehingga dapat ditelan dan menyebabkan tersedak. Jangan memakai balon.
  • Membungkuk Jika bayi sudah bisa berdiri, letakkan sebuah mainan di lantai. Ajak agar ia mau membungkuk dan mengambil mainan itu tanpa berpegangan. Mula-mula mungkin bayi perlu dibantu.
  • Berjalan sendiri Bantu bayi agar mau berjalan beberapa langkah tanpa berpegangan. Buat permainan seperti meminta bayi berjalan ke pelukan anda untuk mendapatkan dekapan atau mainan yang disukainya. Beri pujian bila bayi mau berjalan beberapa langkah. Bila bayi belum siap berjalan, tunggu beberapa hari dan coba lagi.
  • Naik tangga Tunjukkan kepada bayi cara naik tangga dengan merangkak, kemudian biarkan ia menuruni tangga dengan melangkahkan kakinya. Gunakan tangga yang rendah dan bayi jangan ditinggal sendirian.
  • Stimulasi memasukkan benda ke dalam wadah, bermain dengan mainan yang mengapung di air. (baca: Perkembangan & Stimulasi Anak Usia 6-9 bulan
  • Menyusun balok/kotak Ajari bayi menyusun beberapa balok/kotak besar. Balok/kotak dapat dibuat dari karton atau potonganpotongan kayu bekas. Benda lain yang bisa dipakai adalah beberapa kaleng kecil (kosong) atau mainan anak berbentuk kubus/balok.
  • Menggambar
    Letakkan krayon/pinsil berwarna dan kertas di meja. Ajak bayi “menggambar” dengan krayon atau pinsil berwarna. Kegiatan menggambar ini dapat dilakukan bersamaan dengan anda menge6akan tugas rumah tangga.
  • Bermain di dapur
    Biarkan bayi bermain di dapur ketika anda sedang memasak. Pilih lokasi yang jauh dari kompor dan letakkan sebuah kotak tempat menyimpan mainan alai memasak dari plastik atau bends-bends yang ads di dapur seperti gelas, mangkuk, sendok, tutup gelas dari plastik.
Stimulasi  Aspek Bicara dan Bahasa
  • Stimulasi berbicara, menjawab pertanyaan, dan menyebutkan nama gambar-gambar di bukul majalah. (baca: Perkembangan & Stimulasi Anak Usia 6-9 bulan)
  • Menirukan kata-kata.
    Setiap had bicara kepada bayi. Sebutkan kata-kata yang telah diketahui artinya seperti: minum susu, mandi, tidur, kue, makan, kucing dan lain-lain. Buat agar bayi mau meniru kata-kata tersebut. Bila bayi mau mengatakannya, puji ia, kemudian sebutkan kata itu lagi dan buat agar ia mau mengulanginya.
  • Berbicara dengan boneka.
    Beli sebuah boneka atau buat boneka mainan dari sarung tangan atau kaos kaki yang digambad dengan pens menyerupai bentuk wajah. Berpura-pura bahwa boneka itu yang berbicara kepada bayi dan buat agar bayi mau berbicara kembali dengan boneka itu.
  • Bersenandung dan bernyanyi.
    Nyanyikan lagu dan bacakan syair anak kepada bayi sesering mungkin
Stimulasi Aspek Sosialisasi dan Kemandirian
  • Stimulasi memberi rasa aman dan kasih sayang, mengajak bayi tersenyum, mengayun bayi, menina-bobokkan bayi, bermain “Ciluk-ba”, dan permainan “bersosialisasi” (baca: Perkembangan & Stimulasi Anak Usia 6-9 bulan)
  • Minum sendiri dari sebuah cangkir.
    Bantu bayi memegang cangkir dan minum dari cangkir tersebut. Pilih cangkir plastik tertutup dengan lubang mulut dapat dipakai untuk tahap awal, isi cangkir dengan air sedikit agar tidak tumpah.
  • Makan bersama-sama.
    Ajak bayi makan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. Bayi duduk dekat dengan yang lainnya dan makan makanannya (makanan bayi umur 9-12 bulan berbeda dengan makanan keluarga).
  • Menarik mainan yang letaknya agak jauh.
    Ajari bayi untuk mengambil sendiri mainan yang letaknya agak jauh dengan cara meraih, menarik, ataupun mendorong badannya supaya dekat dengan mainan tersebut. Letakkan mainan yang bertali agak jauh, ajari bayi cara menarik tali untuk mendapatkan mainan tersebut. Simpan mainan bertali tersebut jika anda tidak dapat mengawasi bayi anda
Intervensi Stimulasi
  • Stimulasi merangkak, menarik ke posisi berdiri, berjalan sambil berpegangan, dan berjalan dengan bantuan.
  • Bermain bola Ajak bayi bermain bola. Gelindingkan bola ke arahnya dan usahakan agar ia menggelindingkan bola atau memukulnya kembali ke arah anda. Bola besar akan lebih mudah untuk bermain pertama kali. Berangsur-angsur bermain bola dengan berbagai ukuran, jangan gunakan bola yang terlalu kecil sehingga dapat ditelan dan menyebabkan tersedak. Jangan memakai balon.
  • Membungkuk Jika bayi sudah bisa berdiri, letakkan sebuah mainan di lantai. Ajak agar ia mau membungkuk dan mengambil mainan itu tanpa berpegangan. Mula-mula mungkin bayi perlu dibantu.
  • Berjalan sendiri Bantu bayi agar mau berjalan beberapa langkah tanpa berpegangan. Buat permainan seperti meminta bayi berjalan ke pelukan anda untuk mendapatkan dekapan atau mainan yang disukainya. Beri pujian bila bayi mau berjalan beberapa langkah. Bila bayi belum siap berjalan, tunggu beberapa hari dan coba lagi.
  • Naik tangga Tunjukkan kepada bayi cara naik tangga dengan merangkak, kemudian biarkan ia menuruni tangga dengan melangkahkan kakinya. Gunakan tangga yang rendah dan bayi jangan ditinggal sendirian.
  • Stimulasi memasukkan benda ke dalam wadah, bermain dengan mainan yang mengapung di air. (baca: Perkembangan & Stimulasi Anak Usia 6-9 bulan
  • Menyusun balok/kotak Ajari bayi menyusun beberapa balok/kotak besar. Balok/kotak dapat dibuat dari karton atau potonganpotongan kayu bekas. Benda lain yang bisa dipakai adalah beberapa kaleng kecil (kosong) atau mainan anak berbentuk kubus/balok.
  • Menggambar
    Letakkan krayon/pinsil berwarna dan kertas di meja. Ajak bayi “menggambar” dengan krayon atau pinsil berwarna. Kegiatan menggambar ini dapat dilakukan bersamaan dengan anda menge6akan tugas rumah tangga.
  • Bermain di dapur
    Biarkan bayi bermain di dapur ketika anda sedang memasak. Pilih lokasi yang jauh dari kompor dan letakkan sebuah kotak tempat menyimpan mainan alai memasak dari plastik atau bends-bends yang ads di dapur seperti gelas, mangkuk, sendok, tutup gelas dari plastik.
Stimulasi  Aspek Bicara dan Bahasa
  • Stimulasi berbicara, menjawab pertanyaan, dan menyebutkan nama gambar-gambar di bukul majalah. (baca: Perkembangan & Stimulasi Anak Usia 6-9 bulan)
  • Menirukan kata-kata.
    Setiap had bicara kepada bayi. Sebutkan kata-kata yang telah diketahui artinya seperti: minum susu, mandi, tidur, kue, makan, kucing dan lain-lain. Buat agar bayi mau meniru kata-kata tersebut. Bila bayi mau mengatakannya, puji ia, kemudian sebutkan kata itu lagi dan buat agar ia mau mengulanginya.
  • Berbicara dengan boneka.
    Beli sebuah boneka atau buat boneka mainan dari sarung tangan atau kaos kaki yang digambad dengan pens menyerupai bentuk wajah. Berpura-pura bahwa boneka itu yang berbicara kepada bayi dan buat agar bayi mau berbicara kembali dengan boneka itu.
  • Bersenandung dan bernyanyi.
    Nyanyikan lagu dan bacakan syair anak kepada bayi sesering mungkin
Stimulasi Aspek Sosialisasi dan Kemandirian
  • Stimulasi memberi rasa aman dan kasih sayang, mengajak bayi tersenyum, mengayun bayi, menina-bobokkan bayi, bermain “Ciluk-ba”, dan permainan “bersosialisasi” (baca: Perkembangan & Stimulasi Anak Usia 6-9 bulan)
  • Minum sendiri dari sebuah cangkir.
    Bantu bayi memegang cangkir dan minum dari cangkir tersebut. Pilih cangkir plastik tertutup dengan lubang mulut dapat dipakai untuk tahap awal, isi cangkir dengan air sedikit agar tidak tumpah.
  • Makan bersama-sama.
    Ajak bayi makan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. Bayi duduk dekat dengan yang lainnya dan makan makanannya (makanan bayi umur 9-12 bulan berbeda dengan makanan keluarga).
  • Menarik mainan yang letaknya agak jauh.
    Ajari bayi untuk mengambil sendiri mainan yang letaknya agak jauh dengan cara meraih, menarik, ataupun mendorong badannya supaya dekat dengan mainan tersebut. Letakkan mainan yang bertali agak jauh, ajari bayi cara menarik tali untuk mendapatkan mainan tersebut. Simpan mainan bertali tersebut jika anda tidak dapat mengawasi bayi anda





GANGGUAN MOTORIK, MOTORIK ORAL DAN GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA DAN BAHASA
dr Widodo Judarwanto SpA
PENDAHULUAN
Manusia berinteraksi satu dengan yang lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa. Komunikasi tersebut terjadi baik secara verbal maupun non verbal yaitu dengan tulisan, bacaan dan tanda atau simbol5. Berbahasa itu sendiri merupakan proses kompleks yang tidak terjadi begitu saja. Manusia berkomunikasi lewat bahasa memerlukan proses yang berkembang dalam tahap-tahap usianya. Bagaimana manusia bisa menggunakan bahasa sebagai cara berkomunikasi selalu menjadi pertanyaan yang menarik untuk dibahas sehingga memunculkan banyak teori tentang pemerolehan bahasa.
Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Hampirsebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara dan gangguan berbahasa. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara danbahasa, dan 6% kelemahan bahasa).
Gagap terjadi pada 4­-5% pada usia 3 – ­5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3 ­- 6% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada usia pra sekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian anak dengan riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa yang lebih tinggi dari pada anak dengan riwayatsosial ekonomi menengah keatas.
Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa keterlambatan bicara sering dikaitkan dengan gangguan perkembangan, gangguan perilaku, gangguan motorik oral dan gangguan fungsi motorik lainnya. Bila berbagai gangguan yang tyerjadi hampir bersamaan tersebut tidak disikapi dengan baik,maka akan mengganggu tumbuh dan berkembangnya anak di masa depan.
HUBUNGAN ANTARA KETERLAMBATAN BICARA, FUNGSI MOTOR DAN GANGGUAN ORAL MOTOR
Terdapat beberapa penelitian mengkaitkan antara masalah motorik anak dengan DSLDs (Developmental speech and language disorders) terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian tersebut memperlihatkan secara signifikan anak-anak dengan DSLDs memiliki ketrampilan motorik lebih lambat dibanding anak-anak umumnya terutama koordinasi mata-tangan(antara lain pegboard, threading beads, fastening buttons, and tapping). Sebagai catatan problem-problem motorik ini tidak dibatasi pada fungsi-fungsi motorik yang dipaksakan. Untuk ketrampilan motorik kasar dapat diamati ketrampilan melangkah, berlari, menaiki tangga, berdiri dengan 1 kaki, melompat dengan 1 kaki, berjalan jinjit, berjalan dengan tumit, dan ketrampilan-ketrampilan yang meliputi pengontrolan obyek atau aktivitas lokomotor pada anak dengan masalah bahasa yang relative buruk dibandingkan anak lain pada umumnya. Disamping itu, keseimbangan pada 1 kaki ternyata menjadi 1 ukuran yang paling membedakan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dibanding anak-anak umumnya. Sebaliknya, hasil dari penelitian sebelumnya menemukan tidak ada perbedaan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dengan anak-anak umumnya dalam mempertahankan lamanya keseimbangan. Penelitian sebelumnya menghubungkan antara kemampuan oral motor dan bicara, terlihat gerakan sederhana yang menyerupai gerakan makan(Moore & Ruark, 1996), atau gerakan oral cepat dan berulang(Dworkin & Culatta, 1985), Kedua penelitian ini tidak memperlihatkan hubungan gangguan dan perkembangan bahasa. Peneliti lain menyatakan bahwa makin sulit gerakan oral, makin berhubungan dengan kemampuan bicara, mungkin karena hal tersebut menyerupai suatu percakapan. Dari hasil ini, terlihat bahwa anak-anak yang gerakan oral motornya buruk sebelum usia dua tahun, juga memiliki kemampuan bahasa yang buruk. Anak-anak yang kemampuan oral motornya baik bagaimanapun akan mampu menggunakan bahasa pada spektrumnya. Hal ini menyiratkan bahwa kemampuan oral motor diperlukan dan prasyarat untuk kemampuan berbicara yang baik.
Pengalaman klinis yang menghubungkan antara kontrol motorik dan bahasa
Pada pemeriksaan hubungan antara perkembangan kontrol motorik dan bahasa dan gangguannya, terdapat perbedaan antara besarnya jumlah yang diketahui tentang motor kontrol anggota tubuh dan sedikit yang diketahui tentang motor kontrol oral. Sebagai contoh, telah lama diketahui bahwa fase pertama dari perkembangan bahasa terjadi sejajar dengan fase pertam perkembangan gestural, dan anak-anak yang fase gesturalnya lebih awal dari rata-rata biasanya juga mengucapkan kata-kata pertamanya lebih awal dari rata-rata(Bates et al., 1979). Data terakhir memperlihatkan bahwa anak-anak yang terlambat memulai baik komunikasi gestural dan percakapan bahasa secara spontan, lebih mungkin untuk mengalami keterlambatan daripada anak-anak yang memulai komunikasi gestural pada umur yang sesuai tetapi juga mengalami keterlambatan bicara (Thal et al., 1997).
Ada juga suatu hubungan yang kuat antara kesulitan kontrol motorik anggota tubuh dan kelemahan bahasa(Hill, 2001), yang mana terlihat genetik ikut berperan (Bishop, 2002). Ketidakseimbangan dalam penelitian ini masih ada, meskipun kenyataannya mayoritas pengguna bahasa yang bicara. Sekarang terjadi perubahan dalam perkembangan ketrampilan motorik oral.
Sebagian besar penelitian focus pada masalah motorik anak dengan DSLDs terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian ini memperlihatkan secara signifikan anak-anak dengan DSLDs memiliki motorik lebih lambat disbanding anak-anak umumnya terutama koordinasi mata-tangan(antara lain pegboard, threading beads, fastening buttons, and tapping). Sebagai catatan problem-problem motorik ini tidak dibatasi pada fungsi-fungsi motorik yang dipaksakan. Untuk kemampuan motorik kasar dapat diamati kemampuan melangkah, berlari, menaiki tangga, berdiri dengan 1 kaki, melompat dengan 1 kaki, berjalan jinjit, berjalan dengan tumit, dan kemampuan-kemampuan yang meliputi pengontrolan obyek atau aktivitas lokomotor pada anak dengan masalah bahasa yang relatif buruk dibanding anak lain pada umumnya. Disamping itu, keseimbangan pada 1 kaki ternyata menjadi 1 ukuran yang paling membedakan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dibanding anak-anak umumnya. Sebaliknya, hasil dari penelitian sebelumnya menemukan tidak ada perbedaan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dengan anak-anak umumnya dalam mempertahankan lamanya keseimbangan.
Sangat jelas fakta-fakta, secara klinis bermakna antara DSLDs dan masalah-masalah motorik; bagaimanapun kedua hal itu merupakan suatu catatan. Pertama, hampir tidak ada perhatian untuk mengembalikan ketrampilan bola pada anak-anak dengan DSLDs, meskipun dalam melakukan ketrampilan ini secara jelas terdapat koordinasi mata-tangan, tergantung pada control keseimbangan, dan pentingnya kontribusi untuk interaksi sosial anak-anak tersebut dengan grup bermainnya. Anak-anak dengan DSLDs mempunyai masalah-masalah sosial, karena mereka kesulitan komunikasi, ketrampilan bola yang tidak cukup, lebih jauh keterbatasan kemampuan anak-anak untuk berinteraksi sosial dan fisik dengan kelompok bermainnya. Dalam lingkup ini, hal tersebut sangat penting bagi studi epidemiologi menekankan nilai sosial dan gaya hidup aktif fisik, terutama saat memulai awal kehidupan. Satu dampak besar seperti gaya hidup yang menurun berdampak pada kelemahan kognitif nantinya. Kedua penelitian pemeriksaan motorik pada subgroup anak-anak dengan DSLDs terbatas.
Hill menyatakan bahwa subgroup anak-anak dengan DSLDs memiliki kemampuan berbeda dalam fungsi motorik halus. Bishop tertuju pada spesifik-subtipe perbedaan hubungan motorik dan menemukan hasil yang menarik. Penelitian pada anak kembar dimana 1 atau kedua kembar mempunyai kelemahan bicara/bahasa dibandingkan kelompok kontrol anak normal, dia menemukan bahwa anak-anak dengan kombinasi kelemahan bicara dan bahasa memperoleh total nilai yang lebih buruk pada pegboard dan tapping daripada kelompok kontrol. Lebih jauh dia menyimpulkan bahwa hubungan antara kelemahan bicara/bahasa dan masalah motorik adalah lebih kuat untuk kelemahan bicara daripada kelemahan bahasa. Hal ini penting untuk menambah pemahaman profil kemampuan subgroup anak dengan DSLDs, karena informasi ini bisa digunakan untuk memberikan cara-cara yang efektif untuk intervensi.
BERBAGAI GANGGUAN MOTORIK. VESTIBULARIS  DAN SENSORIS YANG SERING MENYERTAI ANAK DENGAN KETERLAMBATAN BICARA
  1. GANGGUAN KESEIMBANGAN KOORDINASI DAN MOTORIK : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak, duduk leter ”W”. Terlambat melompat dan terlambat mengayuh sepeda.
  2. GANGGUAN SENSORIS : sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) , cahaya (silau), raba (jalan jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik)
  3. GANGGUAN ORAL MOTOR : TERLAMBAT BICARA, bicara terburu-buru, cadel, gagap. GANGGUAN MENELAN DAN MENGUNYAH, tidak bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi.
  4. GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Mata bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. MUDAH JATUH DARI TEMPAT TIDUR. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}. ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.

Gangguan Yang Menyertai Gangguan Bicara
  1. GANGGUAN TIDUR MALAM : sulit tidur bolak-balik ujung ke ujung, tidur posisi “nungging”, berbicara,tertawa,berteriak, sering terbangun duduk saat tidur,mimpi buruk, “beradu gigi” atau bruxism
  2. AGRESIF MENINGKAT sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)
  3. GANGGUAN KONSENTRASI: cepat bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi,main game, baca komik. Mengerjakan sesuatu tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antri, pelupa, suka “bengong”, TAPI ANAK TAMPAK CERDAS
  4. EMOSI TINGGI (mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum), keras kepala, negatifisme
Gangguan Perkembangan dan Perilaku Yang sering menyertai Gangguan Bicara
  • SUSUNAN SARAF PUSAT : sakit kepala, MIGRAIN, TICS (gerakan mata sering berkedip), , KEJANG NONSPESIFIK (kejang tanpa demam & EEG normal).
  • HAMPIR SEBAGIAN BESAR PENDERITA AUTISM PASTI AKAN MENGALAMI GANGGUAN KOMUNIKASI, GANGGUAN BICARA DAN BERBAHASA. TETAPI PENDERITA GANGGUAN BICARA BELUM TENTU MENGALAMI GANGGUAN AUTISM.




DAFTAR PUSTAKA
Samsudin, Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-Kanak, Jakarta; Litera Prenada Media Group, 2008.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar