SISTEM PEMBELAJARAN
ALAMIAH OTAK
Pada dasarnya setiap
orang dapat menjadi jenius. Idealnya memang harus dipersiapkan sejak dini
dengan mengaktifkan fungsi otak untuk mengembangkan kecerdasan- kecerdasan yang
menunjang proses pembelajaran. Kita sebagai manusia memiliki 200 miliar sel
otak.Sistem pengamanan otak kita, utamanya dikendalikan oleh sistem atau otak
reptil kita.Otak reptil ini terletak di lapisan paling dalam dari sel otak.Ia
bekerja secara instinktif otomatis. Pada situasi aman ia bekerja dengan cara
normal, seperti biasanya kita. Sedangkan dalam situasi berbahaya atau mengancam
ia akan bekerja dengan cepat dan mengerahkan seluruh kekuatan untuk melawan
bahaya atau melarikan diri menghindari bahaya.
Untuk
keperluan belajar dan berfikir kreatif, mestinya otak reptile dikondisikan
aman, otak reptile mampu bekerja dengan baik dan mendukung bagian otak lain
untuk belajar. Bahkan pada kondisi aman ini, memungkinkan otak untuk lebih
berani mengungkapkan ide- ide baru, ide- ide baru yang mungkin belum pernah
ditemukan oleh orang, sehingga berkembanglah pemikiran- pemikiran kreatif . Sementara
itu pada situasi terancam otak reptile akan memberontak, termasuk hal- hal yang
mengancam otak reptile adalah pada takut pada guru, cemas mendapatkan nilai
jelek, atau ketrakutan lainnya.
A. SISTEM
PEMBELAJARAN EMOSIONAL
Bagian luar dari lapisan otak reptil
terdapat lapisan otak mamalia dan limbic system- lapisan tengah.Otak mamalia
berfungsi mengendalikan emosi dan perasaan kita. Peran emosi dalam kehiduipan
dan belajar telah diteliti dengan baik oleh Daniel Goleman, yang dikenal dengan
Emotional Intelligence atau EQ. Pada situasi yang membosankan dan jenuh, otak
mamalia bekerja secara negative, sebaliknya apabila otak mamalia bersemangat
maka akan mampu menyelesaikan beragam persoalan dengan lebih baik. Contohnya
saja pada anak TK yang diberikan strategi pembelajaran yang menyenangkan, maka
anak tersebut akan tertarik dan bersemangat dalam beraktivitas pada kegiatan
tersebut, begitu juga sebaliknya apabila strategi pembelajaran yang diberikan
oleh guru tidak menarik, maka anak akan merasa bosan dan jenuh dalam
menjalankan kegiatan tersebut.
EQ amat bermanfaat untuk memperbaiki
kemampuan dan kepribadian para peserta didik sehingga ketahap spiritual dan
emosi yang mempengaruhi jiwa dan akal supaya lebih matang dan bijaksana
disamping membina kepribadian mulia seperti menghormati diri, dan orang lain ,
dalam hal ini kaitannya dengan anak usia dini ialah bahwa untuk menyalurkan
emosinya yaitu melalui kegiatan bermain. Melalui bermain anak akan dapat
belajar menerima, berekspresi, dan mengatasi masalah dengan cara yang positif.
Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri
dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan dalam hidup (Catron dan
Allen, 1999:215-232). Thomas dan Chess dalam Catron dan Allen, 1999:220)
menemukan bahwa anak- anak yang mempunyai perangai yang baik di waktu muda dan
maka akan memiliki kestabilan emosi dari waktu ke waktu: perangai memberikan
pengaruh terhadap lingkungan. Jika seorang bayi sulit mengatasi emosinya dan
lekas marah, sebagai contoh, maka orang tua tidak boleh menangani bayi tersebut
dengan memberikan perlakuan yang sama dengan bayi lain yang berbeda dengan
keadaan normal, dan hal ini pada gilirannya mempengaruhi perangai bayi lebih
lanjut.
Anak
kecil memiliki perilaku yang sangat memaksa. Mereka hanya memiliki sedikit
kendali dari dorongan hati mereka dan mudah merasa putus asa, pada saat anak
mencapai usia tiga tahun, mereka sudah menumbuhkan sikap toleransi untuk
mengatasi hal tesebut. Mereka sudah dapat menunggu untuk jangka waktu yang
singkat, mereka sudah bisa bersabar serta dapat mengembangkan beberapa sikap
pengendalian diri.
ASPEK DALAM PEMBELAJARAN EMOSIONAL
Berikut merupakan hal-hal yang dapat
kita perhatikan dalam pembelajaran
sistem emosional.
1. Kepribadian
Konsep tentang diri,
bagaimana kita berpikir tentang diri kita , merupakan paduan dari berbagai
kecenderungan genetik dan cara kita membentuk semua kecenderungan itu menjadi
pola perilaku dan pola pikir yang permanen.
Konsep diri berkembang
saat individu menginterpretasikan pikiran dan tindakan dalam kaitannya dengan
batin mereka.Kemudian mereka mendefinisikan diri berdasarkan perilaku mental
dan fisik itu.
Reaksi orang lain
terutama orangtua dan guru di masa kanak-kanak dan reaksi teman sebaya di masa
remaja, merupakan cermin psikologis untuk membantu anak-anak mengiterpretasikan
jati diri mereka sendiri. Peran guru adalah secara sistematik menanamkan
perilaku positif dengan menggunakan teknik yang luwes tanpa tekanan atau tanpa
memberikan label negatif apapun juga.
2. Menetapkan
Tujuan
Penetapan tujuan harus didasarkan pada
hasrat siswa untuk belajar dan meraih sesuatu yang sangat bermakna bagi
dirinya. Siswa akan merasa bahwa mereka penting bagi orang lain karena mereka
penting bagi mereka sendiri. Selain itu, jika siswa membahas secara terbuka
tujuan mereka, dan guru mengintegrasikan tujuan tersebut ke dalam kurikulum ,
keterbukaan ini meningkatkan perasaan senang untuk mencapai tujuan yang selaras
dengan hal-hal yang diajarkan dan meningkatkan kemungkinan keberhasilan untuk
mencapai tujuan. Pada intinya tujuan itu merupakan sebuah komunikasi diri.
Emotional Quotient (EQ)
Sikap
atau kepribadian seseorang belum banyak mendapat sorotan.Padahal, realitasnya
kesuksesan seseorang tidak hanya karena faktor IQ-nya yang tinggi.Boleh jadi,
seseorang yang skor IQ-nya normal-normal saja justru mudah meraih kesuksesan
dalam hidupnya. Hal ini juga dapat terjadi karena ia mampu membina hubungan
baik dengan orang-orang sekitarnya. Dengan demikian, orang-orang menaruh hormat
dan kepercayaan pada dirinya. Penghargaan yang diraihnya tersebut karena ia
dapat mengembangkan kecerdasan emosinya.
Kecerdasaan emosi mirip
sebuah pilar-pilar bangunan. Paling tidak, ada lima pilar bangunan yang
penting. Kelimanya tidak boleh kita abaikan untuk melatih kecerdasan si kecil.
1. Mengenali
emosi diri
Kurangnya
kesadaran diri dapat membawa dampak yang cukup besar.Kita menjadi mudah larut
dalam aliran emosi.Oleh karena itu, mengenali emosi diri itu sangat
penting.Kesadaran diri untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu melanda
merupakan dasar kecerdasan emosi.Perasaan marah, cemasa atau takut adalah emosi
yang wajar asalkan dilakukan atas dasar kesadaran diri.
2. Mengelola
dan mengekspresikan emosi
Dalam
prakteknya mengelola emosi tidaklah mudah.Pengelolaan emosi ini sangatlah
penting. Bukan hanya menghindarkan konflik yang berkepanjangan dengan orang
lain, juga dapat menyegarkan perasaan diri sendiri agar tidak digelayati rasa
dendam, sakit hati, atau perasaan tidak nyaman. Latihan mengelola emosi penting
dilakukan.Makin sering anak berlatih mengelola emosi, makin tinggi kemampuannya
mengendalikan emosi.
3. Memotivasi
diri sendiri
Memotivasi
diri dapat menumbuhkan semangat, kepercayaan diri, ketekunan dan ketahanan
mental yang mengagumkan.Anak yang terbiasa memotivasi diri dirinya sendiri
tidak mudah menyerah ketika menghadapi masalah. Masalah bukan untuk dihindari,
tetapi diselesaikan dengan cara yang bijak. Memotivasi diri dapat dilakukan
dengan cara melatih ketekunan anak, membiasakan anak menyelesaikan tugasnya
sesuai target, menumbuhkan rasa optimis, antusias dan keyakinan diri.
4. Mengenali
emosi orang lain
Untuk
mengenali emosi orang lain tentu kita harus mengenali dahulu emosi diri
sendiri. Jadi, semakin kita dapat mengenali emosi kita, semakin kita dapat
memahami perasaan orang lain. Agar anak mampu mengenali emosi orang lain,
biasakanlah mengkomunikasikan perasaan anda kepadanya.
5. Membina
hubungan
Membina
hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan emosi yang perlu kita latih.
Bila kita mampu menanamkan rasa percaya diri, melatihnya mengenali serta
mengekspresikan perasaan secara benar, maka anak mampu membina hubungan sosial.
Kecerdasan kognisi dan emosi merupakan
bagian yang integral dalam jiwa dan raga manusia.Di dalam otak ada bagian yang
mengelola dan memproses hal-hal yang berhubungan dengan angka dan bahasa dan
ada pula bagian yang mengelola emosi yang disebut “amigdala”.
B. SISTEM
PEMBELAJARAN SOSIAL
Pengembangan sosial
berarti mengembangkan kecakapan dan pemahaman tentang diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan sebagai hasil dari interaksi.
Pembelajaran sosial identik dengan
belajar memahami perasaan orang lain dan kemudian menikmati, menguatkan, atau
memodifikasi perasaan tersebut demi situasi sosial.
Interaksi
dengan teman sebaya dalam masa perkembangan membawa dampak yang besar bagi
banyak anak dan berpengaruh dalam proses pembelajaran. Interaksi tersebut
biasanya melalui permainan. Pengalaman belajar yang menyerupai permainan pasti
membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak terlalu membosankan
ketimbangkan belajar dengan cara biasa. Karena bermain menciptakan keadaan
emosional positif yang sangat kuat. Guru bisa merancang materi yang sulit dalam
bentuk permainan. Terutama untuk anak anak yang secara umum aktif atau sedikit
hiperaktif.Namun, sejauh mana permainan yang mendidik digunakan disekolah
sangat dipengaruhi oleh komunitas dan budaya sekolah. Sistem pembelajaran
sosial juga berperan dalam proses pertumbuhan dan perubahan bagi individu dan
masyarakat untuk belajar melalui praktek langsung yang berulang ulang. Bermain
memberikan jalan bagi perkembangan sosial anak ketika berbagi dengan anak yang
lain. Bermain adalah sarana yang paling utama bagi pengembangan kemampuan
bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap
egosentrisme. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi
anak.Melalui bermain anak dapat belajar perilaku prososial seperti menunggu
giliran, kerjasama, saling membantu, dan berbagi (Catron dan Allen,
1999:232-250).Menurut pendekatan High/Scope, anak memiliki potensi untuk
mengembangkan pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya.Lingkungan
belajar harus dapat mendukung aktifitas belajar.Ketika belajar, individu yang
sedang belajar melakukan interaksi dengan lingkungan belajar.Lingkungan sosial
meliputi guru, anak- anak lainnya serta orang dewasa. Dari hasil interaksi
antara anak dengan lingkungan belajar maka akan menimbulkan pengalaman belajar.
Jadi sistem pembelajaran sosial adalah
sistem pembelajaran dimana terjadi interaksi sosial yang baik antara guru dan
anak.Dimana guru mengelola sekolah menjadi komunitas belajar. Tempat guru dan
murid bisa bekerja samadan ekspolasa pengetahuan, pengambilan keputusan, dan
pemecahan masalah yang nyata.
C.
SISTEM PEMBELAJARAN
KOGNITIF
Sistem pembelajaran kognitif adalah
sistem pemrosesan informasi pada otak. Sistem ini menerap inpt dari dunia lar
dan sema sistem lain, menginterpretasikan inpt tersebut serta memand pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan.
Dalam sistem
pembelajaran kognitif perlu diketahui bahwa ada bagian otak yang sangat
berperan penting dalam hal ini, yakni NEOCORTEX (Direkturnya otak”), lapisan
sebelah luar dari otak mamalia adalah lapisan otak neocortex. Lapisan terluar
yang hanya dimiliki oleh manusia tidak oleh makhluk lain. Keberadaan otak neocortex menjadi keistimewaan manusia.
Dengan neocortex, manusia mampu membaca dan menulis, mampu melakukan perhitungan
yang rumit, menyusun rumus- rumus dan sebagainya.Tidak ada satupun binatang
yang dapat melakukannya.
Satu hal yang paling penting yang harus
digarisbawahi adalah otak neocortexdapat bekerja secara optimal jika didukung
oleh dua lapisan otak yang lebih bawah yaitu mamalia dan reptile.Neocortex
dapat dapat berfikir secara kreatif jika emosinya senang, bersemangat,
termotivasi, dan instinknya merasa aman.Sebaliknya otak neocortex tidak dapat
bekerja dengan baik jika otak mamalia bosan dan otak reptile terancam.
Perkembangan
kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam berfikir dan kemampuan untuk
memberikan alasan. Malkus, Feldman, dan Gardner dalam Catron dan Allen
(1999:2710 menggambarkan perkembangan kognitif sebagai “…… kapasitas untuk
bertumbuh untuk mennyampaikan dan menghargai maksud dalam penggunaan beberapa
sistem symbol yang secara kebetulan ditonjolkan dalam suatu bentuk pengaturan.”
Dengan kegiatan bermain
dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan lingkungannya,
untuk bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta untuk memenuhi
tugas- tugas perkembangan kognitif lainnya. Selama bermain, anak menerima
pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang lain
dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja untuk anak
untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan
lingkungan.Bermain adalah awalan dari semua fungsi kognitif selanjutnya, oleh
karenanya bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak- anak (Catron dan
Allen, 1999:269-286).Selain itu terdapat dua bagian/hamisfera otak yaitu otak
kanan dan otak kiri. Kedua hamifera otak kanan dan otak kiri ini amat
berpengaruh terhadap gaya pemikiran setiap manusia. Terdapat individu- individu
yang pemikirannya lebih dipengaruhi otak kanandan terdapat juga individu-
individu yang pemikirannya lebih dipengaruhi otak kiri.
Gaya pemikiran otak
kanan adalah lebih bebas dan fleksibel, lebih mampu menyeluruh (Holistik),
intuitif, subjektif, sintesis dan abstrak.Gaya pemikiran otak kiri pula lebih
kepada logika, rasional, analistis sisiitematis, obyektif, berturutan, dan
spesifik. Ilmu yang banyak dilihat banyak menggunakan otak kiri contohnya ialah
ilmu matematik dan ilmu yang berkaitan dengan otak kanan ialah ilmu- ilmu
sosial, psikologi, seni, dan sastra, namun terdapat juga ilmu yang
menggabungkan pemikiran otak kiri dan kanan, seperti ilmu sains. Jika dilihat
dari sudut pendidikan, kebanyakan sisitem pendidikan yang terdapat didunia
lebih menjurus kepada aliran pemikiran otak kiri yang mengutamakan
rasionalitas, logika, sistematika, dan obyektifitas.
Ringkasnya, segala ide
dan imajinasi akan dipimpin oleh logika dan rasional, para peserta didik tidak
akan bebas berfikir dan tidak mampu serta tidak berani melahirkan ide- ide baru
apalagi ide- ide yang amat bertentangan dan dianggap sensitive oleh individu-
individu yang berfikiran konvensionaldan tradisional. Pikiran konvensional
ialah pemikiran yang berdasarkan pendapat- pendapat lama yang diterima masyarakat.
Boleh jadi peserta didik cemerlang dalam akademik tetapi mungkin mereka tidak
mampu menghargai apa yang telah dipelajari. Sekiranya para peserta didik
dilatih lebih menggunakan otak kanan, mereka akan lebih menjadi kreatif dalam
mengeluarkan ide, ide- ide yang dilahirkan adalah lebih bebas abstrak dan tidak
terkuasai oleh pikiran- pikiran lama/konvensional. Berbeda dari corak pemikiran
otak kiri, dalam gaya pemikiran otak kanan, logika, dan rasional akan mengatur
imajinasi bukan imajinasi mengatur logika dan rasional. Di dalam ilmu teknik
berfikir, gaya pemikiran otak kanan inidikenali sebagai gaya pemikiran gaya
lateral. Jika gaya pemikiran ini diterapkan dengan lebih sisitematis
dipendidikan anak usia dini sampai ke pendidikan Tinggi, maka kemajuan
teknologi sudah pasti akan jauh lebih maju.
Tujuan sistem pembelajaran kognitif
adalah mengembangkan pengetahuan dan kecakapan baru.Sistem ini juga sengaja
direncanakan dan bersiap –siap untuk mewujudkan hasrat dari sistem pembelajaran
emosional dan visi yang dihasiikan dari interaksi budaya.Tidak diragukan,
kebanyakan anak-anak memasuki sekolah dengan hasrat yang besar untuk memenuhi
kebutuhan kuat untuk mengetahui, tetapi jika mereka gagal menyamai teman-teman
sekelas.Kebutuhan itu tidak terpenuhi dan belajar membaca dan menulis dan
berhitung akann menjadi tugas-tugas sulit.
Disinilah peran guru untuk bisa
merangsang dan memfasilitasi pembelajaran pada semua anak dengan menangai
kebutuhan untuk mengetahui dengan cara beragam. Dengan menyediakan berbagai
cara belajar melalui sistem-sistem yang berbeda, sistem bebas memperoleh
informasi baru dengan cara yang paling nyaman bagi mereka.
Memberikan tugas kepada siswa bisa
meningkatkan pelajaran yang biasanya diajarkan dengan membaca dan menjawab
sejumlah pertanyaan. Sebagai contoh, siswa bisa:
·
Melakonkan konsep
pembelajaran
·
Menciptakan sajak
·
Menulis lirik lagu dari
bintang kecil
·
Menggambar gagasan
mereka
·
Menggambarkan
butir-butir pada poster
·
Membuat kartu-kartu
pertanyaan dan pertanyaan untuk mengadakan kuis dikelas
·
Dll
D. SISTEM
PERKEMBANGAN FISIK
Komponen inti dari
kecerdasan kinestetik atau fisik adalah kemampuan keseimbangn fisik, seperti
koordinasi, keseimbangn, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan
maupun kemampuan menerima rangsang ( proprioceptife ) dan hal yang berkaitan
dengan sentuhan ( tactile dan haptic ) ( Armstrong, 2003 ).
Perkembangn fisik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syarat, urat
syarat dan otot terkoordinasi ( Hurlock : 1980 ). Keterampilan motorik anak
terdiri atas Keterampilan motorik kasar
dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih
banyak berkembang pada motorik kasar setelah usia 5 tahun baru terjadi perkembangan
motorik halus yang cukup pusat. Perkembangan fisik berlangsung secara teratur,
tidak secara acak.Perkembangan bayi ditandai dengan adanya perubahan aktivitas
yang tidak terkendali menjadi suatu aktifitas yang terkendali. Adalah merupakan
hal yang mudah untuk mengamati aktivitas bayi yang tidak terkendali, jika bayi
sedang bersemangat, maka seluruh tubuhnya akan ikut bergerak, sedangkan kaki
dan lengan juga akan ikut bergerak- gerak. Secara berangsur- angsur, bayi akan
lebih mampu bergerak seperti dalam usahanya untuk mencapai sesuatu yang bebas
atau merayap.
Pergerakan yang
dilakukan secara sengaja dan terkendali juga akan terorganisir ke dalam pola,
seperti menarik dirinya persis sam abenar dengan posisi berdiri, melepaskan
tangannya, dan menggerakan kaki untuk berjalan. Pola- pola ini kemudian berubah
menjadi gerakan- gerakan anak dalam melakukan respons terhadap berbagai
stimulasi yang berbeda.Jika anak menginginkan mainan di seberang ruangan, maka
awalnya satu- satunya pilihan juga untuk mendapatkan mainan tersebut adalah
dengan berlari- dan bergoyang- goyang. Seiring dengan perkembangan anak yang
semakin maju, maka proses menyerap dan akhirnya berjalan atau berlari akan
menjadi suatu polabagi perkembangan fisik anak.
E. Sistem
Pembelajaran Reflektif
Dari
sistem otak ,kemampaun untuk melakukan refleksi adalah yang paling membutuhkan
perhatian cermat.karena sistem ini membantu mengendalikan dan menjadi perantara
bagi semua sitem lain dan membedakan perilaku yang diterima dengan yang tidak
diterima masyarakat.sistem ini memungkinkan kita menjadi pribadi yang mampu
meraih apa yang bisa kita raih secara emosional,sosial,kognitif,fisik dan
metakognitif.
System
pembelajaran reflektif memungkinkan manusia melakukan dialog dari dalam kepala
mereka serta menciptakan pendengaran dan cerita pribadi untuk diri sendiri.jadi
kita bisa menguji coba gagasan ,
memikirkan kembali interaksi dan membayangkan konsekuensi masa depan dari
tindakan yang kita rencanakan tanpa benar-benar melaksanakannya.
Mengajarkan
siswa dalam pembelajaran reflektif
Siswa
diminta untuk melakukan hal-hal dibawah ini ,yaitu
a. Metakognisi
Kemampuan anak untuk berfikir terutama kemampuannya untuk
memikirlkan yang terbaik untuk dirinya dimasa yang akan datang .jadi ynag
dimaksud metakognisi dalam konteks ini adalah ,anak diminta untuk membayangkan
sesuatu yang akan dilakukannya dimasa yang kan datang .contohnya anak
bercita-cita jika ia besar nanti.ia ingin menjadi seorang pilot.maka dari itu
sikap guru memotivasi anak agar belajar dengan rajin ,supaya cita-citanya
tesebut akan tercapai.
b. Strategi
pembelajarn
Strategia adalah
rencana atau tindakan pintar untuk menyelesaikan
tugas dengan membuatnya lebih mudah dan lebih efektif dengan membuat
perencanaan yang sistematis. Dengan melatih anak membuat strategi dalam proses
pembelajaran ,anak akan terbiasa mengerjakan tugasnya dengan cara yang efisien.
Pada tahap ini guru
bisa berperan sebagai eksekulatif yaitu guru mengajarkan anak bagaimana mempertimbangkan pikiran
sebelum mengambil keputusan .contoh dalam mewarnai ,anak mempertimbangkan
terlebih dahulu warna apa yang digunakannya untuk mewarnai.
Sistem reflektif memiliki
kebutuhan kuat untuk melakukan uji coba dan ekplorasi.peran guru adalah memandu
ekplorasi itu. Untuk membantu siswa merenungkan
emosi,interaksi,pemikiran,gagasan dan perilaku masa lalu, dan memikirkan kaitan
semua itu dengan apa yang sedang terjadi saat ini.sistem pembelajaran reflektif
ini nmelibatkan pertimbangan pribadi terhadap pembelajarannya sendiri.sistem
ini menimbang-nimbang prestasi dan kegagalannya.serta menanyakan mana yang
berhasil , mana yang tidak berhasil dan mana yang perlu di tingkatkan.
Kesimpulannya dalam
system pembelajaran reflektif ini guru melakukan
·
Analisi terhadap
pengalaman individual yang dialami
·
Proses pembelajaran
dengan memfasilitasi peserta didik agar dapat terlibat secara aktif melalui
pengalaman dirinya.
·
Kegiatan untuk membantu
pengetahuan dan merangsang berfikir kreatif berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan nyata dalam
kehidupan.
System pembelajaran ini
mengajak anak unutk mengingat kembali materi pembeljaran yang pernah diajarkan
sebelumnya dan bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut dalam kehidupan
sehari-hari atau bagaimana mengaplikasikannya sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Masitoh,
dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di TK. Jakarta:
Universitas Terbuka
Ramelan,
Purwanti. 2010. Merangsan IQ Anak 4-9
Tahun Dosis Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Rubiyanto,
Nani dan Haryanto Dany. 2010. Strategi
Pembelajaran Holistik di Sekolah. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya
Sujiono,
Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks
Yuniarni,
Desni. 2011. Bahan Ajar Neurosains dalam
Pembelajaran. Pontianak: FKIP Untan
Trianto.
2007. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar