A.
ORGANISASI KELAS UNTUK
PEMBELAJARAN SAINS PADA ANAK USIA DINI
Bagaimanakah mengorganisasi dan
mengelola kelas agar terjadi pembelajaran sains yang sesuai program yang
diharapkan? Hal-hal yang harus dikelola secara baik, menurut Holton (1992)
dalam pengembangan pembelajaran sains, khususnya yang menggunakan strategi
berbasis discovery-inquiry adalah :
a. Distribusi
Material Pembelajaran
Prinsipnya
adalah guru harus dapat membagi secara adil, memadai dan memungkinkan kegiatan
pembelajaran sains berlangsung secara optimal. Para pengajar, harus memahami
karakteristik dari setiap material pembelajaran yang digunakan, baik dari sisi
kualitas, kuantitas, maupun daya jangkaunya terhadap sasaran belajar. Guru
harus mengetahui mana material yang hanya dapat digunakan oleh satu orang saja,
mana material yang dapat digunakan 2 atau 3 orang, serta mana material yang
dapat digunakan secara klasikal. Kemampuan mengenal karakteristik dari setiap
material sains, akan memudahkan dalam menyeleksi, memproduksi sekaligus mendistribusikannya
untuk kepentingan anak dalam pembelajaran sains. Dengan demikian paket-paket
material dapat dimanfaatkan dan di manipulasi oleh anak secara lebih bermakna,
mendalam dan konferhenship. Efek nya adalah dampak pembelajaran sains dapat
mencapai level yang cukup tinggi. Dengan memperhatikan menejemen distribusi
material, hal-hal yang akan mengganggu kondusifitas pembelajaran dapat
dieliminasi dan dihindarkan, diantaranya :
1. Kebiasaan
anak bergerombol pada objek sains tertentu saja, sehingga meninggalkan objek
sains lainya; yang seharusnya mereka observasi dan pelajari dapat ditekan
seminimal mungkin,
2. Kebiasaan
berebut material pembelajaran, yang lazim dilakukan oleh anak-anak, pada saat
pembagiannya akan dapat diatasi disamping dapat menekan berbagai kebiasaan
buruk yang berada pada anak, dengan diterapkannya menejemen distribusi material
yang baik; akan berimplikasi positif pada perkembangan prilaku, yaitu anak yang
akan menjadi pribadi yang tertib, jujur, bersyukur, dan selalu berbuat optimal
dengan segala yang ada dilingkungannya.
b. Penyediaan
Area atau Arena Bekerja Anak
Faktor
penyediaan area atau arena bekerja anak dalam mempelajari dan mengeksploitasi
sains, merupakan unsur kunci demi suksesnya aktivitas sains dalam pembelajaran.
Syarat mutlak ruang kelas untuk pembelajaran atau ruang kerja sains untuk
aktivitas anak adalah harus memadai, ketidaktersediaan arena kerja sains yang
memadai akan mengganggu dan menghalangi dinamika anak dalam perolehan
pengalaman belajar sains yang diikutinya. Dengan demikian harus diupayakan agar
setiap kelompok belajar sains akan mendapat lahan dan area yang sesuai dengan
topik sains yang sedang dikembangkan saat itu. Jika memang, terdapat masalah
misalkan ruang yang tersedia kecil, maka guru harus lekas-lekas mencari cara
lain yang dianggap tepat.
Terkait
dengan penyediaan arena untuk aktivitas sains, terdapat beberapa hal lain yang
harus diperhatikan, diantaranya ;
1. Aktivitas
sains yang disediakan guru harus memungkinkan terjadinya interaksi antar group.
Jadi jika dilakukan pemisahan arena, harus dipikirkan bagaimana mereka dapat
melakukan komunikasi antar group seperti yang diharapkan tersebut.
2. Meski
guru diberikan kesempatan berkomunikasi antar kelompok anak yang sedang mempelajari
sains, tetapi guru harus dapat mengkondisikan kelas agar jangan sampai terjadi
kontak antar grup yang sifatnya tidak perlu. Jadi hindarilah komunikasi antar
kelompok yang tidak produktif.
3. Karena
pada umumnya kelas yang ada cendrung dalam format tradisional, tugas guru yang
utama dalam pengelolaan kelas adalah menemukan cara bagaimana memanfaatkan
kelas tradisional tersebut menjadi kelas yang optimal dalam pembelajaran sains
yang dilakukan dan dibawah bimbingannya itu.
4. Terkait
dengan sarana penunjang kelas, seperti bangku, meja dan yang lainnya; hendaklah
dikembangkan peralatan yang bersifat flexibel-moveable dan anak sendiri mampu
menata dan memindah-mindahkannya.
c. Pemberian
Petunjuk Bekerja/Belajar
Faktor
berikutnya yang harus sangat diperhatikan agar aktivitas sains berlangsung secara
optimal dan dinamis, adalah kemampuan guru dalam memberikan penjelasan atau
petunjuk kerja yang benar, jelas dan dimengerti oleh setiap anak sebagai
peserta belajar sains. Sebab masalah-masalah pembelajaran akan muncul, jika
anak-anak tidak memahami harapan guru dan tuntutan tujuan dari aktivitas yang
akan dan harus dilaksanakannya. Proses pembelajaran mungkin akan menjadi kacau,
dan aktivitas anak menjadi tidak optimal. Untuk itu terkait dengan bagaimana
guru memberikan petunjuk belajar pada anak, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaranya;
1. Sampaikanlah
beberapa harapan-harapan dalam pembelajaran sains yang akan dilaksanakan dengan
kalimat dan penjelasan yang sederhana, mungkin juga beberapa bagian yang
diucapkan berulangkali, pokoknya hingga anak merasa jelas.
2. Untuk
membantu anak memberikan penjelasan agar lebih dipahami anak, cobalah
dilengkapi dengan alat bantu, baik berupa prosedur maupun material yang
sifatnya familiar dimata anak.
3. Gunakanlah
beberapa menit untuk mencontohkan penggunaan beberapa material yang akan
digunakan anak dalam pembelajaran sains, seperti : bagaimana menggunakan
penggaris, menggunakan termometer, dan sebagainya.
d. Mengatasi
Kejenuhan Belajar
Dalam
pembelajaran bidang pengembangan apapun, tetrmasuk pembelajaran sains akan
memungkinkan anak menjadi jenuh. Para guru harus memiliki kiat dan strategi
untuk mengatasi, minimum mengurangi dan bersyukur jika mampu menghindari
sepenuhnya. Abruscato (1992), menyatakan kunci utama untuk menghindarinya
sesungguhnya dari saat pengembangan perencanaan, jika perencanaan dikemas
secara monoton dari waktu ke waktu, sudah dipastikan anak akan merasa bosan
atas setiap kali kegiatan sains yang diikutinya; karena penting sekali
pengembangan pembelajaran sains harus direncanakan secara hati-hati, usahakan
bervariasi dan menuangkan unsur-unsur yang bersifat kreatif, sehingga pada saat
perencanaan iu diaplikasikan anak-anak merasa senang menerimanya, bahkan
perencanaan itu secara konsisten oleh guru dikemas secara kreatif dan variatif;
saat dimungkinkan anak menunggu-nunggu kegiatan sains yang akan
dilaksanakannya. Jadikanlah perencanaan sebagai sumber inspirasi untuk
mendinamiskan anak saat pembelajaran sains.
Dengan
memperhatikan uraian diatas, pembelajaran sains yang efektif dapat dicapai.
Wrag (1997), menyebutkan ciri-cirinya:
Pertama : pembelajaran
sains tersebut memudahkan anak mempelajari sesuatunya, seprti fakta,
keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup sesuai dengan sesama atau
sesuai dengan hasil belajar yang diinginkan. Kedua : keterampilan
yang digunakan dan yang melekat pada anak diakui oleh mereka yang berkompeten
menilai; seperti guru, pelatih, pengarah, tutor atau kepsek dan pemilik; bahkan
murid sendiri.
Kesimpulan
dari uraian tentang organisasi kelas sains, hendaklah kelas atau tempat anak
mempelajari sains (dimanapun lokasinya) dipersiapkan sebagai tempat yang
mengasikan bagi setiap anak, sehingga mereka akan betah bercengkrama dengan
sains yang sedang dipelajarinya.
B. MENGEMBANGKAN
PENILAIAN PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK.
Evaluasi sains adalah proses penelusuran
dan penentuan tingkat pembelajaran sains, sehingga diketahui upaya-upaya
selanjutnya, baik tindakan perbaikan, pengayaan maupun pengembangan lainya.
Kegiatan evaluasi merupakan suatu kesempatan
untuk merefleksikan pengalaman anak serta sebangai alat untuk mengetahui
kemajuan proses maupun hasil belajar anak yang dicapai oleh anak, maka tujuan
penilaian adalah untuk merencanakan kurikulum pengembangan anak, meningkatkan
perkembangan kemampuan anak selanjutnya, serta keberhasilan belajar anak
dikelas, baik pada dimensi individu, kelompok, maupun klasikal. Dengan demikian
kedudukan perkembangan dan kemajuan anak serta langkah-langkah tindak lanjutnya dapat diketahui secara baik melalui
serangkaian kegiatan evaluasi yang dilaksanakan. Tujuan dan fungsi evaluasi
pembelajaran sains :
1. Memberikan
umpan balik terhadap program pembelajaran sains yang dikembangkan, sehingga
diketahui tingkat keberhasilan dan kegagalan. Jika berhasil maka dilanjutkan,
sedangkan jika gagal diperbaiki kembali.
2. Menentukan
tingkat kematangan dan kemajuan perkembangan anak dalam kegiatan sains, bila
terkait dengan dimensi [roduk, dimensi proses maupun dimensi sikap sains.
3. Sebagai
bahan pertimmbangan guru untuk mnempatkan anak dalam kegiatan sains yang lebih
sesuai dengan minat dan kemampuan yang memungkinkan anak dapat mencapai
kemapuan secara optimal dalam pembelajaran sains.
4. Untuk
mengetahui latar belakang kesulitan belajar anak selama mengikuti program
pembelajaran sains.
5. Memberikan
informasi kepada orang tua/ wali tentang kemajuan dan kemampuan sains yang
telah atau belum dikuasai anaknya.
6. Sebagai
bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan dalam memberikan pembinaan
selanjutnya.
Cara
melakukan evaluasi pembelajaran sains pada anak usia dini:
1. Observasi
atau pengamatan
Observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan prilaku anak.
Observasi adalah cara pengumpulan data penilaian yang pengisiannya berdasarkan pengamatan langsung terhadap sikap dan prilaku anak.
2. Catatan
anekdot
Catatan anekdot atau “anecdotal record” adalah kumpulan catatan tentang sikap dan prilaku anak yang khusus, baik yang positif maupun yang negatif. Jika kedua prilaku tersebut muncul pada anak saat menikuti pembelajaran sains, harus dicatat oleh para guru sains yang berguna bagi pembinaan anak, dan penentuan keputusan serta layangan khusus lainnya.
Catatan anekdot atau “anecdotal record” adalah kumpulan catatan tentang sikap dan prilaku anak yang khusus, baik yang positif maupun yang negatif. Jika kedua prilaku tersebut muncul pada anak saat menikuti pembelajaran sains, harus dicatat oleh para guru sains yang berguna bagi pembinaan anak, dan penentuan keputusan serta layangan khusus lainnya.
3. Percakapan
atau “interview”
Percakapan adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap atau wawancara antara anak degan guru baik dalam kelas maupun luar kelas. Yang berguna untuk mengenali secara langsung perasaan anak ,apa yang dipikirkan anak, diinginkan anak, minat anak, motivasi dan kiebutuhan-kebutuhan anak dalam program pembelajaran sains.
Percakapan adalah metode penilaian yang dilakukan melalui bercakap-cakap atau wawancara antara anak degan guru baik dalam kelas maupun luar kelas. Yang berguna untuk mengenali secara langsung perasaan anak ,apa yang dipikirkan anak, diinginkan anak, minat anak, motivasi dan kiebutuhan-kebutuhan anak dalam program pembelajaran sains.
4. Pemberian
tugas
Pemberian tugas adalah suatu metode penilaian di mana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak dan bagaimana proses balajar anak.
Pemberian tugas adalah suatu metode penilaian di mana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak dan bagaimana proses balajar anak.
Prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi sains:
a. Evaluasi
dilakukan dengan mengacu pada prinsip perkambangan bukan pada prestasi.
b. Kegiatan
evaluasi sains hendaklah selalu dilaksanakan pada saat anak sedang dalam
kegiatan.
c. Lakukan
evaluasi dengan cara alamiah atau naturalistic. Sehingga saat guru melakukan
evaluasi pada anak saat melakukan kegitan tidak merasa tergangu.
d. Lakukanlah
penandaan, pencatatan dan repotase secara segera terhadap segala prilaku yang
muncul pada anak saat mengikuti kegiatan sains.
C. KRITERIA
KUALITAS GURU UNTUK PEMBELAJARAN SAINS
Like Wilarjo (1988), menyatakan untuk
menjadi guru sains yang baik yang terpenting adalah menjad ilmuwan terlebih
dahulu. Ilmuwan dapat mempelajari cara untuk membelajarkan sains, sehingga
menjadi pengajar sains. Sedangkan menurut R.Rohandi (1988), anjuran bagi para
guru dalam melaksanakan pembelajaran sains adalah menempatkan aktivitas nyata
anak dengan berbagai objek yang dipelajari yang merupakan hal utama untuk dpaat
dikembangkan. Berbagai kesempatan harus diberikan kepada anak untuk bersentuhan
langsung dengan objek yang akan atau sedang dipelajarinya. Dengan pembelajaran
seperti itulah anak sedang bergelut belajar mengenai apa yang dinamakan sains.
Selanjutnya amin (1987), dengan
menyoroti peran guru, guru sains menurutnya hanya sebagai transmitter of
knowledge, harusnya sebagai transfer of knowledge sekaligus sebagai transform
of knowledge juga transform of values, sehingga mungkin anak sebagai subjek
belajar, bukan objek belajar dan bagaimana menempatkan anak sebagai subjek
belajar dalam pengembangan pembelajaran sans ? Karena setiap anak diyakini
memiliki potensi untuk diaktualisasikan.
Secara lebih rinci peran guru sains pada
pengembangan program pembelajaran sains bagi anak usia dini diantaranya sebagai
berikut :
a. Guru
sebagai Perencana
Perencana artinya
menentukan alternatif-alternatif yang terkait dengan kebutuhan program sains.
Program sains akan jauh lebih bermakna dari sudut pandangnya sendiri, karna
mereka akan lebih meningkatkan gairahnya dalam menggali sains yang merupakan
refleksi dari komitmen anak yang dilibatkan oleh guru.
b. Guru
sebagai Inisiator
Dalam kegiatan sains, kita
sering melihat ada anak mendapatkan kebutuhan dalam menindaklanjuti atau
memulai kegiatan. Jika terjadi seperti itu, guru dapat masuk sebagai pembuka
gagasan atau inisiatif. Tetapi jangan sampai mengambil alih inisiatif anak,
terutama kegiatan yang sedang dilakukan anak dengan penuh konsentrasi. Jika
anda dapat membuka dengan angka 1 maka jangan tambahkan dengan 2, biarlah anak
yang mengeksplorasi dan melakukan pencarian selanjutnya.
c. Guru
sebagai Fasilitator
Guru punya kewajiban
memberi kemudahan dan keluasan terhadap anak untuk melakukan kegiatan sains.
Ciptakan suasana kondusif, penuhi kebutuhan alat dan bahan, serta sediakan
waktu yang cukup untuk beraktivitas bagi anak. Jika itu dilakukan, berarti anda
sudah menjadi guru sains yang mengerti akan kebutuhan anak.
d. Guru
sebagai Observer
Mengamati aktivitas
anak dapat berupa pengamatan intensitas maupun kesulitan anak sehingga
diketahui saat yang tepat anda dalam memberikan bantuan belajar sains pada
anak-anak.
e. Guru
sebagai Elaborator
Mengajukan beberapa
pertanyaan yng merangsang anak, sehingga dapat lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran sains yang dilakukan semua anak.
f. Guru
sebagai Motivator
Mendukung, mendorong
dan memberi penguatan terhadap kegiatan pembelajaran sains anak. Tetapi malah merusak
kegiatan sains anak. Lakukan motivasi secara wajar dan luwes.
g. Guru
sebagai Antisifator
Memprediksi
faktor-faktor yang diduga akan berpengaruh pada anak, terutama yang kaan
mencelakakan anak. Jika kegiatan banyak melibatkan alat dan bahan yang mudah
melukai anak, maka sebaikanya dilakukan penyampaian tata tertib dan tata cara
pemakaian yang benar. Jangan sampai gelas ukuran jatuh, pecah dan melukai anak.
Kejelian guru dalam mengamati berbagai kemungkinan, akan meningkatkan
kenyamanan dan keamanan dalam kegiatan sains anak.
h. Guru
sebagai Model
Guru sebagai model
dapat menunjukkan sikap, cara, dan ketkunan terkat dengan penggunaan alat-alat
sains .
i.
Guru sebagai Evaluator
Peran sebagai evaluator
dalam kegiatan sains adalah melakukan pengamatan yang bbar dan tepat, melakukan
pencatatan secara akurat, serta berupaya membuat laporan yang sesua dengan
perkembangan anak sesungguhnya.
j.
Guru sebagai Teman
bereksplorasi bersama Anak
Anak akan senang
apabila gurunya juga aktif dalam kegiatan. Bahkan anak-anak akan jauh menrima
kehadiran guru apabila gurulah ytang berusaha memahami perilaku anak, jangan
anak yang dituntut untuk memahami perilaku guru.
k. Promoter
agar Anak Menjadi Pembelajar Sejati
Selalu mendorong dan
memberikan kesempatan untuk anak agar rajin dan giat membaca, karena buku
merupakan sumber belajar sains yang sangat kaya. Mendorong anak agar anak rajin
menelaah sendiri, mencari keterangan serta pandangan baru melalui bahan pustaka
maupun bertanya pada pihak lain.
Bagi anak yang sudah
dpaat membaca dan menulis, sarankan untuk membuat catatan dari setiap hasil
bacaan dan pengamatannya serta jadkanlah isi catatn tersebut sebagai bahan
diskusi dalam pembelajaran sains yang diikutinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar