BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pandangan
filsafat pendidikan sama dengan perananya merupakan landasan filosofi yang
menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan.pendidikan adaah upaya
mengembangkan potensi – potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik,
potensi cipta, rasa maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita – cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan, organis, harmonis, dinamis, guna mencapai tujuan hidup.
B. Rumusan
masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini :
1.
apa yang dimaksud dengan pendidikan ?
2.
apa fungsi dari pendidikan ?
3.
Apa tujuan dari pendidikan ?
4.
Apa saja factor – factor pendidikan dan
permasalahannya?
5.
Bagaimana hubungan antara filsafat
terhadap kebutuhan manusia?
C. Tujuan
Masalah
Adapun
tujuan dari makalh ini yaitu :
1.
Mengetahui apa itu pendidikan
2.
Mengetahui fungsi dari pendidikan
3.
Mengetahui tujuan dari pendidikan
4.
Mengetahui factor – factor pendidikan
dan permasalahan yang ada
5.
Mengetahui hubungan antara filsafat terhadap
kebutuhan manusia
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian
pendidikan
A. Pengertian
pendidikan ditinjau dari istilah
1. Bahasa
Indonesia: WYS Purwodarminto (kamus, 1979) mengartikan kata pendidikan sebagai
perbuatan (hal, cara) mendidik.
2. Bahasa
Jawa: Panggulawentah berate mengolah, membina kejiawan dengan mematangkan
perasaan, kemauan dan watak sang anak.
3. Bahasa
Belanda: istilah opevoending berarti tindakan untuk membesarkan anak dalam arti
geestelyk (kebatinan, jawa).
4. Bahasa
Romawi: Istilah educare yang berarti mengeluarkan dan menuntun.
B. Devinisi
Pendidikan
Devinisi
pendidikan menurut Langeveld yaitu mendidik adalah memberikan pertolongan
secara sadar dan sengaja kepada seseorang anak (yang belum dewasa) dalam
pertumbuhannya menuju kearah kedewasaan dalam arti berdiri sendiri dan
bertanggung jawab sesuai atas segala tindakan-tindakannya menurut pilihannya
sendiri.
Tiga
inti hakikat manusia menurut Langeveld:
1. Manusia
pada hakikatnya sebagai mahluk individual.
2. Manusia
pada hakikatnya sebagai mahluk sosial.
3. Manusia
pada hakikatnya sebagai mahluk susila.
Pendidikan
menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya (Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962). Semboyan Ki
Hajar Dewantara adalah Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso tut wuri
handayani.
Devinisi
pendidikan menrut pandangan Mono Displiner, mereka antara lain adalah:
1. Pandangan
sosiologi
2. Menurut
pandangan antropologi (budaya)
3. Menurut
pandangan psikologi
4. Pandangan
dari sudut ekonomi
5. Menurut
pandangan polotik
6. Menurut
pandangan filosofi tentang hakekat manusia (antropologi filsafat)
Sedangkan menurut
pandangan Multi Disipliner mengenai pendidikan diungkapkan oleh Redja
Mudyahardjo (1986:3). Pendidikan adalah keseluruhan kerja insane yang terbentuk
dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fugsional dalam membantu terjadinya
proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mencapai
kualitas hidup yang diharapkan.
C. Fungsi
Pendidikan.
Dalam UU
no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
1. Pendidikan
Sebagai Penegak Nilai
Pendidikan merupakan
penegak nilai dalam masyarakat dengan artian memelihara serta menjaga tetap
lestarinya nilai-nilai tersebut dalam masyarakat. Untuk memelihara dan
melestarikan nilai-nilai ini dengan sendirinya dunia pendidikan harus selektif
agar tidak menimbulkan gejolak-gejolak dalam masyarakat.
Macam-macam nilai
budaya menurut Eduard Spanger:
1. Nilai
Politik
2. Nilai
Ekonomi
3. Nilai
Sosial
4. Nilai
Ilmu Pengetahuan
5. Nilai
Etika
6. Nilai
Seni
2. Pendidikan
Sebagai Sarana Pengembangan Masyarakat
Proses pendidikan
selalu terjadi dalam lingkungan masyarakat, dan pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan masyarakat itu sendiri. Proses tersebut akan berlangsung
terus-menerus selama masyarakat tertentu akan menjadi pendidik dalam lingkungan
keluarga masing-masing.
3. Pendidikan
Sebagai Upaya Pengembangan Potensi Manusia.
Dalam mengembangkan
nilai-nilai yang hidup ditengah-tengah masyarakat ini secara langsung ataupun
tidak langsung akan terkait dengan pengembangan kemampuan masyarakat., dan
sangat erat hubungannya dengan pembentukan anggota masyarakat yang luwes yang
bisa berperan sebagai anggota masyarakat yang baik dan bisa berperan
sebagaimana mestinya.
D. Tujuan
Pendidikan
Di
dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional, yaitu "Mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan."
Yang dimaksud dengan tujuan
pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu diarahkan. Wujud
tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan
sikap. Maka tujuan pendidikan merupakan suatu sistem nilai yang disepakati
kebenaran dan kepentingannya dan ingin dicapai melalui berbagai kegiatan, baik
didalam jalur pendidikan sekolah maupun di jalur pendidikan luar sekolah (Drs.
Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1995: 59).
Sesungguhnya faktor tujuan bagi
pendidikan adalah:
a. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan
menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus
ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.
b. Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti
memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena sesuatu
kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada
umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.
c. Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain,
apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik
tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas
permulaan setiap usaha. [1]
d.
Memberi nilai pada usaha yang
dilakukan.
II.
Faktor-Faktor Pendidikan dan Permasalahannya
I. Pengertian
Faktor Pendidikan
Faktor
pendidikan adalah unsur-unsur yang ada dalam pendidikan yang berkaitan secara
fungsional dengan jalannya proses pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan
pendidikan.
A. Faktor Tujuan
Di dalam UU
Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan Pendidikan Nasional,
yaitu "Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan."
Sesungguhnya faktor tujuan bagi
pendidikan adalah:
a. Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan
menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus
ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.
b. Tujuan
sebagai titik akhir, suatu usaha
pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena
sesuatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan
berakhir. Pada umumnya, suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya
telah tercapai.
c. Tujuan
sebagai titik pangkal mencapai tujuan
lain, apabila tujuan merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini
merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen
yang menjadi alas permulaan setiap usaha.
d. Memberi nilai pada usaha yang
dilakukan
B. Faktor Pendidik
Pendidik adalah
orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto,
menginventarisasi bahwa pengertian pendidik meliputi:
a. Orang
Dewasa
b. Orang Tua
c. Guru
d. Pemimpin
Masyarakat
e. Pemimpin
Agama
Karakteristik
yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu
a. kematangan diri yang stabil, memahami
diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
b. kematangan sosial yang stabil,
memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan
membina kerjasama dengan orang lain.
c. kematangan profesional (kemampuan
mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan
perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.
Kriteria kualitas guru yang dibutuhkan dalam pendidikan adalah
a. Guru
sebagai perencana
b. Guru
sebagai penginisiasi
c. Guru
sebagai pemotivasi
d. Guru
sebagai pengamat
e. Guru
sebagai pengantisipasi
f. Guru
sebagai model
g. Guru
sebagai pengevaluasi
h. Guru sebagai
teman berjelajah bersama anak didik
i. Promotor
agar anak menjadi pembelajar sejati
C. Faktor Anak Didik
Anak didik
adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum
dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik. Salah satu pertanda
bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya. Dengan demikian, pendidikan berusaha untuk membawa anak yang semula
serba tidak berdaya, yang hampir keseluruhan hidupnya menggantungkan diri pada
orang lain, ke tingkat dewasa, yaitu keadaan di mana anak sanggup berdiri
sendiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, baik secara individual, secara sosial
maupun secara susila.
D.Faktor Alat Pendidikan
Pengajaran yang
baik adalah Alat Pendidikan yang terutama. Alat Pendidikan merupakan faktor
pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan
yang diinginkan. Ditinjau dari wujudnya aalat pendidikan dapat berupa:
a. Perbuatan Mendidik (biasa disebut piranti lunak); mencakup
nasihat, teladan, larangan, perintah, pujian, teguran, ancaman, dan hukuman.
b.
Benda-benda sebagai alat Bantu (biasa disebut piranti keras); mencakup
meja kursi, belajar, papan tulis, penghapus, kapur tulis, OHP, dan sebagainya.
E. Faktor Lingkungan
Pada dasarnya
lingkungan mencakup:
1. 1
Tempat (Lingkungan Fisik);
keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
2. Kebudayaan (Lingkungan Budaya); dengan
warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan
hidup, keagamaan.
3. c.
Kelompok hidup bersama
(Lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain,desa,perkumpulan.
Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan Tri Pusat Pendidikan.
a. Lingkungan Keluarga (Komunitas utama)
Pendidikan
Keluarga berfungsi:
1. Sebagai
pengalaman pertama masa kanak-kanak.
2. Menjamin
kehidupan emosional anak.
3. Menanamkan
dasar pendidikan moral.
4. Memberikan
dasar pendidikan sosial.
5. Meletakkan
dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
b. Lingkungan
Sekolah
Tidak semua
tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam
hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Karena jika ditilik dari sejarah perkembangan
profesi guru, tugas mengajar sebenarnya adalah pelimpahan dari tugas orang tua
karena tidak mampu lagi memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap-sikap
tertentu sesuai dengan perkembangan zaman.
Fungsi Sekolah
antara lain:
1. Sekolah
membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan
budi pekerti yang baik.
2. Sekolah
memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak
dapat diberikan di rumah.
3. Sekolah
melatih anak-anak memperoleh keahlian-keahlian seperti membaca, menulis,
berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan
kecerdasan dan pengetahuan.
4. Di sekolah
diberikan pelajaran etika , keagamaan , estetika , membedakan moral .
5. Memelihara
warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan
kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya anak didik.
c. Lingkungan
Organisasi Pemuda
Peran
organisasi pemuda yang terutama adalah mengupayakan pengembangan sosialisasi
kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda berkembanglah semacam kesadaran
sosial , keahlian-keahlian di dalam pergaulan dengan sesama kawan (kemampuan
bersosial) dan sikap yang tepat di dalam membina hubungan dengan sesama
manusia (perilaku bersosial).
F. Permasalahan Pendidikan
- Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan
baik itu Departemen
Pendidikan Nasional, Dinas
Pendidikan daerah, dan juga
sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak
yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga
dengan baik.
- Faktor eksternal, adalah masyarakat pada
umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari
adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan
Semakin
tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain, harusnya membuat
kita lebih termotivasi untuk berbenah diri. Banyaknya masalah
pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran praktek
pendidikan kita. Berikut ini beberapa masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia :
1. Masalah Kurikulum
Kurikulum kita yang dalam jangka
waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap
saja. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan
formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang
terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya
bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi
kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh
kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap
kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan
yang kita tempuh.
2. Masalah Biaya
Banyak masyarakat yang memiliki
persepsi pendidikan itu mahal ,pendidikan yang baru akan membagi pendidikan menjadi dua jalur besar,
yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini
berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Ironis sekali
bila kebijakan ini benar-benar terjadi.
3. Masalah Tujuan pendidikan
Katanya pendidikan itu
mencerdaskan, tapi kenyataannya pendidikan itu menyesatkan. Lihat saja kualitas
pendidikan kita hanya diukur dari ijazah yang kita dapat. Padahal sekarang ini
banyak ijazah yang dijual dengan mudahnya dan banyak pula yang membelinya (baik
dari masyarakat ataupun pejabat-pejabat).
4. Masalah Disahkannya RUU BHP menjadi Undang- Undang
DPR RI telah mensahkan Rancangan
Undang-Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP) menjadi Undang-Undang. Namun,
disahkannya UU BHP ini banyak menuai protes dari kalangan mahasiswa yang
khawatir akan terjadinya komersialisasi dan liberalisasi terhadap dunia
pendidikan. Segala aspirasi dan masukan, sudah disampaikan kepada Pansus RUU
BHP. UU BHP ini akan menjadi kerangka besar penataan organisasi pendidikan
dalam jangka panjang.
5. Masalah Kontoversi diselenggaraknnya UN
Kedua, aspek yuridis. UN hanya
mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan
secara sepihak oleh pemerintah. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan,
pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik.
Ketiga, aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang
diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada
tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun
2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal
penyimpangan finansial dana UN.
III.
Kebutuhan Manusia Akan Filsafat
Filsafat
sangat penting untuk membantu manusia mengatasi masalah kehidupannya, manfaat
filsafat bagi manusia antara lain :
a. Manusia
membutuhkan filsafat untuk mengambil keputusan dan tindakan yang bijaksana.
b. Keputusan
yang diambil adalah keputusan sendiri tanpa paksaan atau tekanan orang lain.
c. Filsafat
sebagai salah satu alat terbaik untuk memelihara dan mengembangkan kebiasaan berpikir
reflektif.
d. Membantu
manusia dalam menghadapi kesimpangsiuran dan ketidakpastian dunia yang selalu
berubah.
Melalui
pengetahuan filsafat pendidikan para ahli teori pendidikan dapat menyaring apa
yang cocok baginya, para ilmuwan pendidikan dapat mengadakan observasi,
eksperimen dan demonstrasi pendidikan yang dibutuhkan, sedangkan para pendidik
dapat melaksanakan pilihan yang cocok dalam mendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar