Rabu, 29 Mei 2013

ORGANISASI KELAS UNTUK PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI



A.    ORGANISASI KELAS UNTUK PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI
Bagaimanakah mengorganisasi dan mengelola kelas agar terjadi pembelajaran sains yang sesuai program yang diharapkan? Hal-hal yang harus dikelola secara baik, menurut Holton (1992) dalam pengembangan pembelajaran sains, khususnya yang menggunakan strategi berbasis discovery-inquiry adalah :
a.       Distribusi Material Pembelajaran
Prinsipnya adalah guru harus dapat membagi secara adil, memadai dan memungkinkan kegiatan pembelajaran sains berlangsung secara optimal. Para pengajar, harus memahami karakteristik dari setiap material pembelajaran yang digunakan, baik dari sisi kualitas, kuantitas, maupun daya jangkaunya terhadap sasaran belajar. Guru harus mengetahui mana material yang hanya dapat digunakan oleh satu orang saja, mana material yang dapat digunakan 2 atau 3 orang, serta mana material yang dapat digunakan secara klasikal. Kemampuan mengenal karakteristik dari setiap material sains, akan memudahkan dalam menyeleksi, memproduksi sekaligus mendistribusikannya untuk kepentingan anak dalam pembelajaran sains. Dengan demikian paket-paket material dapat dimanfaatkan dan di manipulasi oleh anak secara lebih bermakna, mendalam dan konferhenship. Efek nya adalah dampak pembelajaran sains dapat mencapai level yang cukup tinggi. Dengan memperhatikan menejemen distribusi material, hal-hal yang akan mengganggu kondusifitas pembelajaran dapat dieliminasi dan dihindarkan, diantaranya :
1.   Kebiasaan anak bergerombol pada objek sains tertentu saja, sehingga meninggalkan objek sains lainya; yang seharusnya mereka observasi dan pelajari dapat ditekan seminimal mungkin,
2.   Kebiasaan berebut material pembelajaran, yang lazim dilakukan oleh anak-anak, pada saat pembagiannya akan dapat diatasi disamping dapat menekan berbagai kebiasaan buruk yang berada pada anak, dengan diterapkannya menejemen distribusi material yang baik; akan berimplikasi positif pada perkembangan prilaku, yaitu anak yang akan menjadi pribadi yang tertib, jujur, bersyukur, dan selalu berbuat optimal dengan segala yang ada dilingkungannya.

b.      Penyediaan Area atau Arena Bekerja Anak
Faktor penyediaan area atau arena bekerja anak dalam mempelajari dan mengeksploitasi sains, merupakan unsur kunci demi suksesnya aktivitas sains dalam pembelajaran. Syarat mutlak ruang kelas untuk pembelajaran atau ruang kerja sains untuk aktivitas anak adalah harus memadai, ketidaktersediaan arena kerja sains yang memadai akan mengganggu dan menghalangi dinamika anak dalam perolehan pengalaman belajar sains yang diikutinya. Dengan demikian harus diupayakan agar setiap kelompok belajar sains akan mendapat lahan dan area yang sesuai dengan topik sains yang sedang dikembangkan saat itu. Jika memang, terdapat masalah misalkan ruang yang tersedia kecil, maka guru harus lekas-lekas mencari cara lain yang dianggap tepat.
Terkait dengan penyediaan arena untuk aktivitas sains, terdapat beberapa hal lain yang harus diperhatikan, diantaranya ;
1.   Aktivitas sains yang disediakan guru harus memungkinkan terjadinya interaksi antar group. Jadi jika dilakukan pemisahan arena, harus dipikirkan bagaimana mereka dapat melakukan komunikasi antar group seperti yang diharapkan tersebut.
2.   Meski guru diberikan kesempatan berkomunikasi antar kelompok anak yang sedang mempelajari sains, tetapi guru harus dapat mengkondisikan kelas agar jangan sampai terjadi kontak antar grup yang sifatnya tidak perlu. Jadi hindarilah komunikasi antar kelompok yang tidak produktif.
3.   Karena pada umumnya kelas yang ada cendrung dalam format tradisional, tugas guru yang utama dalam pengelolaan kelas adalah menemukan cara bagaimana memanfaatkan kelas tradisional tersebut menjadi kelas yang optimal dalam pembelajaran sains yang dilakukan dan dibawah bimbingannya itu.
4.   Terkait dengan sarana penunjang kelas, seperti bangku, meja dan yang lainnya; hendaklah dikembangkan peralatan yang bersifat flexibel-moveable dan anak sendiri mampu menata dan memindah-mindahkannya.

c.       Pemberian Petunjuk Bekerja/Belajar
Faktor berikutnya yang harus sangat diperhatikan agar aktivitas sains berlangsung secara optimal dan dinamis, adalah kemampuan guru dalam memberikan penjelasan atau petunjuk kerja yang benar, jelas dan dimengerti oleh setiap anak sebagai peserta belajar sains. Sebab masalah-masalah pembelajaran akan muncul, jika anak-anak tidak memahami harapan guru dan tuntutan tujuan dari aktivitas yang akan dan harus dilaksanakannya. Proses pembelajaran mungkin akan menjadi kacau, dan aktivitas anak menjadi tidak optimal. Untuk itu terkait dengan bagaimana guru memberikan petunjuk belajar pada anak, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya;
1.      Sampaikanlah beberapa harapan-harapan dalam pembelajaran sains yang akan dilaksanakan dengan kalimat dan penjelasan yang sederhana, mungkin juga beberapa bagian yang diucapkan berulangkali, pokoknya hingga anak merasa jelas.
2.      Untuk membantu anak memberikan penjelasan agar lebih dipahami anak, cobalah dilengkapi dengan alat bantu, baik berupa prosedur maupun material yang sifatnya familiar dimata anak.
3.      Gunakanlah beberapa menit untuk mencontohkan penggunaan beberapa material yang akan digunakan anak dalam pembelajaran sains, seperti : bagaimana menggunakan penggaris, menggunakan termometer, dan sebagainya.

d.      Mengatasi Kejenuhan Belajar
Dalam pembelajaran bidang pengembangan apapun, tetrmasuk pembelajaran sains akan memungkinkan anak menjadi jenuh. Para guru harus memiliki kiat dan strategi untuk mengatasi, minimum mengurangi dan bersyukur jika mampu menghindari sepenuhnya. Abruscato (1992), menyatakan kunci utama untuk menghindarinya sesungguhnya dari saat pengembangan perencanaan, jika perencanaan dikemas secara monoton dari waktu ke waktu, sudah dipastikan anak akan merasa bosan atas setiap kali kegiatan sains yang diikutinya; karena penting sekali pengembangan pembelajaran sains harus direncanakan secara hati-hati, usahakan bervariasi dan menuangkan unsur-unsur yang bersifat kreatif, sehingga pada saat perencanaan iu diaplikasikan anak-anak merasa senang menerimanya, bahkan perencanaan itu secara konsisten oleh guru dikemas secara kreatif dan variatif; saat dimungkinkan anak menunggu-nunggu kegiatan sains yang akan dilaksanakannya. Jadikanlah perencanaan sebagai sumber inspirasi untuk mendinamiskan anak saat pembelajaran sains.
Dengan memperhatikan uraian diatas, pembelajaran sains yang efektif dapat dicapai. Wrag (1997), menyebutkan ciri-cirinya:
Pertama : pembelajaran sains tersebut memudahkan anak mempelajari sesuatunya, seprti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup sesuai dengan sesama atau sesuai dengan hasil belajar yang diinginkan. Kedua : keterampilan yang digunakan dan yang melekat pada anak diakui oleh mereka yang berkompeten menilai; seperti guru, pelatih, pengarah, tutor atau kepsek dan pemilik; bahkan murid sendiri.
Kesimpulan dari uraian tentang organisasi kelas sains, hendaklah kelas atau tempat anak mempelajari sains (dimanapun lokasinya) dipersiapkan sebagai tempat yang mengasikan bagi setiap anak, sehingga mereka akan betah bercengkrama dengan sains yang sedang dipelajarinya.

B.     MENGEMBANGKAN PENILAIAN PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK.
Evaluasi sains adalah proses penelusuran dan penentuan tingkat pembelajaran sains, sehingga diketahui upaya-upaya selanjutnya, baik tindakan perbaikan, pengayaan maupun pengembangan lainya.
Kegiatan evaluasi merupakan suatu kesempatan untuk merefleksikan pengalaman anak serta sebangai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun hasil belajar anak yang dicapai oleh anak, maka tujuan penilaian adalah untuk merencanakan kurikulum pengembangan anak, meningkatkan perkembangan kemampuan anak selanjutnya, serta keberhasilan belajar anak dikelas, baik pada dimensi individu, kelompok, maupun klasikal. Dengan demikian kedudukan perkembangan dan kemajuan anak serta langkah-langkah tindak  lanjutnya dapat diketahui secara baik melalui serangkaian kegiatan evaluasi yang dilaksanakan. Tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran sains :
1.      Memberikan umpan balik terhadap program pembelajaran sains yang dikembangkan, sehingga diketahui tingkat keberhasilan dan kegagalan. Jika berhasil maka dilanjutkan, sedangkan jika gagal diperbaiki kembali.
2.      Menentukan tingkat kematangan dan kemajuan perkembangan anak dalam kegiatan sains, bila terkait dengan dimensi [roduk, dimensi proses maupun dimensi sikap sains.
3.      Sebagai bahan pertimmbangan guru untuk mnempatkan anak dalam kegiatan sains yang lebih sesuai dengan minat dan kemampuan yang memungkinkan anak dapat mencapai kemapuan secara optimal dalam pembelajaran sains.
4.      Untuk mengetahui latar belakang kesulitan belajar anak selama mengikuti program pembelajaran sains.
5.      Memberikan informasi kepada orang tua/ wali tentang kemajuan dan kemampuan sains yang telah atau belum dikuasai anaknya.
6.      Sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan dalam memberikan pembinaan selanjutnya.
Cara melakukan evaluasi pembelajaran sains pada anak usia dini:
1.      Observasi atau pengamatan
Observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan prilaku anak.
2.      Catatan anekdot
Catatan anekdot atau “anecdotal record” adalah kumpulan catatan tentang sikap dan prilaku anak yang khusus, baik yang positif maupun  yang negatif. Jika kedua prilaku tersebut muncul pada anak saat menikuti pembelajaran sains, harus dicatat oleh para guru sains yang berguna bagi pembinaan anak, dan penentuan keputusan serta layangan khusus lainnya.
3.      Percakapan atau “interview”
Percakapan adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap atau wawancara antara anak degan guru baik dalam kelas maupun luar kelas. Yang berguna untuk mengenali secara langsung perasaan anak ,apa yang dipikirkan anak, diinginkan anak, minat anak, motivasi dan kiebutuhan-kebutuhan anak dalam program pembelajaran sains.
4.      Pemberian tugas
Pemberian tugas adalah suatu metode penilaian di mana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak dan bagaimana proses balajar anak.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi sains:
a.       Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada prinsip perkambangan bukan pada prestasi.
b.      Kegiatan evaluasi sains hendaklah selalu dilaksanakan pada saat anak sedang dalam kegiatan.
c.       Lakukan evaluasi dengan cara alamiah atau naturalistic. Sehingga saat guru melakukan evaluasi pada anak saat melakukan kegitan tidak merasa tergangu.
d.      Lakukanlah penandaan, pencatatan dan repotase secara segera terhadap segala prilaku yang muncul pada anak saat mengikuti kegiatan sains.

C.     KRITERIA KUALITAS GURU UNTUK PEMBELAJARAN SAINS
Like Wilarjo (1988), menyatakan untuk menjadi guru sains yang baik yang terpenting adalah menjad ilmuwan terlebih dahulu. Ilmuwan dapat mempelajari cara untuk membelajarkan sains, sehingga menjadi pengajar sains. Sedangkan menurut R.Rohandi (1988), anjuran bagi para guru dalam melaksanakan pembelajaran sains adalah menempatkan aktivitas nyata anak dengan berbagai objek yang dipelajari yang merupakan hal utama untuk dpaat dikembangkan. Berbagai kesempatan harus diberikan kepada anak untuk bersentuhan langsung dengan objek yang akan atau sedang dipelajarinya. Dengan pembelajaran seperti itulah anak sedang bergelut belajar mengenai apa yang dinamakan sains.
Selanjutnya amin (1987), dengan menyoroti peran guru, guru sains menurutnya hanya sebagai transmitter of knowledge, harusnya sebagai transfer of knowledge sekaligus sebagai transform of knowledge juga transform of values, sehingga mungkin anak sebagai subjek belajar, bukan objek belajar dan bagaimana menempatkan anak sebagai subjek belajar dalam pengembangan pembelajaran sans ? Karena setiap anak diyakini memiliki potensi untuk diaktualisasikan.
Secara lebih rinci peran guru sains pada pengembangan program pembelajaran sains bagi anak usia dini diantaranya sebagai berikut :
a.       Guru sebagai Perencana
Perencana artinya menentukan alternatif-alternatif yang terkait dengan kebutuhan program sains. Program sains akan jauh lebih bermakna dari sudut pandangnya sendiri, karna mereka akan lebih meningkatkan gairahnya dalam menggali sains yang merupakan refleksi dari komitmen anak yang dilibatkan oleh guru.
b.      Guru sebagai Inisiator
Dalam kegiatan sains, kita sering melihat ada anak mendapatkan kebutuhan dalam menindaklanjuti atau memulai kegiatan. Jika terjadi seperti itu, guru dapat masuk sebagai pembuka gagasan atau inisiatif. Tetapi jangan sampai mengambil alih inisiatif anak, terutama kegiatan yang sedang dilakukan anak dengan penuh konsentrasi. Jika anda dapat membuka dengan angka 1 maka jangan tambahkan dengan 2, biarlah anak yang mengeksplorasi dan melakukan pencarian selanjutnya.
c.       Guru sebagai Fasilitator
Guru punya kewajiban memberi kemudahan dan keluasan terhadap anak untuk melakukan kegiatan sains. Ciptakan suasana kondusif, penuhi kebutuhan alat dan bahan, serta sediakan waktu yang cukup untuk beraktivitas bagi anak. Jika itu dilakukan, berarti anda sudah menjadi guru sains yang mengerti akan kebutuhan anak.
d.      Guru sebagai Observer
Mengamati aktivitas anak dapat berupa pengamatan intensitas maupun kesulitan anak sehingga diketahui saat yang tepat anda dalam memberikan bantuan belajar sains pada anak-anak.
e.       Guru sebagai Elaborator
Mengajukan beberapa pertanyaan yng merangsang anak, sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas pembelajaran sains yang dilakukan semua anak.


f.       Guru sebagai Motivator
Mendukung, mendorong dan memberi penguatan terhadap kegiatan pembelajaran sains anak. Tetapi malah merusak kegiatan sains anak. Lakukan motivasi secara wajar dan luwes.
g.      Guru sebagai Antisifator
Memprediksi faktor-faktor yang diduga akan berpengaruh pada anak, terutama yang kaan mencelakakan anak. Jika kegiatan banyak melibatkan alat dan bahan yang mudah melukai anak, maka sebaikanya dilakukan penyampaian tata tertib dan tata cara pemakaian yang benar. Jangan sampai gelas ukuran jatuh, pecah dan melukai anak. Kejelian guru dalam mengamati berbagai kemungkinan, akan meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam kegiatan sains anak.
h.      Guru sebagai Model
Guru sebagai model dapat menunjukkan sikap, cara, dan ketkunan terkat dengan penggunaan alat-alat sains .
i.        Guru sebagai Evaluator
Peran sebagai evaluator dalam kegiatan sains adalah melakukan pengamatan yang bbar dan tepat, melakukan pencatatan secara akurat, serta berupaya membuat laporan yang sesua dengan perkembangan anak sesungguhnya.
j.        Guru sebagai Teman bereksplorasi bersama Anak
Anak akan senang apabila gurunya juga aktif dalam kegiatan. Bahkan anak-anak akan jauh menrima kehadiran guru apabila gurulah ytang berusaha memahami perilaku anak, jangan anak yang dituntut untuk memahami perilaku guru.
k.      Promoter agar Anak Menjadi Pembelajar Sejati
Selalu mendorong dan memberikan kesempatan untuk anak agar rajin dan giat membaca, karena buku merupakan sumber belajar sains yang sangat kaya. Mendorong anak agar anak rajin menelaah sendiri, mencari keterangan serta pandangan baru melalui bahan pustaka maupun bertanya pada pihak lain.
Bagi anak yang sudah dpaat membaca dan menulis, sarankan untuk membuat catatan dari setiap hasil bacaan dan pengamatannya serta jadkanlah isi catatn tersebut sebagai bahan diskusi dalam pembelajaran sains yang diikutinya.

























DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar