Selasa, 11 Juni 2013

STRATEGI PEMBELAJARAN METODE BERCERITA



Penerapan Strategi Pembelajaran melalui Bercerita

Pada modul ini akan mempelajari dan mencermati apa dan bagaimana penerapan strategi pembelajaran belajar di Taman Kanak-kanak terutama hal-hal yang berkaitan dengan strategi bercerita, mulai dari rasional pembelajaran melalui bercerita, prosedur pelaksanaan kegiatan bercerita serta contoh penerapan kegiatan bercerita di Taman Kanak-kanak. 
Rasional Strategi Pembelajaran melalui Bercerita
A.  KONSEP BERCERITA
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang benyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Metode bercerita merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak TK. Cerita yang dibawakan guru secara lisan  harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak TK (Moeslichatoen R, 1996).
Pengguana bercerita haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini.
1.      Isi cerita haruslah terkait dengan dunia kehidupan anak TK, swhinggga mereka dapat lebih memahami, dan dapat menangkap isi cerita tersebut, karna membahas mengenai hal-hal yang tidak asing bagi mereka.
2.      Kegiatan mereka diusahakan dapat memberikan perasaan gembir, lucu, dan mengasikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh suka cita.
3.      Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menari, yang menggetarkan perasaan anak, serta dapat memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas.
Untuk dapat bercerita dengan baik, guru sebaiknya memperhtikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Menguasai isi cerita secara tuntas
2.      Memiliki keterampilan bercerita
3.      Berlatih dalam irama dan modulasi suara secara terus-menerus
4.      Menggunakan perlengkapan yang menarik perhatian anak
5.      Mencptakan situasi emisional sesuai dengan tuntutan cerita
Kemampuan guru bercerita dengan baik harus didukung dengan cerita yang baik pula. Jika anda seorang guru, bagaimanakah cara anada memilih cerita yang baik, dan patut disampaikan kepada anak? Kriteria pemilihan cerita adalah berikit ini:
1.      Cerita itu harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri. Kalau cerita itu menarik dan memikat perhatian, maka guru akan bersungguh sungguh dalam menceritakan kepada anak secara mengasikkan.
2.      Cerita itu harus sesuai denga kepribadian anak, gaya dan bakat anak, supaya memiliki daya tarik terhadap perhatian anak dan terlibat aktif dalam kegiatan bercerita.
3.      Cerita itu harus sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan mencerna isi cerita anak  usia TK. Cerita itu harus cukup pendek, dalam rentangan jangkauan waktu perhatian anak.

Berkaitan denga penyampaian cerita, terdapat beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan. Berikut ini akan dibahas teknik-teknik yang bisa digunakan oleh guru dalam membacakan cerita:
1.      Membaca langsung dari buku cerita
Bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita dapat dilakukan jika guru memiliki buku cerita yang sesuai dengan anak, terutama dikaitkan dengan pesan-pesan yang tersirat di dalam cerita tersebut.
2.      Bercerita dengan menggunakan iliustrasi gambar dari buku
Teknik bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku ini dapat dipilih guru jika cerita yang akan disampaikan pada anak terlalu panjang terinci. Penggunaan ilustrasi gambar dapat menarik perhatian anak, sehingga teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik.
3.      Menceritakan dongeng
Mendongeng merupakan suatu cara untuk meneruskan warisan budaya yang berupa nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi yang berikutnya.
4.      Bercerita dengan menggunakan papan flanel
Teknik bercerita ini dapat dipilih jika guru ingin menekankan urutan cerita serta karakter tokoh cerita. Untuk keperluan tersebut, guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flannel yang berwarna netral.


5.      Bercerita dengan menggunakan media boneka
Pemilihan berrcerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Boneka yang digunakan akan mewakili tokoh-tokoh cerita yagn disampaikan.
6.      Dramatisasi suatu cerita
Teknik bercerita dengan dramatisasi seperti ini adalah bercerita dengan cerita memainkan perwatakkan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakandaya tarik yang bersifat universal (Gordon, Browne, dalam Moeslichatoen R, 1996). Cerita yang disampaikan adalah cerita yang disukai oleh anak.
7.      Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan
Bercerita dengan teknik ini memungkinkan guru berkreasi dengan mengguanakn jaritangnnya sendiri. Guru dapat menciptakan bermacam-macam cerita dengan memainkan jari tangan, sesuai dengan kreativitas guru masing-masing.  

B. MANFAAT BERCERITA BAGI ANAK TK
            Penggunaan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran di Taman Kanak-kanak, patut dipertimbangkan. Terlebih jika dikaji manfaat kegiatan bercerita bagi pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak (Moeslichatoen R, 1996):
1.      Bagi anak usia TK mendengarkan cerita yang menarik yang dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikan.
2.      Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam kehidupan lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah.
3.      Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan sosal, nilai-niali moral dan keagamaan.
4.      Kegitan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.
5.      Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, efektif, maupun psikomotorik.
6.      Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak TK.
7.      Metode bercerita dipergunakan guru untuk memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada di sekitarnya dengan bermacam pekerjaan.
8.      Membantu anak membangun bermacam peran yang memungkinkan dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

C. TUJUAN KEGIATAN BERCERITA BAGI ANAK TK
            Secara umum kegiatan bercerita memiliki tujuan agar:
1.      Menanmkan pesan-pesan atau nilai-nilai sosial, moral dan agama yang terkandung dalam sebuah cerita, sehingga mereka dapat menghayatinya dan menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Guru dapat memberikan informasi tentang lingkungan fsik dan lingkungan sosial yang perlu diketahui oleh anak. Lingkungan fisik berkaitan dengan segala sesuatu yang ada disekitar anak selain manusia.

D. TEMA KEGITAN BERCERITA BAGI ANAK TK
            Tema yang dapat dipilih sebagai materi cerita sangatlah banyak dan beragam, diantaranya adalah tema-tema yang berkaitan dengan peri kehidupan anak sehari-hari. Sebagai contoh bagaimana kehidupan anak dalam keluarga, sekolah dan lingkungan tempat tinggalnya. Selain itu dapat pula dipilih tema yang berkaitan dengan pengalman anak dengan binatang-binatang dan tanaman.

Prosedur Penerapan Pembelajaran melalui Bercerita

A. PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN BERCERITA
            Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita, guru harus terlebih dahulu menetapkan rancangan prosedur/langkah-langkah yang harus dilalui dalam bercerita. Hal ini diperlukan agar penerapan pembelajaran melalui berceritadapat berjalan dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini akan disampaikan langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam menerapkankegiatan bercerita di kelas.
1.      Menetapkan tujuan dan tema cerita
Tujuan kegiatan bercerita ada dua yaitu: memberikan informasi tentang nilai-nilai sosial, moral atau keagamaan. Team dipilih berdasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan serta berdasarkan pada kehdupan anak di dalam keluarga, disekolah, atau di masyarakat.
2.      Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih
Bentuk-bentuk yng bisa dipilih, misalnya bercerit dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan ilustrasi gambar, menggunkan papan flannel, menceritakan dongeng dan sebagainya.

3.      Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita
Bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiataan bercerita sangat tergaantung pada bentuk bercerita yang dipilih guru.
4.      Menetapkan rancanga langkah-langkah kegiatan bercerita
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a.      Mengomunikasikan tujuan dan tema cerita
Mengomunikasikan tujuan dan tema merupakan pemberian informasi tentang tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema yang dipilih.
b.      Mengatur tempat duduk
Setting yang bisa dipilih guru diantaranya anak duduk melingkar di atas tikar atau karpet, atau anak duduk di kursi dengan format setengah lingkaran.

B.KEGIATAN PEMBUKAAN
            Pada kegiatan pembukaan ini,guru dapat menggali pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh anak serta menghubungkannya dengan pengalaman-penglaman baru yang akan didapatkan anak melalui kegiatan bercerita.

C.PENGEMBANGAN CERITA
            Pada tahap ini guru dapat mengembangkan cerita dengan memberikan informasi-informasi tambahan yang akan memperkaya pemahaman anak tentang isi cerita yang telah disampaikan guru.
1)      Guru menetapkan teknik bertutur yang akan digunakan,sehingga cerita yang disampaikan dapat tepat sasaran.
2)      Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
3)      Menetapkan rancangan penelaian kegiatan bercerita.
Ini diperlukan untuk menilai ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


Penerapan Strategi Pembelajaran Melalui Bercerita

            Strategi pembelajaran melalui bercerita dilaksanakan dengan mengacu pada prosedur yang telah dikembangkan sebelumnya,yaitu:

1.Menetapkan Tujuan dan Tema Bercerita
            Setelah menetapkan tujuan dan tema bercerita,lankah selanjutnya guru mulai mempelajari isi cerita.

2.Menetapkan Bentuk Bercerita yang Dipilih
            Bentuk-bentuk yang bisa dipilih misalnya,bercerita dengan membaca langsung dari bukucerita,menggunakan ilustrasi gambar,menggunakan papan flannel,bercerita dongeng dab sebagainya.

3.Menetapkan Bahan dan Alat yang Dipergunakan Dalam Kegiatan Bercerita
            Sesuai dengan bentuk bercerita yang telah dipilih yakni bercerita dengan membaca buku,maka guru menyiapkan buku yang sesuai dengan tema cerita serta memperlihatkan kepada anak gambar-gambar yang ada pada buku tersebut.

4.Menetapkan Rancanagan Langkah-langkah Kegiatan Bercerita
a)      Mengomunikasikan tujuan dan tema cerita
b)      Mengatur tempat duduk
c)      Kegiatan pembukaan
d)     Pengembangan cerita
e)      Menatapkan teknik bertutur yang akan digunakan
f)       Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita

5.Menetapkan Rancangan Penelitian Kegiatan Bercerita
            Rancangan penelitian kegiatan bercerita mengacu pada rancangan pelaksanaan kegiatan,serta tujuan dan tema yang dipilih sebelumnya.Dalam rancangan kegiatan telah ditetapkan bahwa tujuan bercerita adalah:
a)      Menanamkan kebiasaan hidup hemat
b)      Menanamkan sikap tolong-menolong sesama teman
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
A.  Anak-anak yang Sedang Bermain : Pusat IPA
Rachel Carson menangkap esensi interaksi anak dengan dunianya di dalam bukunya, A sense of wonder (1956):
Dunia seorang anak sangat segar dan indah dan baru, penuh dengan keajaiban dan kegirangan. Ini adalah suatu ketidak beruntungan bagi kita walaupun dengan mata yang jelas, bahwa insting alami mengenai apa yang indah dan tidak indah telah diredupkan dan telah hilang bahkan sebelum kita mencapai usia dewasa.bila saya memiliki pengaruh ats peri  kebaikan yang seharusnya mengawasi kristenisasi semua anak, maka saya akan meminta kepadanya agar hadiah kepada setiap anak di dunia ini berupa sebuah rasa keajaiban yang tidak bisa dihilangkan dan yang bisa bertahan sepanjang hidup, seperti penawar rasa bosan dan ketidakpuasan dikemudian hari, hubungan steril dengan segala sesuatu yang buatan, pengasingan sumber-sumber kekuatan kita (p.42-43)
IPA adalah produk dan proses. Sebagai produk, IPA adalah sebuah batang tubuh pengetahuan yang teroganisir dengan baik mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai proses, IPA termasuk menelusuri, mengamati dan melakukan percobaan. Sangat penting agar anak-anak kecil ikut berpartisipasi dalam proses ilmiah, karena keterampilan yang akan mereka dapatkan bisa di bawa ke daerah-daerah perkembangan lainnya dan akan bermanfaat selama hidupnya. Keterampilan-keterampilan ini termasuk mengamati, membandingkan, menjelaskan, memperkirakan, mengkomunikasikan, mengklasifikasikan dan mengukur.
Dedaunan dan pelepah pohon bisa digunakan dalam kegiatan-kegiatan seni, seperti menggosok krayon. Di musim gugur daun bisa disapu ke suatu tumpukan tertentu; anak-anak bisa berlompat ke atas tumpukan tersebut dan menggunakan perasaannya menjelaskan bagaimana rupanya, suaranya, rasanya serta baunya. Bagian-bagian pohon bisa digunakan untuk berbagai tugas kontruksi seperti membuat tempat makan burung. Percabangan dahan pohon bisa digunakan menghitung dan membandingkan usia pohon. Anak-anak bisa mengunjungi taman hutan disekitarnya. Buah-buahan dari pohon apel atau ceri bisa digunakan di dalam untuk kegiatan masak-masak. Sebelum merencanakan kegiatan ilmiah. Guru harus mengevaluasi untuk menentukan tingkat keamanan anak-anak. Contohnya, sebelum mengizinkan anak-anak melompat keatas permukaan daun, maka sebelumnya, guru harus memeriksa tidak ada pecahan kaca benda-benda berbahaya lainnya yang akan membuat kegiatan tidak aman bagi anak-anak.
A.          Menyiapkan Sebuah Program IPA
Kegiatan ilmiah sangat cocok dengan prinsip-prinsip program tahap demi tahap dan memfokuskan kepada pusat-pusat kegiatan yang memiliki banyak bahan yang berbeda untuk menelusuri anak-anak. Kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan perkembangan keterampilan harus diintegrasikan ke semua bagian-bagian kurikulum. Sebuah cara penting untuk mengindividualisasikan dan memperpanjang pembelajaran adalah dengan menyiapkan sebuah ilmiah di dalam kelas.
B.     Daerah- daerah IPA
Tempat kegiatan IPA sebaiknya memiliki:
1.      Tempat memanjang benda-benda yang berhubungan dengan IPA tempat ini biasa menjadi “museum mini” dimana anak-anak bisa berbagi koleksi atau benda-benda atau tempat-tempat kandang untuk peliharaan kelas. Sebuah meja kecil, podium kecil, atau kotak cantik bisa digunakan untuk memajang kerang, kristal, bulu burung, atau sayap kupu-kupu. Guru, anak-anak atau orang tua bisa menyediakan benda-benda ini.
2.      Sebuah tempat untuk menyimpan peralatan IPA yang sering dipakai magnet, kaca pembesar, roda berwarna, dan prisma bisa disimpan di dalam kotak yang di label. Kotak ini dipajang di atas rak yang diberi label gambar agar anak-anak bisa mengambil dan mengembalikan bahan-bahan ke tempatnya semula. Anak-anak akan mulai bertanggung jawab untuk perawatan bahan-bahan ini.
3.      Jendela yang terdapat cahaya matahari, dimana anak-anak bisa menyiram berawat berbagai jenis tanaman dan biji-bijian.
Eksplorasi aktif sebaiknya membentuk inti kurikulum IPA prasekolah. Pengalaman IPA membawa kepada keterampilan seumur hidup. Contoh dari keterampilan-keterampilan dan bagaimana diaplikasikan termasuk sebagai berikut:
a.        Mengamati, suhu, angin, awan, warna, bentuk-bentuk, tekstur dan bau.
b.      Mempertanyakan apa yang akan tenggelam? Apa yang akan mengapung? Dimana saya bisa menemukan sarang burung? Seberapa cepat es meleleh?
c.       Membandingkan kotak mana yang isinya paling banyak? Biji yang mana yang akan menghasilkan tumbuhan tertinggi?
d.      Mengklasifikasikan mengumpulkan koleksi daun-daun. Kemudian masukan semua daun yang halus di dalam astu tas dan yang kasar di tas yang lain.
e.       Mengkomunikasikan ceritakan kepada kami sebuah cerita mengenai ular. Gambar sebuah lukisan kebun kita. Beritahu kami bagaimana membuat kotak-kotak tidak jatuh dari sebuah truk.

C.    Bahan-bahan IPA
Mengumpulkan bahan-bahan yang cocok untuk pusat kegiatan IPA adalah sebuah proses yang berkelanjutan yang sebaiknya mengikut sertakan anak-anak,para orang tua, guru-guru dan anggota masyarakat. Bahan-bahan daur ulang seperti nampan busa, gelas plastik, botol soda yang kosong dengan berbagai ukuran, tutup botol, bagian-bagian kotak karton, sisa-sisa kayu serta kain perca adalah bahan-bahan yang bermanfaat untu semua tantangan teknologi yang kreatif.

D.    Menyatukan Keterampilan Ilmiah dengan Pusat-pusat Kegiatan
Program tahap-demi tahap mengorganisasikan peralatan kelas dan bahan-bahan ke dalam pusat-pusat kegiatan yang bisa mendorong permainan serta pekerjaan anak-anak. Keterampilan IPA bisa diintegrasikan ke dalam setiap pusat kegiatan. Contohnya:
a.       Pusat membaca dan menulis memberikan kesempatan untuk menggunakan pengamatan anak-anak dalam mengamati hewan peliharaan kelas untuk membuat sebuah cerita, membuat buku bergambar tentang awan-awan dan cuaca atau menciptakan sebuah lagu tentang matahari di hari yang dingin. Buku-buku mengenai hewan, tanaman, mesin, cuaca, dan topik-topik IPA lainnya sebaiknya dipajang.
b.      Pusat permainan balok memberikan kesempatan untuk membandingkan berapa balok kecil yang dibutuhkan untuk megimbangi sebuah balok besar, meletakan sekelompok balok untuk diurutkan mulai dari yang terkecil hingga ke yang terbesar, atau untuk merancang bangunan setinggi seorang anak. Papan dan karton bisa digunakan sebagai tempat loncatan untuk bola-bola kecil atau kendaraan untuk digulingkan.
c.       Pusat drama peran memberikan kesempatan untuk bereksperimen dengan situasi yang berbeda, mengamati bagaiman tingkah laku orang dewasa dan menirunya dalam drama peran dan mencoba ide-ide serta berbagai perubahan.
d.      Pusat kegiatan di luar ruangan memberikan banyak kesempatan untuk mengintegrasikan keterampilan-keterampilan IPA. Melukiskan sebuah bayangan pohon, membandingkan warna-warna daun, membalikkan sebuah balok yang sudah busuk, mencari jejak kaki di lumpu mendengarkan burun-burung, mengamati semut dan serangga-serangga lainnya dan membuat sebuah kebun adalah beberapa contoh.

E.     Peran Tim Pengajar
Dalam buku A Sense of Wonder (1956) Rachel Carson menulis tentang peran guru IPA prasekolah:
Saya tulus mempercayai bahwa bagi anak, dan orang tua akan membimbingnya, untuk merasakan adalah jauh lebih penting daripada mengetahui. Apabila faktanya adalah bahwa biji-bijian yang dikemudian hari menghasilkan pengetahuan dan kebajikan, maka emosi dan kesan dari perasaan ini adalah tanah subur dimana biji-bijian tersebut akan tumbuh. Masa-masa awal kanak-kanak adalah saatnya mempersiapkan tanah tersebut. Sekali perasaannya sudah dirangsang sebuah perasaan mengenai kecantikan kegairahan dari yang baru dan belum diketahui, sebuah perasaan simpati, rasa kasihan,suka atau cinta maka kita berharap akan pengetahuan tentang respon-respon emosional kita. Sekali ditemukan maka maknanya akan abadi. Adalah sangat penting menyiapkan jalur bagi seorang anak untuk mau mengetahui dari pada memberinya sekumpulan fakta yang bagi dia belum siap untuk menerimanya. (p.45)
Guru IPA yang efektif mengetahui bahwa anak-anak kecil dengan cepat mempersepsikan sikap gurunya tentang IPA. Apabila gurunya bersikap girang dalam mengeksplorasi, bertanya dan memperagakan sikap dasar “mari kita mengetahui” kepada pembelajaran IPA, maka anak-anak akan menyerap dan memodelkan perasaan tersebut. Sekali si anak telah mengetahui benda-benda serta kejadian-kejadian ini maka bahan-bahan tambahan bisa dimasukan. Peran guru adalah untuk menyediakan bahan-bahan yang menarik untuk permainan dan pekerjaan mendorong anak-anak untuk bertanya ketika mereka memanipulasikan bahan-bahan mulai menemukan cara-cara menjawab pertanyaan-pertayaan mereka. Ketika anak-anak merasakan perbedaan tekstur dipusat kegiatan, mereka mulai menanyakan kenapa ini bervariasi. Guru yang responsif kemudian memberi sebuah kaca pembesar, batu-batu, kotak-kotak, berisi air dan bahan-bahan yang mungkin digunakan anak-anak untuk bereksperimen.
Ketika dihadapkan dengan bahan-bahan yang baru, anak-anak akan melewati tiga tahap yang bisa ditebak:
1.      Tahap pertama adalah periode eksperimen. Durasi periode ini akan beragam, bergantung kepada usia, kemampuan dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Anak akan mengeksplorasi bahan-bahan dengan menggunakan semua indera penglihatan, sentuhan, bau dan bahkan atas izin orang dewasa atau guru untuk mencicipi.
2.      Tahap kedua adalah pengenalan kosa kata yang diperlukan yang berhubungan dengan bahan-bahan yang baru. Kosa kata sebaiknya diperkenalkan selagi bahan-bahan yang baru tersebut sedang digunakan. Guru mungkin bisa menanyakan pertanyaan terbuka, seperti: “apa yang bisa anda ceritakan mengenai ini?” atau, “bagaimana kamu melakukan cara itu?” atau, “apa-apa saja yang berbeda yang bisa anda lakukan?” selama pertukaran ini penting bagi guru untuk menilai pandangan anak-anak mengenai dunia dan mendengarkan dengan seksama maknanya atas kata-kata dan ide-ide. Guru memberi bahasa-bahasa yang baru, membantu anak-anak menulis mengenai bahan-bahan yang baru, mendorong anak-anak untuk melukis gambar dan membacakan cerita-cerita mengenai bahan-bahan tersebut.
3.      Tahap ketiga termasuk mengidentifikasikan masalah, terkadang sebuah pertanyaan yang disimpan anak selama diskusi. Setelah sebuah masalah diidentifikasikan, guru mendorong si anak untuk mencari solusi atau jawaban.

Dengan menggunakan eksplorasi tanah sebagai contoh, bahan-bahan yang baru mungkin masuk ember dengan tanah yang beragam (tanah yang kaya organik, tanah liat, dan tanah pasir), sendok dan handuk, kotak plastik, sumber cahaya, kandang kayu, biji raddish dn kaleng untuk menyiram. Guru mendukung proses ini dengan menyediakan dan mengorganisasikan bahan-bahan, mengamati anak-anak yang sedang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dan menanyakannya pertanyaan-pertanyaan untuk mendorong anak-anak agar menelusuri bahan-bahan ini sedalam mungkin. Guru juga memakai pengamatannya untuk memodifikasi dan memperluas pemikiran anak dan membantu mereka berkembang.

Kegiatan dan Tugas
1.      Museum kelas
Sebuah museum kelas bisa memberikan anak-anak kesempatan untuk melihat dan menyentuh bahan-bahan yang menarik. Kumpulkan batu-batu, bulu, daun, gigi, kerang, pelapah pisang, bulu, kain, serangga benda-benda lainnya.
 Meranyimpan koleksi tersebut sangat penting agar anak-anak mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan benda-benda ini : mengamati, membandingkan, mengklasifikasikan, menebak dan mengkomuniasikan. Interaksi ini bisa didorong menelusuri yang dibimbing. Contohnya, guru bisa mengarahkan : “coba kita cari batu yang mana yang bisa memberi tanda dilantai.”
Memperkenalkan hewan hidup ke dalam kelas bisa memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan IPA. Kebanyakan anak-anak kagum dengan benda-benda hidup. Menyiapkan sebuah tutup yang bisa dikunci untuk menjaganaya dari serangga jangkrik atau ulat kaki seribu dan kupu-kupu bisa memperkaya kurikulum IPA pra sekolah. Dia harus menekankan perlunya merawat dan menghargai hewan. Serangga dan hewan yang dari alam harus dikembalikan ke lingkungan aslinya setelah jangka waktu pengamatan kelas tertentu.
Kelas juga bisa membuat sebuah museum biji-bijian yang terdapat biji kesukaan atau pod biji yang dipilih setiap anak. Anak-anak bisa mengklasifikasikan biji-bijian berdasarkan ukuran, warna, tekstur atau bentuk. Anak-anak bisa menggunakan gambar bunga untuk mencoba mencocokan asal muasal tanaman.
2.      IPA Luar Ruangan
Anak-anak memiliki minat yang dalam mengeksplorasi benda serta fenomena yang mereka hadapi di sekitarnya.anak-anak membutuhkan waktu untuk memberitahu kepada yang lainnya mengenai apa yang mereka lihat, apa yang mereka pikirkan, dan apa yang membuat mereka terkagum. Sewaktu guru menyediakan bahan-bahan untuk sebuah penemuan, mereka sebaiknya menyisihkan sedikit waktu bagi anak-anak untuk membicarakan mengenai apa yang telah diamatinya dan membandingkan hasil pengamatan.
Taman sekolah memberikan kesempatan sepanjang tahun bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan IPAnya.
Tema-tema digunakan untuk memfokuskan kegiatan-kegiatan diluar ruangan. Contohnya, studi mengenai tanaman tetangga bisa termasuk jalan-jalan sekit
ar sekolah atau lingkungan dan mengamati tanaman-tanaman yang berbeda dimana tumbuhnya, bagaimana bentuknya, bagaiman rupanya dn bagaimana perbedaannya. Guru bisa membuat suatu daftar pertayaan-pertanyaan anak-anak mengenai tanaman, mencetuskan kembali komentar-komentarnya berbagai pertanyaan untuk memperluas ide-idenya.
Mengeksplorasikan pohon sekitar bisa menjadi sebuah tema. Anak-anak bisa mengumpulkan daun-daun dari pohon yang berbeda, dan dengan bantuan guru atau orang tua, membuat sebuah buku daun diatas pembungkus plastik yang bening.
3.      Air
Beberapa konsep mengenai air yang bermanfaat bagi guru sewaktu merencanakan pusat kegiatan air untuk anak-anak kecil, sebagai berikut:
a.       Air menguap bimbinglah pengamatan anak-anak terhadap air yang didalam kotak, diatas radiator, bukan di radiator, dibawah matahari dan ditempat yang teduh. Catlah sebuah papan atau sisi jalan dengan menggunakan air dan perhatikan proses pengeringannya. Yang mana yang paling cepat kering? Apa yang akan terjadi jika anda menambahkan garam kedalam air atau menggunakan air panas?
b.      Air diperlukan untuk mempertahankan hidup tanaman. Amati perbedaan antara dua yang tanaman, satu yang diberi air dan yang satu tidak.
c.       Air bisa dicampur dengan beberapa cairan tapi tidak dengan cairan tertentu. Campur air dengan susu, jus, minyak selada, madu atau cairan lainnya.(kotak plastik yang bening dengan tutup memberikan campuran yang bagus dan sebagai tempat pengamatan yang baik).
d.      Air menyerap ke beberapa jenis bahan. Taruh air pada beberapa jenis kain, kertas dan coba bahan-bahan yang lain untuk mengamati tingkat penyerapan.
e.       Hujan dan air dari salju yang meleleh masuk ke dalam sungai. Berjalanlah disekitar sekolah untuk mengamati kemana air hujan pergi. Amati sebuah aliran dan tulislah seuah cerita tentang apa yang anda lihat.
4.      Magnet
Konsep magnet bahwa menciptakan sebuah medan magnet atau daya tarik menarik atau daya tolak dapat memberikan anak-anak banyak kesempatan untuk mengembangkan keterampilan beragam ilmu alam. Melakukan percobaan dengan magnet, serbuk besi dan benda-benda lainnya membantu anak-anak mengembangkan pengamatan, perbandingan, perkiraan, dan keterampilan komunikasi.
Satu cara yang baik untuk menangani serbuk besi adalah dengan menciptakan kotak magnet. Kotak magnet adalah kotak kecil yang terbuat dari karton atau plastik bening. Kotak magnet akan membuat anak-anak bekerja sendiri-sendiri dengan magnet dan serbuk besi.
Ide lain yang serupa adalah dengan meminta anak-anak melukiskan sebuah kota, termasuk jaringan jalannya diatas piring kertas. Mobil-mobilan kecil, yang terbuat dari besi atau dengan besi yang dilem dibawahnya bisa diarahkan seapanjang jalan dengan cara menggerakkan magnet maju mundur sepanjang sisi belakang piring.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar