PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
PERAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS
RESUME MATERI
Dosen Pembimbing : SRI LESTARI, M.Pd
Oleh:
NINDITA KEMALA : F54011037 RITI KALTIA : F54011029
MELI NOVIKASARI : F54011035 SIVA FITRIANA : F54011024
DEVI PUSPITA SARI : F54011008 TRIE WULANDARI : F54011002
NURSIA : F54011018 MAULUSYANNUR : F54011027
PROGRAM STUDI PG – PAUD
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2012
PERANAN SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS SISWA
Di dalam kehidupan anak, banyak orang yang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Mereka mempunyai peran besar untuk mengembnagkan potensi yang dimiliki oleh anak, salah satunya adalah orang tua dan guru. Dengan demikian, dibutuhkan guru siswa berbakat di sekolah, istilah untuk guru siswa berbakat adalah fasilitator, karena fungsinya adalah sebagai fasilitator belajar daripada sebagai instruktur semata-mata. Istilah fasilitator menunjukkan bahwa tanggung jawab akhir dalam proses belajar menemukan potensi diri pada anak. Fasilitator hanyalah membantu dan memudahkan anak dalam proses pengembangan dan perwujudan diri.
Biasanya bukan hanya satu fasilitator yang berperan dalam perwujudan potensi anak, namun ada beberapa orang yang berpengaruh terhadap pembelajaran anak, disamping kesempatan hidup.
Memupuk keunggulan berarti membantu anak berbakat mewujudkan kemampuan potensinya. Para peneliti menemukan bahwa guru tanpa persiapan atau latar belakang khusus, kurang berminat terhadap pendidikan siswa berbakat bahkan dapat bersikap tidak ramah terhadap mereka. Sebaliknya, guru yang dengan pengalaman bekerja dalam program khusus untuk siswa berbakat atau yang mendapat pelatihan dalam jabatan lebih antusias dalam melaksanakan tugasnya.
A. Karakteristik Guru Siswa Berbakat
Ciri-ciri guru siswa berbakat menurut Davis (dikutip Sisk, 1987) adalah: demokratis, ramah dan member perhatian perorangan, sabar, minat luas, penampilan menyenagkan, adil, tidak memihak, mempunyai rasa humor, perilaku konsisten, member perhatian terhadap masalah anak, sikap luwes (fleksibel), menggunakan penghargaan dan pujian, dan mempunyai kemahiran yang luar biasa dalam mengajarkan subjek tertentu.
Maker (1982) membagi karakteristik guru siswa berbakat menjadi tiga kelompok: filosofis, profesional, dan pribadi.
· Karakteristik Filosofis
Karakteristik filosofis, yaitu: cara guru memandang pendidiakan mempunyai dampak terhadap pendekatan mereka terhadap mengajar.
Strom (1983) mengemukakan Guru cenderung perpikir bahwa siswa-berbakat dapat berhasil dengan mengandalkan dirinya sendiri, sehingga tidak perlu diperhatikan lagi. Kadang-kadang guru berpendapat bahwa selama siswa berbakat mencapai nilai tertinggi dan tidak menimbulkan masalah, ia tidak pperlu mempertimbangkan ketidakpuasan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan si anak berbakat. Akibat pertimbangan guru yang seperti ini adalah siswa berbakat berprestasi dibawah kemampuannya.
Wellborn (dikutip Sisk, 1987) guru dapat mengalami kesulitan filosofis dengan upaya pengembangan kreativitas di dalam kelas.
· Karakteristik Profesional
Karakteristik profesional dari guru dapat dikembangkan melalui pelatihan dalam jabatan (in-service training) seperti kemampuan untuk mempergunakan keterampilan dinamika kelompok, teknik dan strategi yang maju (advanced) dalam mata ajaran tertentu, memberi pelatihan penyelidikan, dan memahami ilmu komputer.
· Karakteristik Pribadi
Karakteristik pribadi guru siswa-berbakat meliputi motivasi kepercayaan diri, rasa humor, kesabaran, minat luas, dan keluwesan (fleksibilitas).
Lindsey (dalam Sisk, 1987) menyimpulkan karakteristik pribadi dari guru yang berhasil bekerja dengan siswa berbakat mencakup dan memahami dan menerima diri sendiri, mempunyai kekuatan ego, kepekaan terhadap orang lain, minat intelektual di atas rata-rata, serta bertanggung kawab terhadap perilaku diri sendiri dan akibatnya. Karakteristik pribadi lainnya dari guru siswa berbakat adalah empati, tenggang rasa, orisinalitas, antusiasme, dan aktualisasi diri.
B. Persiapan Guru Siswa Berbakat
1. Kompetensi Guru
· Pengetahuan tentang sifat dan kebutuhan anak berbakat
· Keterampilan dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
· Pengetahuan tentang kebutuhan afektif, dan kognitif anak berbakat
· Kemampuan untuk mengembangkan pemecahan masalah secara kreatif
· Kemampuan untuk mengembangkan bahan untuk anak berbakat
· Kemampuan untuk menggunakan strategi mengajar perorangan
· Kemampuan untuk menunjukkan teknik mengajar yang sesuai
· Kemampuan untuk membimbing dan memberi konseling kepada anak berbakat dan orang tuanya
· Kemampuan untuk melakukan penelitian
2. Pelatihan Dalam-Jabatan
Pelatihan dalam jabatan dapat diberikan oleh sekolah, yayasan, dan sebagaina, dan berbeda dari program bergelar karena pelatihan dalam jabatan lebih memberikan pengalaman dengan tujuan-tujuan khusus. Tujuan-tujuan ini meliputi topik-topik seperti keterampilan berpikir tingkat tinggi, komunikasi dan keterampilan berpikir kreatif, pengembangan keterampilan kepemimpinan, teknik untuk bekerja dengan siswa berbakat yang berprestasi dibawah kemampuan, dan teknik mengembangkan strategi untuk mengurangi stres. Pelatihan dalam jabatan dapat diberikan pada masa liburan sekolah atau pada hari-hari tertentu sesudah jam belajar.
Program pelatihan guru anak berbakat yang biasanya diberikan, termasuk di Indonesia, secara garis besar meliputi:
· Karakteristik dan identifikasi anak berbakat
· Pemahaman proses kognitif, afektif, psiko-motor, dan proses pemikiran tingka tinggi
· Strategi mengajar dan lingkungan belajar sesuai dengan gaya dan minat anak berbakat.
· Organisasi penyelenggaraan program
· Evaluasi program
C. Menjadi Guru Siswa Berbakat
Tokoh-tokoh dalam program keberbakatan yang dapat dijadikan mentor misalnya okoh masyarakat, orang tua si anak berbakat yang mempunyai keterampilan dan keahlian tertentu dan dilatih menjadi guru di rumah. Psikolog dan konselor juga dapat diminta peran sertanya dalam progra yang bersangkutan
1. Mentor pada Program Keberbakatan
Pada Tahun 1970-an, Hirsch untuk pertama kalinya memperkenalkan model penggunaan mentor untuk program keberbakatan pada siswa sekolah menengah. Siswa berbakat ditugaskan untuk mengunjungi mentor atau tokoh pemimpun masyarakat. Disamping itu, mereka diharuskan menghadiri seminar untuk berbagi pengalaman, pemahaman, dan masalah (Sisk, 1987)
Kebanyakan program mentor direncanakan untuk siswa berbakat pendidikan menengah, tetapi bisa juga untuk anak berbakat pendidikan dasar.
a. Pengertian Mentor
Mentor adalah seseorang yang dikagumi anak dan menjadi model peran dalam salah satu atau beberapa bidang kegiatan, seseorang yang diidentifikasikan anak sebagai mentor dan yang mempunyai pengaruh besar. Dari sudut tinjau sekolah, mentor siswa berbakat adalah yang diidentifikasi oleh guru yang memanfaatkan tokoh-tokoh dalam masyarakat untuk tujuan memperluas pengalaman belajar siswa.
b. Peranan Mentor
Karakteristik Mentor:
· Mempunyai keterampilan, minat, atau kegiatan khusus yang menarik minat siswa.
· Mampu membina siswa ke pengalaman pribadi yang bermakna.
· Bersifat fleksibel dalam membantu kegiatan siswa
· Merupakan model peran bagi siswa
· Menunjukkan minat terhadap siswa sebagai pelajar dan sebagai individu
Hubungan Mentor dengan Siswa:
Boston (dikutip oleh Sisk, 1987) membangun hubungan antara mentor dan siswa berbakat dan menyimpulkannya
· Program mentor dalam pendidikan keberbakatan haruslah berakar dalam belajar eksperimental
· Baik mentor maupun siswa berbakat melibatkan diri dalam komitmen dwirangkap (dual commitment)
· Program mentor untuk siswa berbakat haruslah berakhir terbuka, dalam arti memberi kemungkinan pemecahan masalah
· Instruksi dan evaluasi haruslah berdasarkan kompetensi.
2. Orang Tua
Delp dan Martinson (dikutip Feldhusen et al. 1989) memberi saran bagaimana sekolah dapat melbatkan otangtya anak berbakat, anatara lain:
· Orangtua memberi informasi mengenai anaknya untuk membantu menentukan minat, kemampuan, kebutuhan, dan perkembangan anak berbakat
· Orangtua membantu guru dalam menyelenggarakan proyek individual, program mentor, kelompok minat khusus, dan karya wisata
· Orangtua berperan serta dalam panitia penasihat untuk masalah anak berbakat
3. Psikolog
Psikolog dapat membantu dalam pengembangan pelatihan intensif untuk guru siswa berbakat, dengan membantu guru lebih memahami sifat dan kebutuhan siswa berbakat, menggunakan metode yang mendorong pertumbuhan kreativitas, harga diri, rasa ingin tahu (kemelitan). Dengan banntuan psikolog dalam mengembangkan profil kebutuhan individual anak berbakat, guru dapat mengembangkan rencana pendidikan yang lebih sesuai (Sisk, 1987)
4. Konselor
Anak berbakat biasanya jarang mendapat layanan bimbingan dan konseling karena dua alasan (Van Tassel-Baska), yaitu banyak pendidik berpendapat bahwa konseling terutama adalah untuk siswa yang bermasalah, dan kurang personalia yang terlatih untuk dapat melayani kebutuhan konseling anak berbakat.
D. Membangkitkan Kreativitas di Sekolah
Guru dapat melumpuhkan kemelitan (rasa ingin tahu) alamiah, merusak motivasi, harga diri dan kreativitas anak. Bahkan guru-guru yang sangat baik (atau yang sangat buruk) dapat mempengaruhi anak lebih kuat daripada orangtua karena guru punya lebih banyak kesempatan untuk merangsang atau menghambat kreativitas anak daripada orangtua. Guru mempunyai tugas mengevaluasi pekerjaan, sikap, dan perilaku siswa.
a. Sikap Guru
Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan mendorong motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik akan tumbuh, jika guru memungkinkan anak untuk bisa otonom samapai batas tertentu di kelas. Beberapa peneliti menugaskan anak membacakan teks ilmu pengetahuan sosial dengan tiga cara instruksi yang berbeda : (1) tidak di arahkan, (2) tidak diawasi tetapi diarahkan, (3) diawasi dan diarahkan.
Falsafah mengaar yang mendorong kreatifitas anak, secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
· Belajar sangat penting dan menyenangkan
· Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik
· Anak hendakya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat dan bahan mereka ke kelas. Mereka dimungkinkan untuk membicarakan bersama dengan guru mengenai tujuan bekerja/belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana mencapainya.
· Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang di dalam kelas. Hendaknya tidak ada tekanan dan ketegangan.
· Anak harus memunyai rasa memiliki kebanggaan di dalam kelas. Mereka perlu dilibatkan dalam merancang kegiatan belajar dan boleh membawa bahan-bahan dari rumah.
· Guru merupakan narasumber, bukan polisi, atau dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman dengan guru. Robot kecil tidak akan belajar, dan juga kreatif.
· Guru memang kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.
· Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka juga dan mereka bertanggung jawab untuk mengaturnya.
· Kerja sama selalu lebih baik daripada kompetisi
· Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari dunia nyata.
E. Pengaturan Ruang Kelas
Ruang kelas merupakan tempat dimana anak melakukan banyak hal. Tempat anak berinteraksi dengan sesama anak, anak dengan guru, maupun anak dengan benda-benda di dalam kelas.
Pengaturan ruang kelas sangat berpengaruh pada aktivitas anak dan berpengaruh pula pada pengembangan kreativitasnya. Ruang kelas yang nyaman akan membuat anak merasa aman dan betah sehingga di dalam mengembangkan segala potensi yang ia miliki akan lebih maksimal. Pemilihan warna, benda penghias kelas, serta tata letak tempat duduk akan menentukan tingkat kreativitas. Selain itu, ruang kelas hendaknya merangsang secara visual tanpa mengganggu perhatian, misalnya diisi dengan berbagai hasil karya siswa, misalnya lukisan foto, karangan, patung, dan karya-karya lain. Siswa boleh memilih karya mana yang akan ia pajang.
Pengaturan ruang kelas yang bebas juga merupakan tantangan bagi siswa untuk dapat lebih leluasa bergerak sehingga dapat mengoptimalkan bakat dan kreativitasnya.
Gerakan kelas terbuka yang di prakarsai tahun 1960 dinyatakan sebagai cara yang baik untuk memupuk belajar yang bermakna dan kreativitas pada anak. Maanfaatnya adalah penekanannya pada pembelajaran yang bersifat individual.
F. Strategi Mengajar
Strategi mengajar merupakan seni mengajar dari setiap orang. Setiap pendidik memiliki seni mengajar yang berbeda-beda. Namun strategi mengajar yang dimaksud adalah bagaimana proses belajar-mengajar itu dapat berlangsung dengan maksimal walaupun dengan cara tan teknik mengajar yang berbeda tanpa mengesampingkan makna bermain dan menyenagkan bagi anak.
Salah satu strategi mengajar ialah dengan penilaian. Dalam kelas yang menunjang kreativitas, guru menilai pengetahuan dan kemajuan siswa melalui interaksi yang terus-menerus dengan siswa. Pekerjaan siswa dikembalikan dengan banyak catatan dari guru, terutama menampilkan segi-segi yang baik dan yang kurang baik sebagai koreksi serta motivasi siswa dari pekerjaannya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar