I. Perkembangan
Emosi
A. Pengertian
Emosi
Emosi
adalah perasaan yang adadalam diri kita, dapat berupa perasaan senang atau
tidak senang, perasaan baik atauburuk. Dalam World Book Dictionary (1994:690)
emosi didefinisikan sebagai “ berbagai perasaan yang kuat “. Goleman (1995;441)
menyatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran – pikiran
khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan
untuk bertindak.
Syamsuddin
(1990:69) mengemukakan bahwab “ emosi merupakan suatau suasana yang
kompleks ( a complex feeling state ) dan
getaran jiwa ( stid up state ) yangmenyertai atau muncul sebelum arau sesudah
terjadinya suatu perilaku”. Berdasarkan
definisi diatas dapat dipahami bahwa emosi merupakan suatu keadaan yang
kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh
perubahan biologis yang muncul yang menyertai terjadinya suatu perilaku.
B. Mekanisme
Emosi
;Lewis
and Rosenblum (stewart, at.al 1985) mengutarakan proses terjadinya emosi melalui
lima tahapan sebagai berikut ;
1. Elicitors
Elicitors yaitu adanya
dorongan berupa situasi atau peristiwa.
2. Receptors
Receptors, yaitu
aktivitas dipusat system syaraf.
3. State
State yaitu perubahan
spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi.
4. Expression
Expression yaitu
terjadinya perubahan pada daerah yang dapat diamati.
5. Experience
Experience yaitu persepsi dan
interprestasi individu pada kondisi emosionalnya.
Syamsuddin
(2000;69) mengutarakan mekanisme emosi dalam rumusan yang lebih ringkas dalam
tiga variabel, yaitu:
1. Variable
Stimulus
Rangsangan yang
menimbulkan emosi disebut sebagai variable stimulus.
2. Variable
organismik
Perubahan – perubahan
fisilogis yang terjadi saat mengalami emosi disebut variable organic
3. Variable
Respons
Pola sambutan exspresif
atas terjadinya pengaalaman emosi disebut sebagai variable respons.
C. Fungsi
Emosi
Fungsi dan peranan emosi pada perkembangan anak
yaitu :
1. Merupakan
bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan
perasaanya pada orang lain.
2. Emosi
berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan
lingungan sosialnya antara lain:
a. Tingkah
laku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian lingkungan sosial
terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini akan menjadi dasar individu
dalam menilai dirinya sendiri.
b. Emosi
menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat mempengaruhi interaksi sosial anak
melalui reaksi – reaksi yang ditampilkan lingkungannya. Melalui reaksi
lingkungan sosial, anak dapat belajar untuk membentuk tingkah laku emosi yang
dapat diterima lingkungannya.
c. Emosi
dapat dipengaruhi iklim psikologis lingkungan. Tingkah laku emosi anak
ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis lingkungan.
d. Tingkah
laku yang sama dan ditampilkan secara berulang dapat menjadi satu kebiasaan.
e. Ketegangan
emosi yang dimiliki anak dapat menghambat atau mengganggu aktivitas motorik dan
metal anak.
D. Jenis
Emosi
Stewart
at all (1985) mengutarakan perasaan gembira, marah, takut, dan sedih sebagai
basic emotions
a. Gembira
Pada umumya perasaan
gembira dan senang diekspresikan dengan tersenyum dan tertawa. Dengan perasaan
menyenangkan, seseorang dapat merasakan cinta dan kepercayaan diri.
b. Marah
Emosi marah terjadi
pada saat individu merasa dihambat, frustrasi karena tidak mencapai yang
diinginkan,diganggu atau digadapkan pada suatu tuntutan yang berlawanan dengan
keinginannya. Bartlet dan Izart (Stewart,1985) menguraikan ekspresi wajah
tatkala marah yang ditandai dengan dahi yang berkerut, tatapan tajam pada objek
pencetus kemarahan, dan lain – lain.
c. Takut
Perasaan takut
merupakan bentuk emosi yang menunjukan adanya bahaya. Menurut Helen Ross (dalam Simanjuntak, 1984) perasaan takut
adalah suatu perasan yang hakiki dan erat hubungannya dengan upaya
mempertahankan diri. Stewart ( 1985) mengatakan bahwa perasaan takut
mengembangkan sinyal – sinyal adanya bahaya dan menuntut individu untuk
bergerak dan bertindak.
d. Sedih
Dalam kehidupan
individu akan merasa sedih pada saat ia berpisah dari yang lain, terutama
berpisah dengan orang – orang yang dicintainya.
Dari keempat emosi
dasar ini dapat berkembang menjadi berbagai macam emosi, yang diklasifikasikan
dalam kelompok positif dan emosi negative. Klasifikasi emosi psitif dan
negative yang dikemukakan Reynold (1987)
Emosi Positif
|
Emosi
Negatif
|
Lucu
Kegembiraan
Kesenangan
atau kenyamanan
Rasa
ingin tahu
Kebahagiaan
Kesukaan
Rasa
cinta atau kasi sayang
Ketertarikan
|
Tidak
sabar
Kebimbangan
Rasa
marah
Kecurigaan
Rasa
cemas
Rasa
bersalah
Rasa
cemburu
Rasa
jengkel
Rasa
takut
Depresi
kesedihan
Rasa
benci
|
Kita dapat merasakan
emosi – emosi ini dengan kuat dan dapat diperlihatkan dalam berbagai tampilan
fisik. Proses pengekspresian emosi ini memang dipengaruhi oleh lingkungan.
Dalam keseharian juga kita terkadang memilih dalam mengekspresikan emosi agar
tidak menyakiti perasaan orang lain. Selain itu, tradisi dan sikap sosial juga
mengajari kita untuk memilah jenis emosi mana yang dapat ditunjukkan dan
dibicarakan dan emosi mana yang tidak.
E. Tugas
Perkembangan Emosi
Tugas
Perkembangan sosial emosional anak berusian 3-5 tahun, sebagaimana yang
diungkapkan dalam Buku Kelas yang Berpusat pada Anak (Cri:2000):
1. Anak
usia 3 tahun diharapkan dapat:
a. Memilih
teman bermain
b. Memulai
interaksi sosial dengan anak lain
c. Berbagai
mainan, bahan ajar atau makanan
d. Meminta
izin untuk memakai benda miliki orang lain
e. Mengekspresikan
sejumlah emosi melalui tindakan, kata – kata atau ekspresi wajah
2. Anak
usia 3 tahun, 6 bulan diharapkan dapat:
a. Menunggu
atau menunda keinginan selama5 menit
b. Menikmati
kedekatan sementara dengan salah satu teaman bermain
3. Anak
usia 4 tahun diharapkan dapat:
a. Menunjukkan
kebanggan terhadap keberhasilan
b. Membuat
sesuatu karena imajinasi yang dominan
c. Memecahkan
masalah dengan teman melalui proses penggantian,persuasi, dan negosiasi
4. Anak
usia 4, 6 bulan diharapkan dapat :
a. Menunjukkan
rasa percaya diri dalam mengerjakan tugas
b. Menceritakan
kejadian atau pengalaman yang baru berlalu
c. Lebih
menyukai ditemani teman sebaya dibandingkan orang dewasa
d. Menyatakan
alsan untuk perasaan orang lain
e. Menggunakan
barang – barang milik orang lain dengan hati – hati
f. Menghentikan
perilaku yang tidak pantas karena satu kali teguran
5. Anak
usia 5 tahun diharapkan dapat :
a. Memiliki
beberapa kawan, mungkin satu sahabat
b. Memuji,
member semangat atau menolong anak lain
6. Anak
usia 5 tahun, 6 bulan diharapkan dapat ;
a. Mencari
kemandirian lebih banyak
b. Sering
kali puas, menikmati berhubungan dengan anak lain meski pada saat krisis muncul
c. Menyatakan
pernyataan – pernyataan positifmengenai keunikan dan keterampilan
d. Berteman
secara mandiri
II. Perkembangan
Sosial
A. Pengertian
Sosial
Syamsuddin ( 1995:105)
mengungkapkan bahwa “ sosialisai adalah proses belajar untuk menjadi makhluk
sosial’’.Loree ( 1970 ; 86) ‘’sosialisasi merupakan suatu proses dimana
individu ( terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan –
rangsangan sosial terutama tekanan – tekanan dan tuntutan kehidupan
(kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain
didalam lingkungan sosialnya.
Muhibin (1999:35)
mengatakan bahwa perkembangan sosialmerupakan proses pembentukan social self (
pribadi dalam masyarakat ), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan
seterusnya. Adapun Hurlock ( 1978 : 250) mengutarakan bahwa perkembangan sosial
merupakan perolehaan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.
Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norama, nilai, atau
harapan sosial.
B. Proses
Perkembangan Sosial
Tiga proses sosialisasi
yang dikemukankan Hurlock (1978) yaitu sebagai berikut
1. Belajar
untuk bertingkah laku dengan cara yang dapat diterima masyarakat
2. Belajar
memainkan peran sosial yang ada dimasyarakat
3. Mengembangkan
sikap atau tingkah laaku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial
yang ada dimasyarakat.
Pada perkembangannya,
berdasarkan ketiga tahap proses sosial ini, individu akan terbagi kedalam dua
kelompok, yaitu kelompok individu sosial dan individu nonsosial. Kelompok
individu sosial adalah mereka yang tingkah lakunya mencerminkan krtiga proses
sosialisasi. Mereka mampu mengikuti kelompokan yang diinginkan dan
diterimasebagai anggota kelompok. Sedangkan kelompok individu nonsosial, mereka
adalah orang – orang yang tidak berhasil mencerminkan ketiga proses
sosialisasi. Mereka adalah individu yang tidak tahu apa yang diharapkan
kelompok sosial sehingga tingkah laku mereka tidak sesuai dengan harapan
sosial.
Dalam perkembangan
sosial ini adapula istilah yang introvert dan extrovert. Introvert adalah
kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Minat,
sikap ataupun keputusan – keputusan yang diambil selalu didasrkan pada
perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Sedangkan extrovert adalah
kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya sehingga
segala minat, sikap, dan keputusan-keputusan yang diambilnya lebih ditentukan
oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar dirinya.
Seorang ahli menyatakan
introvert dan extrovert hanya merupakan suatu tipe dari reaksi yang ditunjukan
seseorang. Jika seseorang menunjukkan reaksi yang terus menerus seperti itu
atau sudah menjadi kebiasaan barulah bisa dianggap sebagai tipe
kepribadiaannya. Sementara ahli lain menyatakan bahwa suat kepribadian yang
sehat atau seimbang haruslah memiliki kedua kecenderungan ini. Ada dua puluh
karakteristik yang dapat menggambarkan individu dengan penyesuaian diri baik,
yaitu sebagai berikut :
1. Dapat
menerima tanggung jawab sesuai dengan usianya
2. Menikmati
pengalamannya
3. Mau
menerima tanggung jawab sesuai dengan peranannya
4. Mampu
memecahkan masalah dengan segera
5. Dapat
melawan dan mengatasi hambatan
6. Mampu
membuat keputusan dengan kekhawatiran dan konflik yang minimum
7. Tetap
pada pilihannya sehingga ia menemukan bahwa pilihannya salah
8. Merasa
puas dengan kenyataan
9. Dapat
menggunakan pikiran sebagai dasar untuk bertindak, tidak untuk melarikan diri
10. Belajar
dari kegagalan tidak mencari alas an untuk kegagalannya
11. Tahu
bagaimana harus bekerja pada saat kerja dan bermain pada saat main
12. Dapat
berkata tidak pada situasi yang mengganggunya
13. Dapat
berkata ya pada situasi yang membantunya
14. Dapat
menunjukkan kemarahan ketika terluka atau merasa haknya terganggu
15. Dapat
menunjuukan kasih saying
16. Dapat
menahan sakit dan frustasi bila diperlukan
17. Dapat
berkompromi ketika mengalami kesulitan
18. Dapat
mengonsentrasikan energinya pada tujuan
19. Menerima
kenyataan bahawa hidup adalah perjuangan yang tak ada habisnya
20. Untuk
menjadi individu dengan penyesuaian diri yang baik seorang anak harus merasa
bahagia dan mampu menerima dirinya.
C. Pengembangan
sosial Melalui Tahapan Bermain Sosial
Aktivitas bermain
menyiapkan anak dalam menghadapai pengalaman sosialnya. Sikap yang dapat
dikembangkan melalui kegiatan bermaain antara lain:
1. Sikap
sosial
Bermain mendorong anak
untuk meningkatkan pola berpikir egosentrisnya. Dalam permainan, anak belajar
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
2. Belajar
Berkomunikasi
Untuk dapat bermain
dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh
teman – temannya.
3. Belajar
mengorganisasi
Saat bermain bersama
orang lain, anak juga berkesempatan belajar berorganisasi.
4. Lebih
Menghargai Orang lain dan Perbedaan – perbedaan
Bermain memungkinkan
anak mengembangan kemampuan empatinya.
5. Menghargai
Harmoni dan Kompromi
Saat dunianya semakin
luas dan kesempatan berinteraksi semakin sering dan bervariasi maka akan tumbuh
kesadarannya akan makna peran sosial persahabatan, perlunya menjalin hubungan
serta perlunya strategi dan diplomasi dalam berhubungan dengan orang lain.
Patmonodewo (1995:86)
menjelaskan lima tingkatan dalam bermain sosial,yaitu:
1. Bermain
Solitaire
Anak – anak bermain
dalam satu ruangan, mereka tidak saling mengganggu dan tidak saling
memperhatikan.
2. Bermain
sebagai penontot atau pengamat
Pada tahap ini anak –
anak mulai peduli terhadap teman- temannya yang bermain disatu ruangan,
sekalipun ia masih bermain sendirian. Selama bermain sebagai penonton ia
terlihat pasif.
3. Bermain
Paralel
Beberapa anak bermain
bersama dengan mainan yang sama dalam satu ruangan. Namun apa yang dilakukan
masing- masing anak tidak saling tergantung dan berhubungan.
4. Bermain
asosiatif
Bermain asosiatif merupakan
permainan yang melibatkan beberapa orang anak, namun belum terorganisasi.
5. Bermain
kooperatif
Bermain kooperatif dilakukan secara
berkelompok, masing –masing anak memiliki peran untuk mencapai tujuan permainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar