Nama : Meli Novikasari
NIM
: F54011035
Mata
Kuliah : Teori Belajar dan
Pembelajaran
Dosen
Pembimbing : Dr. Fadilah
PENDIDIKAN WALDROF
Waldrof berasal dari Eropa dan telah
menyebar ke seluruh dunia. Banyak yang tertarik dengan pendekatan ini karena
mereka melihatnya sebagai sebuah alternatif untuk pendidikan tradisional dan
sebagai inspirasi untuk memperbaiki pendidikan.
Model
pembelajaran Waldrof bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang
sehat, tidak tergesa-gesa, sesuai dengan perkembangan bagi anak – anak.
Pendidikan
anak usia dini (ECE) Waldrof telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan
termasuk rumah dan pengasuhan anak pusat, kelompok orang tua dan anak, program
dukungan orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia
bagi anak-anak berusia 3 hingga 7 tahun.
1.
RUDOLF
STEINER DAN ANTROPOLOGI
Semua
tinjauan luas tentang keyakinan filosofis Steiner harus dimulai dengan antroposofi (dari bahasa Yunani: anthopo = manusia + Sophia = kebijaksanaan). Secara sederhana antroposofi adalah
eksplorasi diri manusia yang digabungkan dengan hal spiritual. Tujuan antrosofi
adalah untuk memunculkan kebenaran atau pengetahuan baru yang tidak disatukan
dengan prinsip atau ajaran agama tertentu yang akan membuatnya menjadi bersifat kolor. Hal yang utama adalah
pencarian untuk pencarian untuk mendengar kebenaran tentang hal-hal spiritual.
Antrosofi
adalah sebuah gerakan spiritual sains yang berakar pada agama Kristen . dimulai
oleh Steiner, paham ini tumbuh dan dikenal luas dan mempunyai pengikut
diseluruh dunia. Dua komponen penting antroposofi adalah oneness with the world (kesatuan dengan dunia) dan search for self (pencairan diri).
Komponen
penting kedua adalah pencarian diri. Steiner menekankan pentingnya setiap
individu mengembangkan kemampuannya dalam berbagai bidang, untuk meraih
“keseluruhan”.
A.
Teori
Steiner Tentang Perkembangan Anak
Senada dengan teori
antrosofofinya, Steiner menciptakan teorinya sendiri tentang penrkembangan
anak. Ia mengajukan siklus selama 7 tahun yang menggabungkan perkembangan fisik
dan spiritual. Pada 7 tahun pertama kehidupan anak-anak terfokus pada raga
fisik mereka.
Secara serentak,
perkembangan spiritual juga terjadi: konsep Steiner tentang “kemauan”, yang
juga dipelihara melalui permainan inisiatif. Yang penting dalam periode ini
adalah eksplorasi fantasi dan khayalan. Pada tahap ini, Steiner mengajarkan
bahwa pengajaran akademik formal tidak sesuai.
Siklus 7 tahun
berikutnya meliputi usia 7 hingga 14 tahun dan ditandai oleh pertumbuhan gigi permanen
anak. Pada tahap perkembangan ini anak lebih menyadari dunia sekitarnya dan
oleh karenanya siap memulai pengajaran akademik. Konsep spiritual “perasaan”
disadari pada masa ini, dan karenanya anak merasa tergoda oleh rangsangan
gambar dan citra yang membangkitkan emosi. Hubungan pribadi juga penting dalam
tahap ini.
Siklus 7 tahun berkisar
dari usia 14 hingga 21 tahun dan diawali dengan permulaan masa puber. Kemudian
remaja siap menggabungkan kecerdasan mereka dengan pemikiran dan aplikasi yang
lebih abstrak, dari sinilah perkembangan spiritual “pemikiran”. Perasaan
mandiri berakar pada tahap ini dan mendorong siswa untuk mencari eksplorasi dan
hubungan yang relevan secara pribadi.
Steiner menguraikan
siklus 7 tahun dan karekteristik penandanya diseluruh masa kehidupan hingga
usia 85 tahun.
Hal yang sangat terkait
dengan teori perkembangan Steiner adalah keyakinannya tentang pendidikan.
Steiner mengamati bahwa persekolahan harus menitikberatkan pada perkembangan
raga, pikiran, dan jiwa anak seluruhnya. Fokusnya harus pada mendidik
“keseluruhan” anak karena mengembangkan kemampuan anak lebih penting dari pada
mengajrkan mata pelajaran.
B.
Konteks
Pendidikan Waldorf
·
Taman Kanak-kanak Waldorf
Melayani anak usia 3
hingga 6 tahun. Kurikulum sekolah ini berisi permainan imajinasi, dongeng,
fable, cerita rakyat, kegiatan seni tiruan, pekerjaan “sungguhan” seperti
merajut dan memanggang roti, alat music, tari, drama, dan kesadaran akan alam,
siklus dan cuaca.
Kurikulum ini
didasarkan pada gagasan Steiner tentang anak pada tahap ini. Karena Steiner
merasa bahwa anak-anak berusaha mengembangkan tubuh fisik dan kemauan mereka,
semua kegiatan tidak bersifat akademik, tetapi terapan.
Di taman kanak-kanak
Waldorf anak-anak diharapkan pertama-tama dan terutama adalah menjadi
anak-anak. Waldrof membedakan dengan kenyataan saat ini di mana anak-anak
sering dibawa dengan tergesa-gesa melewati masa kanak-kanak merekan dengan
tujuan membantu mereka menjadi yang terbaik dan terpandai, tetapi sayangnya
karena itulah anak-anak kehilangan kesempatan memiliki masa kanak-kanak yang
merupakan hak mereka.
·
Sekolah Dasar Waldrof
Pada usia 7 tahun anak
memasuki tahap perkembangan dan persekolahan selanjutnya yang berhubungan
dengan kelas dua hingga kelas delapan. Bidang akademik utama yang dicakup pada
titil ini umumnya adalah membaca, menulis, keterampilan bahasa, matematika,
geografi, sejarah dan sains. Tantangan guru adalah menampilkan semua materi ini
dengan cara sedemikian rupa bisa menggali dan menguasai isi pelajaran tersebut.
·
Pelatihan Guru Waldrof
Karena filosofi Waldrof
disusun dengan baik dan berisi begitu banyak komponen yang saling terkait, para
guru Waldrof harus terlatih dalam bidang filosofi dan teori dibalik pekerjaan
mereka, serta dalam cara-cara yang sesuai untuk menggabungkan semua teladan ini
di dalam kelas. Pelatihan guru dalam pendidikan Waldrof berfokus pada
perkuliahan dan tulisan Rudolf Steiner.
2.
KARAKTERISTIK
PROGRAM
A.
Menciptakan
Masyarakat Pemelajar yang Peduli
Pendekatan PAUD Waldrof
menggabungkan elemen-elemen mesyarakat tertentu kedalam rancangannya.
Pentingnya lingkungan fisik, pengelompokan usia, kegiatan yang terencana,
jadwal, dan hubungan sosial seluruhnya dibahas.
·
Kepekaan Anak-anak pada Lingkungan
Steiner memulai dengan
lingkungan, yang mencakup tata letak dan rancangan ruang kelas yang digunakan
oleh anak. Lingkungan adalah tempat yang terpenting untuk memulai. Lingkungan
anak usia dini Waldrof memelihara rasa anak-anak tentang keindahan dan susunan.
Steiner merasa bahwa anak-anak sangat peka terhadap lingkungan mereka, menyerap
informasi melalui kelima indra dan merasakannya melalui seluruh tubuh mereka.
·
Pentingnya Imitasi dan Permainan
Guru Waldrof yakin
bahwa penting untuk memberikan anak-anak sesuatu yang berharga untuk ditiru. Melalui
peniruan sendiri ini, anak-anak belajar tidak hanya untuk melakukan tugas
mereka untuk dilingkungan kelas tetapi juga untuk mengandalkan orang lain.
Permainan adalah metode
penting lainnya dimana di dalamnya anak-anak mengembangkan rasa kemasyarakatan.
Permainan memberikan kesempatan “aman” untuk melakukan interaksi sosial.
Anak-anak bisa mencoba peran yang berbeda, menyelesaikan konflik, dan melakukan
berbagai metode komunikasi, semuanya dengan bermain pura-pura. Dari segi
perkembangan, permainan adalah kesempatan bagi anak untuk melatih keterampilan
sosial mereka dan mempelajari bagaimana berfungsi dalam sebuah kelompok.
·
Manfaat Pengelompokan Campur Usia
Faktor lsin yang
berperan dalam masyarakat pembelajar Waldrof
yang mengasihi adalah pengelompokan beragam usia anak-anak. Rancangan
ini juga meningkatkan atmosfer keluarga dalam arti bahwa kelas seperti imitasi
saudara dengan stratifikasi usia, yang lebih alami dari pada kelas yang berisi
anak dengan usia sama. Perbedaan dari segi usia ini menawarkan contoh teladan
bagi anak-anak yang lebih muda, sedangkan anak-anak yang lebih tua menghormati
dan belajar dari model mereka.
·
Menerapkan Ritme dan Rutinitas
Waldrof berperan untuk
membantu meningkatkan rasa kemasyarakatan. Guru berusaha sendiri menetapkan
rutinitas yang berulang setiap hari, setiap minggu, setiap musim, dan setiap
tahun.
B.
Mengajar
Untuk Mendorong Perkembangan dan Pembelajaran
Ada tiga perasaan
menyangkut pendidikan anak usia dini yang disukung oleh guru-guru Waldrof :
penghormatan, antusiasme, dan perlindungan.
·
Penghormatan, antusiasme, dan
perlindungan
Penghormatan dapat
diartikan sebagai sikap seorang guru terhadap anak. Anak sangat mudah dipengaruhi, menyerap
rangsangan dari limgkungan melalui indranya dan merasakannya dengan seluruh
tubuhnya, dan penting bagi guru untuk memberikan rangsangan yang berguna.
Menyadari bahwa seni
mengajar memberikan banyak tantangan. Steiner mendesak agar orang-orang yang
mengajar harus menerima peran mereka dengan antusias. Tugas ketiga seorang guru
adalah memberikan perlindungan bagi semua anak yang mereka asuh secara fisik,
emosional, sosial, dan psikologi. Guru memberikan lingkungan yang bebas tekanan
dengan irama lambat menyenangkan yang memungkinkan anak benar membangun fondasi
yang akan mendukung pembelajaran mereka si masa depan. Anak-anak tidak
merasakan tekanan standar, pengujian, atau keharusan untuk membaca, tapi
menikmati pengalaman baca tulis yang kaya, yang mengarahkan imajinasi mereka.
·
Menyediakan Lingkungan yang Respontif
Pengajaran yang memberi
ruang perkembangan dan pembelajaran mengharuskan guru menciptakan lingkungan
yang menyenagkan dan responsif. Keindahan estetis dan rasa hangat penerimaan
yang dibahas sebelumnya mainan dan materi yang disediakan guru untuk anak.
Materi yang mengundang tangan dan pikiran tangan anak-anak untuk menyentuh,
mengolah, membuat dan berimajinasi. Mereka belajar bahwa ada kemungkinan yang
tak terbatas, bukannya belajar bahwa ada satu cara yang benar untuk melakukan
sesuatu.
·
Hubungan Anak-anak dengan Pengalaman
Pengindraan
Anak adalah “organ
indra secara keseluruhan”, yang berarti bahwa anak-anak saling terkait dengan
pengalaman pengindraan mereka. Seorang anak “menyatu dengan perasaan, karena
itu sangat dipengaruhi oleh apa yang ditunjukan oleh rasa itu, dan perkembangn
psikologinya dipengaruhi oleh lingkungan didekatnya”.
Anak juga bisa bereaksi
dengan kehilangan kendali dan mencari
pelampiasan dengan cara-cara yang tidak diterima secara sosial. Pendidikan
Waldorf dengan lingkungan alaminya yang menyenangkan adalah penangkal sifat
mudah bergairah yang sangant mudah dikuasai oleh anak.
·
Bekerjasama dengan Teman Sebaya
Adalah bagian penting
lainnya dalam perkembangan dan pembelajaran sehat yang dibantu perkembangannya
oleh para guru. Guru memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk bermain dan
bekerjasama.
·
Belajar dengan Melakukan
Guru Waldorf mendorong
anak-anak untuk menemukan sendiri. Saat anak-anak memilih untuk terlibat dalam
imitasi atau permainan, mereka akan melakukan dengan sepenuh hati dan
memperoleh jauh lebih banyak dari pada bila mereka dipujuk untuk melakukannya.
·
Tanggungjawab dan Regulasi Diri
Salah satu tujuan
kurikulum anak usia dini Waldrof adalah membantu anak-anak mengembangkan rasa
tanggung jawab dan regulasi diri. Dengan memilih, anak-anak mulai melatih
pengendalian mereka sendiri. Bagian penting pendekatan ini adalah mengenali
bahwa perkembangan tanggung jawab dan pengaturan diri adalah sebuah proses.
Agar ini terjadi, anak perlu waktu, ruang dan kesempatan yang cukup untuk
berlatih membuat pilihan dan menggunakan kemandirian dan saling ketergantungan
dibawah pengawasan seksama dan bimbingan orang dewasa.
C.
Membuat
Kulikulum yang Tepat
Kurikulum anak usia
dini Waldrof dibuat untuk mendidik anak secara keseluruhan: “kepala, hati, dan
tangan”. Dengan demikian kurikulum tersebut berbicara tentang perkembangan
aspek sosial, emosional, spiritual, moral, fisik, dan kecerdasan setiap anak.
·
Memelihara Anak Secara Keseluruhan
Kurikulum ini bisa
dijelaskan hanya oleh beberapa kegiatan, tapi kedalaman yang dicapainya
memerlukan pembahasan yang panjang.
·
Mendorong Perkembangan Holistik
Perkembangan sosial
dipicu dan dilatih melalui permainan imajinatif. Konflik muncul dan anak-anak
harus menyelesaikannya dan menemukan jalan keluar. Perkembangan emosional
didukung dalam hubungan pribadi dekat yang dikembangkan setiap anak dengan
guru, dan memalui persahabatan yang dibangun anak dengan teman sebaya.
Anak-anak belajar memperoleh kendali emosi yang lebih besar atas perkembangan
saat perkembangan terjadi dalam lingkungan yang aman, terlindungi dan bebas
tekanan. Perkembangan spiritual dibantu berkembang melalui peniruan rasa hormat
setiap guru pada masa kanak-kanak, alam, materi didalam kelas, dan makanam
kecil yang dinikmati. Anak-anak perlu belajar bagaimana mengendalikan perilaku
mereka dan mengambil keputusan yang baik. Pendidikan Waldrof dibuat untuk
meletakkan semua landasan bagi perkembangan moral ini. Perkembangan fisik
dipelihara melalui gerakan. Anak-anak sangat aktif, dan guru mendukung
keaktifan ini sepanjang pagi. Sejumlah kegiatan luar kelas mendorong banyak
gerakan dan perkembangan otot, sementara proyek seni dalam jumlah besar
mendorong keterampilan gerak halus. Perkembangan kecerdasan bukan berasal dari
pengajaran langsung, tetapi melalui penemuan dan peniruan yang diatur sendiri
oleh anak.
·
Menggabungkan Berbagai Jenis Disiplin
Ilmu
Melalui kerikulum
Waldrof yang berisi permainan, imitasi, seni dan cerita, anak juga memperoleh
pengaaman dalam berbagai jenis disiplin. Banyak sekolah saat ini yang berjuang
untuk mengembangkan kurikulum yang terpadu. Guru sering kali menyamakan
disiplin ilmu mereka. Sebaliknya, guru Waldrof selalu mengajar matematika,
sains, kesusastran, kesenian, dan sebagainya sebagai dari satu kesatuan yang
teratur. Landasan bagi kemampuan membaca, menulis dan berhitung, misalnya
diletakkan melalui pengalaman setiap hari seperti pertunjukkan boneka dan
menata meja untuk saat makan makanan kecil.
·
Mempertahankan Keteguhan Kecerdasn
Komponen penting
kurikulum adalah keteguhan kecerdasan, karena anak-anak meniru tindakan orang
disekitar mereka, guru harus melakukan tindakan yang pantas ditiru. Guru
mencontohkan tugas sehari-hari yang diperlukan dalam merawat sekolah dan rumah,
termasuk memperbaiki dan membersihkan, memasak dan mencuci. Semua ini adalah
tugas-tugas yang berharga dan bertujuan yang pantas ditiru.
·
Merangkul Perbedaan
Pendidikan Waldrof bisa
dipandang sebagai sebuar program multikultur contoh karena dengan mudah
mengadaptasi budaya dan warisan anak-anak dan masyarakat yang dilayaninya.
Tujuan pendidikan Waldrof adalah menyediakan “pendidikan menuju kebebasan”
untuk anak-anak, yang menjadi alasan mengapa tujuannya adalah membantu
anak-anak mengembangkan penilaian yang mandiri yang kuat. Kurikulim Waldrof
pada dasarnya merangkul perbedaan dan menciptakan kesinambungan yang mengasihi.
3.
MENILAI
PEMELAJARAN ANAK-ANAK
Tujuan
kurikulum PAUD Waldrof adalah bukan untuk mengajarkan keterampilan akademik
dasar dan mengikuti ujian atau membantu siswa memenuhi standar yang ditentukan
pemerintah bagi berbagai usia dan tahapan atau kelas. Guru Waldrof sangat
menyadari kemajuan perkembangan siswa mereka secara perorangan. Guru
menunjukkan kesabaran, memandang pendidikan sebagai proses yang panjang. Guru taman
kanak-kanak Waldrof mengumpulkan informasi tentang perkembangan dan
pembelajaran setiap siswa, tapi secara bijaksana agar tidak membuat anak
tertekan. Guru mungkin memulai dengan sumber daya mereka yang paling berharga –
oramg tua. Orang tua digunakan untuk memberi wawasan tentang kehidupan dan
pengalaman rumah anak.
Setelah
dikumpulkan dari berbagai sumber dan situasi, guru tidak menggunakan data
penilaian untuk menilai atau mengukur siswa, tapi hanya untuk mengembangkan
pemahaman yang mendalam tentang anak agar bisa memfasilitasi perkembangan dan
pembelajaran dikelas dengan baik. Metode ini membiarkan guru secara kreatif
mengunggkapkan beberapa sifat yang ia amati dalam diri siswanya dan mendorong
perkembangan aspek karakter mereka yang lain. Jenis penilaian seperti ini
berfungsi untuk memberikan informasi pendidikan penting dengan cara yang
bermakna sambil mendorong keintiman pribadi antara guru dan siswa.
4.
MEMBANGUN
HUBUNGAN DENGAN KELUARGA
Pendidikan
Waldorf terjalin dengan sangat kuat dengan keluarga sehingga keduanya tidak
bisa dipisahkan. Guru memerlukan dukungan orang tua, orang tua memerlukan
dukungan dari guru.
5.
WALDORF
DAN PENDEKATAN LAINNYA
Pendekatan
Waldorf pada pendidikan usia dini tampaknya memiliki daya tarik tertentu yang
nyata dan, dapat disangkal, sama baiknya dengan contoh-contoh terkenal lainnya.
Waldorf tentu saja memiliki banyak persamaan dengan praktek yang sesuai
perkembangan ( DAP ) yang di tetapkan oleh National Association for the
Aduction of Young Children (NAEYC).
A.
Waldrof
Menjadi Pendekatan dalam Pendidikan Khusus
Rudolf Stainer
menyebutnya dengan nama yang berbeda-beda: pendidikan kreatif, nama ini
menunjukan cara berfikir baru mengenai pendidikan anak-anak dengan kebutuhan
khusus. Sikap terhadap anak-anak ini adalah sikap hormat dengan mengakui bahwa
setiap orang, apapun kekurangannya, memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada
masyarakat.
Guru bekerja dengan
anak-anak “yang membutuhkan pengasuhan khusus” ini disekolah perumahan atau
desa yang dibuat untuk menciptakan lingkungan yang manusiawi dan menyeluruh.
Guru mengajar anak-anak
ditempat yang terpadu, bekerja untuk meraih keseimbangan dalam diri setiap anak
yang akan membuat mereka mampu mengembangkan kemampuan mereka dan berusaha
mengatasi keadaan difabel mereka. Kurikulumnya sama dengan kurikulum Waldrof
tradisional tapi juga mencakup kegiatan seni terapeutik, produser fisik
adaktif, pelatihan kejuruan dan pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan.
B.
Kritikan
dalam Pendidikan Waldrof
Tiga kritik besar pada
pendidikan Waldrof yang tampaknya sering muncul di situs PLANS: 1. Sekolah
Waldrof adalah sekolah agama, 2. Kurikulum Waldrof didasarkan pada teori
antroposofi Steiner, dan 3. Sekolah Waldrof tidak memberitahu tentang filosofi
mereka atau ikatan mereka dengan antroposofi.
C.
Pendidikan
Sekolah Waldrof Ditiru Disekolah Negeri
Guru bekerjasama
anak-anak mampu mengembangkan hubungan yang bermakna dengan mereka, mampu
merundingkan perilaku nakal dengan konsisten, dan mampu membantu siswa mengembangkan
pembelajaran karakter dan kognitif dalam persiapan menjadi wanga Negara yang
baik (Easton).
D.
Kesimpulan
Bila memiliki lebih
banyak informasi tentang pendidikan anak-anak dari perspektif Waldrof bisa
berguna, memiliki data penelitian dari pihak ketiga bahkan lebih penting bagi
anak yang menyeluruh dan adil pada filosofi dan ide perkembangan pendidikan
waldrof pada bidang pengasuhan dan pendidikan anak usia dini kita. Masih banyak
yang perlu dipelajari tentang ilmu pendidikan Waldrof ditahun-tahun awalnya.
Tampaknya ini adalah pendekatan khusus dalam mendidk anak yang menjanjikan,
khususnya dimasa-masa sulit dan dengan semakin cepatnya irama kehidupan kita.