BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak pengamal dan penyokong
lebih suka istilah pendekatan pembangunan-interaksi. Walaupundiakui lebih
rumit, perkembangan-interaksi menetapkan ciri-ciri kunci dari pendekatan dan
jugamemadamnya dari situsnya asal geografi yang spesifik. Banyak sekolah untuk
anak-anak, serta gurukelas individu, menganggap dirinya naskhah dari pendekatan
mengajar, walaupun Bank StreetPendidikan tuntutan hubungan konsisten terpanjang
dengan cara berfikir tentang dan berlatihpendidikan.
The perkembangan
istilah-interaksi meminta perhatian segera untuk keutamaan dari
konsep pembangunan, cara-cara di mana (dan 'orang dewasa) anak-anak mode
menahan, memahami,dan menanggapi perubahan dunia dan tumbuh sebagai akibat dari
pengalaman mereka terushidup . Interaksi merujuk pada prinsip bahawa berfikir
dan emosi saling berkaitan, berinteraksi bidang pembangunan dan menyoroti
tumpuan pada pentingnya penglibatan dengan persekitaranmasyarakat dan dunia
material.
Istilah ini telah digunakan sejak
1971 (lihat, misalnya, Biber, Shapiro, & Wickens, 1971; Goffin,
1994;Shapiro & Weber, 1981), tetapi idea asas mempunyai sejarah yang lebih
panjang. Kita mulai denganasal-usul prinsip-prinsip dan amalan baik untuk
menunjukkan pelopor dari beberapa idea-ideapendidikan dan juga untuk
menunjukkan bahawa program-program untuk anak-anak muda mempunyaisejarah yang
lebih luas daripada sering syarikat mengakui.
B.
MASALAH
Adapun masalah yang dihadapi dalam materi ini hanya membahas tentang Pendekatan
Perkembangan Interaksi di Bank Street College of Education yang berupa sejarah dan evaluasi, prisnsip-prinsip
dasar, kurukulum, pemelajaran, guru, lingkungan pemelajaran, merasakan dan
mengabungkan pengetahuan, keluarga, masyarakat, masyarakat masa lalu,
penilaian, dan pengaruh bagi pendidikan guru.
C.
TUJUAN
PENULISAN
Adapun
tujuan penulis dalam mengambil tema ini adalah memberi pengetahuan kepada
pembaca tentang Pendekatan
Perkembangan Interaksi di Bank Street College of Education.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A.
Pendekatan Perkembangan Interaksi di Bank Street College of
Education
Meskipun beberapa orang menggunakan
istilah pendekatan
Bank Street untuk menjelaskan metode
pendidikan anak usia dini, banyak praktisi dan
pendukungnya lebih memilih istilah pendekatan-pendekatan
perkembangan-interaksi.Meskipun
diakui lebih tidak praktis, perkembangan-interaksi menentukan fitur kunci
perkembangan tersebut dan juga kekhususan geografis yang menjadi tempat
asalnya.Banyak sekolah anak usia dini dan sekolah
dasar, serta guru individual, yang menggangap diri mereka sebagai contoh
pendekatan ini dalam mengajar, meskipun Bank Street College of Education
mengklaim asosiasi terlama konsisten dengan cara berpikir tentang pendidikan
dan pelaksanaannya.
Istilah perkembangan-interaksi
memerlukan perhatian segera pada keberpusatan konsep perkembangan ini, dimana
cara-cara anak-anak (dan orang dewasa) memandang, memahami, dan merespon
perubahan dunia dan tumbuh sebagai akibat dari pengalan hidup mereka yang
berkelanjutan. Istilah interaksi merujuk pada prinsip bahwa pemikiran dan emosi
terkait satu sama lain, menghubungkan lingkungan-lingkungan perkembangan dan
menyoroti pentingnya keterlibatab dengan lingkungan manusia dan dunia jasmani.
Sejarah Dan
Evolusi
Satu aspek masa-masa abad ke-20 yang
diingat, satu periode yang kini dikenal sebagai era
Progresif adalah bahwa banyak wanita memberontak melawan kekangan konvensional pada kehidupan wanita. Contohnya, Jane Addams
dan Lillian Wald memelopori pekerja social; Susan B. Anthony, Lucretia Mott,
dan Elizabeth Cady Stanton berjuang untuk hak pilih wanita. Di New York
City saja, ada pendidik-pendidik inovatif seperti Caroline Pratt, yang
mendirikan Play School, yang kemudian
dikenal sebagai City dan Country school, Elisabeth Irwin, yang mendirikan
Little Red School House; dan Margaret Naurnberg, yang memulai Walden School.
Diantara perusahaan pendidikan
mandiri yang kecil yang dirancang untuk memberi contoh carabaru
mengajar dan peraturan social baru adalah Bureau of Education Experiments (Biro
Eksperimen Pendidikan). Didirikan pada tahun 1916 oleh lucy Sprague Mitchell,
biro ini kemudian menjadikan Bank Street College of education.Mitchell
mendapat pengaruh kuat dari karya John Dewey, seorang filsuf, psikolog, pendidik,
dan penulis aktif yang gagasan-gagasannya masih menginformasikan pemikiran
tentang pendidikan.
Ny. Mitchell mendirikan Biro
ini sebagai organisasi penelitian; Harriet Johnson, yang telah bekerja untuk
public Education Association (Asosiasi Pendidikan Publik), menjadi direktur
pendiri taman kanak-kanak Biro ini pada tahun 1919. Sekolah ini dirancang
sebagai arena belajar anak-anak dan untuk merencanakan praktik pengajaran yang
membantu pertumbuhan dan perkembangan.Saat staf Biro-guru dan
peneliti- bicara tentang perkembangan atau persekolahan, mereka tidak hanya
merujuk pada pencapaian kognitif.Mereka memandang bahwa perkembangan anak-anak
meliputi bidang fisik, social, emosional, estetika, dan kecerdasan.
Mitchell menggabungkan karier
skala penuh dengan kehidupan keluarga yang aktif, ia adalah pelopor sesuatu
yang oleh penulis biografinya, Joyce Antler (1981, 1987), disebut sebagai “feminisme (pejuang kaum wanita) sebagai proses kehidupan.” Seperti Dewey, ia
yakin sepenuhnya pada gagasan yang luar biasa saat itu bahwa skolah yang akan
mendorong dan membantu pertumbuhan anak harus berdasarkan pada pengetahuan yang
lebih banyak tentang bagaimana anak belajar, bagaimana mengembangkan minat mereka,
dan bagaimana mengenalkan konsep dan pengetahuan dalam cara-cara yang masuk
akal bagi anak-anak.
Seiring waktu semakin bertambah pula
minat untuk menyediakan jeni pendidikan seperti ini kepada anak-anak usia
prasekolh dan memperluasnya ke masa-masa sekolah dasar. Pada 1930 Cooperative School for teacher (Sekolah Koperasi untuk Guru) didirikan
untuk mempersiapkan guru bekerja dengan cara-cara baru ini dan membantu guru belajar sebagaimana yng
dilakukan anak-anak: dengan eksperimen aktif. Pendekatan ini sesuai dengan apa
yang kini dikenal sebagai constructivism
(konstruktivisme).
Dua konsep lingkup yang luas
adalah inti bagi pendekatan perkembangan-interaksi yang terus berkembang yaitu progresivisme
dan kesehatan mental.Meskipun istilah kesehatan mental tidak
umum lagi digunakan, maknanya telah dimasukkan kedalam pandangan yang lebih
diterima secara umum mengenai potensi bersekolah untuk membantu perkembangan
yang sehat. Sekolah dipandang sebagai kendaraan untuk meningkatkan kesehatan
mental dengan memberi kesempatan bagi karya kreatif dan memuaskan dengan;
memperkuat kerja sama alih-alih persaingan; dengan menawarkan pemelajaran yang
bermakna dan mendorong bagi anak-anak alih-laih pemelajaran hafalan dan
tercerai berai; dengan memelihara sifat individual; dan dengan mengembangkan
nilai-nilai demokrasi social. Sekolah dahulunya, dan sekarang dipandang lebih
dari sekedar tempat untuk belajar keterampilan kognitif dasar.
Prinsip-Prinsip
Dasar
Seperti yang tercatat, akar pendekatan
perkembangan-interaksi ditemukan dalam dua bidang utama: teoretikus pendidikan
dan praktisi-terutama John Dewey dan pelopor gerakan progresif awal seperti
Lucy Sprague Mitchell, Harriet Johnson, Caroline Pratt, dan Susan Isaacs- dan
teoretikus perkembangan, khususnya mereka memandang perkembangan dari segi
dinamis dan dalam konteks social-seperti
Anna Freud (1974), Erik Erikson (1963), Heinz Werner (1961), Jean Piaget
(1952), dan Kurt Lewin (1935).
Beberapa prinsip umum tentang
perkembangan dan interaksi anak-anak dengan lingkungan social dan fisik adalah
hal dasar bagi pemahaman pendekatan perkembangan-interaksi. Sebuah prinsip
dasar telah disebutkan dalam definisi tapi terus diulang-ulang karena merupakan
ciri istimewa pendekatan ini: “bahwa pertumbuhan fungsi kognitiftidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan proses antarpribadi.
Konsep ini bukanlah pembentangan
kematangan semata, tapi, sebaliknya, melibatkan pergeseran dalan cara individu
mengatur dan merespon pengalaman. Sesuai dengan
kerangka berpikir konstruktivis, anak dipandang sebagai pembuat makna
aktif; dan karena itu sekolah harus member kesempatan pada pemecahan masalah
yang nyata.
Prinsip dasar lainnya adalah
bahwa terlibat secara aktif dengan lingkungan bersifat bawaan pada motivasi
manusia.
Selanjutnya, saat anak-anak tumbuh, mereka membentuk cara yang semakin rumit
dalam memahami dunia. Secara umum, arah pertumbuhan
mencakup gerakan dari yang paling sederhana ke yang lebih rumit dan cara
terintegrasi.
Gagasan utama yang sama dengan
sejumlah pendekatan lainnya adalah pentingnya perkembangan pemahaman akan diri
sebagai pribadi yang unik dan mandiri. Pertumbuhan dan pendewasaan melibatkan
konflik. Konflik adalah hal penting dalam perkembangan-terkadang didalam diri,
terkadang dengan orang lain. Sifat dasar interaksi dengan figure penting dalam
kehidupan anak dan tuntutan budaya akan menenukan bagaimana konflik diatasi.
Dari semua prinsip umum perkembangan dan
interaksi ini, muncullah sebuah gambaran tentang pembelajar dan warga Negara
masa depan. Sekolah menjadi tempat untuk meningkatkan perkembangan kemampuan
disemua bidang kehidupan anak-anak dan membantu mereka meraih rasa otonomi dan
identitas pribadi serta kelompok.Sekolah adalah lingkungan yang aktif,
terhubung dengan dunia sosial dimana sekolah adalah bagiannya, dan bukannya
sebuah tempat yang terpisah untuk belajar. Ini berarti bahwa sekolah memiliki
tanggunga jawab yang sama degan keluarga anak-anak dan institusi lingkungan
sekitar. Tanggung jawab bersama dan mencoba keterlibatan secara aktif.Saat
imigrasi meningkat dan ada semakin banyak perbedaan di populasi sekolah, semua
hal ini maknanya semakin bertambah.
Kurikulum
Secara eksplisit atau
implisit, teori atau filosofi pendidikan apa pun mengandung pandangan pembelajaran, pertimbangan hubungan
antara pembelajaran dan pengajaran, dan pernyataan tentang pengetahuan apa yang
dianggap paling pantas untuk diketahui
Pemelajar
Sejak lahir, anak-anak
dianggap sebagai makhluk yang ingin tahu yang terlibat secara aktif dalam
interaksi dengan lingkungan sosial dan fisik mereka , dan yang melalui
eksplorasi dan eksperimen, berusaha dengan giat untuk menemukan makna dunia
tempat mereka tinggal. Dalam pertemuan
mereka dengan lingkungan sosial dan fisik anak-anak merespon dengan keseluruhan
diri mereka, Lucy Sprague Mitchell (1951)
[seorang]
anak tidak dianggap sebagai sekumpulan kecakapan untuk dilatih atau
dikembangkan secara terpisah; [anak] harus dianggap sebagai seseorang. Sebuah
organisme, yang bereaksi pada pengalaman secara keseluruhan... untuk diskusi seorang anak dapat dibagi ke dalam
raga fisik; sebuah kecerdasan dengan kemampuan dan keterbatasan tertentu;
makhluk sosial yang bereaksi pada orang
lain baik orang dewasa atau teman sebayanya ; makhluk yang mampu memberi
respons sosial pasti. Tapi tidak seorang pun yang pernah mendapati pembagian
terpisah pada diri seorang anak oleh dirinya sendiri.”
Konsep masyarakat demokratis menuntut perkembangan
dan pendidikan pembelajar dalam pendekatan perkembangan-interaksi, mempengaruhi
keputusan kurikulum tentang muatan, praktik, dan kualitas lingkungan sosial dan
fisik. Konsep yang berkembang luas ini mencerminkan akar sejarah Bank Street
dalam gerakan Progresif dan pengaruh filosofi pendidikan Dewey dimana sekolah
dan masyarakat, demokrasi dan pendidikan,semua terkait secara instrinsik.
Jika kita benar-benar ingin mengetahui demokrasi itu
seperti apa, pertama-tama kita harus menyentuh demokrasi-yaitu, kita harus
hidup secara demokratis. Hal ini berlaku bagi guru dan anak-anak (Mitchell,
1942, hal 1).
Pengetahuan Dan
Pengalaman
Dalam pendekatan Bank Street,
penelitian-penelitian sosial adalah inti atau pusat kurikulum.Penelitian
sosial adalah inti atau pusat kurikulum.Penelitian
sosial adalah tentang hubungan antara dan diantaranya banyak orang dan lingkungan
mereka.Yang mendasar pada pendekatan ini adalah sekolah memberikan kesempatan
terus-menerus bagi anak-anak untuk merasakan kehidupan demokratis.
[T]anggung
jawab program penelitian sekolah adalah memberikan anak-anak pemahaman tentang
pengguanaan bagi lingkungannya oleh manusia dan peran teknologi dalam
perkembangan lingkungan tersebut, dan pemahaman makna dan struktur masyarakat
serta penghargaan atas usaha manusia menuju keindahan, pencapaian
tujuan-tujuannya. (Winsor, 1957, hlm 397)
Yang penting adalah bahwa apa dan
bagaimana dalam pembelajaran harus saling terkait. Apa yang dipelajari tentang
dunia tidak terpisah dari bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan digunakan.
“Belajar dari pengalaman” adalah membuat hubungan ke belakang dan ke depan
antara apa yang kita lakukan dengan hal-hal dan apa yang kita nikmati dari
hal-hal dan apa yang kita nikmati dari hal-hal yang berurutan. Dalam keadaan seperti itu, melakukan adalah
mencoba, sebuah percobaan dengan dunia untuk menemukan seperti apa dunia untuk
menemukan seperti apa dunia itu; menjalani adalah pengajaran-penemuan hubungan
antara banyak hal (Dewey, 1966, hlm. 140). Untuk membuat apa yang dipelajari
dan menemukannya sendiri, anak-anak juga memerlukan kesempatan untuk membentuk
dan mengungkapkan hubungan yang mereka bina. Mitchell (1951) menyebut proses
ini sebagai intake (asupan) dan outgo (pengeluaran) – mengalami saat anak-anak
“menerima” dunia dan “pengeluaran” yang diperlukan sementara anak-anak
mengungkapkan, melaui kesenian, menulis, merakit balok dan diskusi, serta
pandangan mereka tentang dunia yang sedang mereka bangun. Pengalaman,
masyarakat, komunikasi, hubungan, relasi, percobaan, dan pemecahan masalah
adalah istilah kunci dalam pendekatan perkembangan interaksi.
Guru
Ruang kelas adalah situasi belajar dimana guru
menjadi mata rantai antara dunia minat dan pengalaman pribadi anak dan dunia
bidang studi yang teratur dan objektif (Dewey, 1959).Pengajaran
adalah hal yang rumit dan menuntut, memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan
pengaturan. Guru harus mengetahui banyak tentang isi studi sosial bukan untuk
memberikan informasi pada anak-anak tapi sebagai pedoman dalam mengajukan
pertanyaan yang bermakna; untuk merencanakan kesempatan pengalaman anak-anak
(kegiatan berjalan-jalan, buku, kegiatan); untuk mengetahui sumber daya yang
tersedia; dan untuk menilai perkembangan studi tersebut.
Lingkungan Pemelajaran
Kelas perkembangan interaksi adalah
lingkungan dinamis yang menerima peran serta aktif, kerjasama dan kemandirian,
dan keragaman dalam ekspresi dan komunikasi.Permainan seperti puzzle,
manipulative (berbagai benda untuk bermain dengan bentuk berbeda, seperti
segitiga, kubus, lingkaran, dan sabagainya),batang Cuisenaire
(batang kayu warna warni untuk belajar matematika), balok dienes, materi yang
dibuat oleh guru, kertas dan pensil unuk menulis, dan berbagai jenis buku. Ada juga kegiatan seperti memasak, bercocok tanam, menganyam,
dan menggunakan komputer di kelas sekolah dasar.Alokasi
ruang memberikan tempat yang cukup untuk permainan sandiwara,menyusun balok,
dan pertemuan kelompok, serta ruang untuk bekerja sendiri atau dalam kelompok
kecil. Keluwesan jadwal memberikan waktu tambahan
bagi anak-anak untuk menggali potensi materi secara aktif, untuk
berjalan-jalan, untuk terlibat dalam perluasan ide dan minat, dan bekerja sama.
Keluwesan terdapat dalam konteks familier rutinitas waktu makan camilan, makan
siang, bercerita, istirahat, waktu khusus, dan waktu di luar ruanagan.
Bagian tetap kehidupan harian kelas adalah
menciptakan lingkungan yang merangsang keterampilan baca tulis dengan banyak
kesempatan yang beragam untuk bicara dan menyimak, percakapan dan diskusi,
menyimak dan menulis cerita, menyanyi dan berpantun.Apa yang dilakukan
anak-anak saat mereka merespon dan berinteraksi dengan semakin banyaknya
komputer, video, dan televisi dalam kehidupan mereka. Kata-kata tercetak dan
tertulis kini mencakup gerakan, tindakan, bunyi dan gambar. Memahami bahwa
kata, tertulis atau lisan, mungkin tidak cukup bagi anak-anak untuk
menyampaikan pertanyaan dan kekhawatiran mereka yang rumit, kesempatan
komuniksai lain ditawarkan melalui materi kesenian. Dengan cat, tanah liat,
krayon, kertas dan kayulah anak-anak memiliki berbagai kesempatan untuk
membentuk dan mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka. Sejak awal krayon
warna menggoreskan “hujan” di atas kertas, hingga lukisan yang mengisahkan
sebuah cerita, ke mural dan model yang menggabungkan perjalanan dan informasi
yang terkumpul mengenai studi sosial merka anak-anak membangun dan menyampaikan
pemahaman mereka tentang dunia (Gwathmey & Mott, 2000; Levinger & Mott,
1992)
Merasakan Dan
Menggabungkan Pengetahuan
Dalam status sosial, sejarah, dan kisah
kehidupan manusia (perjuangan mereka, aspirasi, pencapaian, harapan) dipandang
dari perspektif bidang pengetahuan yang berbeda.Seperti yang ditulis Dewey
dalam diskusi geografi, salah satu disiplin ilmu dalam studi sosial berbalik
menimbulkan pertanyaan dan gagasan pada banyak orang.
Seperti yang ditulis Dewey dalam diskusi geografi, salah satu disiplin ilmu
dalam sosial, “kepentingan utama danau, sungai gunung dan daratan tidak
bersifat fisik, tapi sosial;yaitu perannya dalam mengubah dan mengarahkan
hubungan manusia. (Lucy Sparague Mitchell (1934) menambahkan catatan lebih
lanjut pada perspektif ini dalam pembahasannya tentang “geografi manusia”
Karena geografi
manusia berhubungan dengan hubungan timbal balik antara kebutuhan umat
manusia dan lingkungan luar tempat dimana mereka harus memuaskan kebutuhan
mereka. Separuh dari geografi manusia
adalah apa yang dilakukan manusia untuk mengubah permukaan bumi; separuh
lainnya adalah peran fenomena permukaan bumi untuk mengkondisikan kegiatan
manusia, yang sebagian besar terkait dengan pekerjaan mereka
Dalam studi sosial banyak ditawarkan
kesempatan untuk bertanya, memecahkan masalah, dan memahami lingkungan sosial
dan fisik dalam interaksi kita yang terdapat bentuk spiral pembelajaran dan
pemahaman diri dan dunia yang terus berkembang, misalnya minat dan penggalian
anak-anak usia 5 tahun: penelitian anak-anak usia 8 tahun tentang sejarah
penduduk asli di daerah tempat tinggal mereka.
Keluarga
Guru harus menyadari beragam makna
keluarga bagi anak-anak dalam kelas dan tidak membuat anggapan mengenai susunan
keluarga ataunilai-nilai yang dianut. Contoh, nilai keluarga bisa berbenturan
dengan nilai-nilai sekolah dan budaya yang lebih luas.(Delpit, 2006: Ramsey,
2004; Wasow, 2000).
Diri sendiri dan keluarga adalah topik yang tak
kunjung habis bagi anak-anak dan sebuah tempat yang familier untuk menjangkau
dunia yang lebih luas.Dari setiap keluarga dalam kelompok terdapat lagu dan
kisah tuk didengar, makanan favorit untuk dicicipi, dan hari libur serta tradisi
yang dipelajari.Kegiatan berjalan-jalan di dalam sekolah dan di lingkungan
terdekat mulai memperluas dunia anak-anak.Dan dalam permainan sandiwara mereka,
anak-anak mengulang pengalaman dan percobaan mereka dengan pemahaman mengenai
dunia terdekat yang semakin bertambah.Dalam berbagai begitu banyak minat dan
cerita semacam itu, mengenai diri sendiri dan keluarga, pemahaman tentang
masyarakat mulai tumbuh.
Masyarakat
Perlahan-lahan, minat anak-anak pada dunia
luar selain keluarga mulai meluas.Saat guru memberikan, menyusun, dan
mengarahkan rasa ingin tahu dan minat anak-anak dan memulai studi tentang hidup
masyarakat.Dalam pembahasan berikutnya, anak-anak memiliki kesempatan untuk
berpikir dan mengungkapkan gagasan mereka, informasi mereka, dan kekeliruan informasi.
Melalui kegiatan berjalan-jalan dan diskusi, satu pertanyaan mengarah ke
pertanyaaan lain, meningkatkan lingkup dan kedalaman pembelajaran anak-anak. Anak-anak tidak hanya
mencari fakta dan informasi tapi juga pemahaman tentang hubungan.Sementara
pengetahuan dibentuk melalui kegiatan berjalan-jalan di lingkungan sekitar,
yang dicatat dalam lembar grafik, bagan, cerita tertulis dan gambar anak-anak,
serta moral.Hubungan diperluas dan diperkuat dalam pertemuan kelompok harian
dan dalam sandiwara khayalan anak-anak dengan balok mainan sementara mereka
secara simbolis membentuk dunia sosial dan fisik suatu lingkungan.Contohnya,
pada suatu senin pagi selama pertemuan kelompok anak usia 5tahun, anak-anak
memilih apa yang mereka bangun
Interaksi baru berlanjut dan
bertambah.Dengan mengamati setiap anak dan dinamika kelompok, guru mencatat
perjalanan yang mungkin dilakukan dan pertanyaan yang diajukan dalam pertemuan
kelompok selanjutnya.Semua pertanyaan ini sifatnya mendasar
pada perencanaan kurikulum dan terhubung secara jelas pada pertanyaan mengapa.
Mengenai hal apa yang pantas diketahui. Pertanyaan semacam itu jauh melampaui
kejadian dalam suatu perjalanan karena dunia dengan semua kerumitan dan masalah
selalu ada dalam kelas.Mereka mendengar orang dewasa berbicara. Mereka menonton
tv. Mereka merasakan ketenangan dan kecemasan orang dewasa.Mereka mendengar
kata-kata yang tidak mereka fahami.Mereka mempunyai pertanyaan.Anak–anak
menemukan dan dipengaruhi isu dan sikap social, baik langsung maupun tidak langsung.
Agar anak-anak mampu memahami makna dunia,
atmosfer sesuai harus menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk mengungkapkan
pikiran, dan perasaan mereka.Sebuah masyarakat demokratis
mengundang dan bukannya mendiamkan pertanyaan dan diskusi.
Masyarakat Masa Lalu
Mitchel (1934) menyatakan “Dimana-mana manusia telah
terkondisi oleh kekuatan bumi di sekeliling mereka dan di mana-mana mereka
harus sedikit atau banyak untuk mengubah bumi tempat mereka tinggal”
Tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran dinamis yang menawarkan banyak kesempatan untuk perluasan dan
perwujudan potensi serta kapasitas anak-anak. Dengan dibimbing oleh
prinsip-prinsip filosofi pendekatan perkembangan interaksi, isi yang dipilih
oleh guru akan memperluas dan memperdalam pandangan anak-anak mengenai dunia
dan tempat mereka tinggal, sambil mendorong pertanyaan, refleksi, tanggung
jawab, kerja bersama dan komunitas. Semua sikap dan kegiatan ini penting untuk
merasakan kehidupan demokratis.
Penilaian
Sejumlah penilaian yang dilekatkan dengan
kurikulum memberikan guru sarana yang penting untuk mengetahui bagaimana
anak-anak belajar dan tumbuh dan oleh karena itu bagaimana
membimbing keputusan kurikulum dalam siklus dinamis yang halus, seiring dengan
apa yang disebut sebagai penilaian autentik atau pendekatan yang terpusat pada
pembelajaran (Cenedella, 1992; McCombs & Whisler, 1997; Meier, 2000;
Perrone, 1991). Bank Street sudah lama menyokong
berbagai pendekatan pada penilaian, berdasarkan pemahaman bagaimana anak yang
sedang tumbuh memahami dunianya dan memberikan sejumlah kesempatan bagi siswa
untuk mewakili pemahaman tersebut.Penekanan pada dimensi social dan
emosional dalam pembelajaran seiring dengan hasil polling nasional yang
menunjukkan warga Amerika yang mengatakan bahwa tujuan utama satu-satunya dalam
persekolahan umum adalah untuk mempersiapkan anak-anak dan remaja menjadi warga
Negara yang bertanggung jawab (Cohen, 2006).
Sebaliknya, kebijakan federal saat ini
mendefinisikan hasil yang diharapkan dari siswa dalam bentuk nilai tes,
khususnya kemampuan untuk membaca dan menulis dan matematika, yang mendorong
gerakan reformasi sekolah menempatkan penilaian digaris depan perubahan
pendidikan untuk meraih standar prestasi akademik yang lebih tinggi.
Banyak sekolah yang merespon dorongan ini dengan mengajarkan tes dan sebagai
akibatnya, menggunakan kurikulum yang lebih rumit.Penggunaan tes sebagai
rintangan yang besar taruhannya untuk naik kelas atau menyelesaikan suatu
program belajar merefleksikan pendekatan yang sangat tidak demokratis pada
pendidikan anak-anak (Cuffaro, 2000; Perrano, 1989).
Sebuah penekanan yang
dikemukakan oleh Zimiles (1987) bahwa tidak ada penilaian yang siap
dilaksanakan yang mengukur semua atribut pemelajar ini dengan pantas. Guru
kelas didesak untuk menyongkong anak-anak dalam dua cara penting yaitu;
1.
Dengan memeriksa kualitas
peranti penilaian dan mengajukan pertanyaan yang sesuai mengenai pelaksanaan.
2.
Dengan mempersiapkan anak-anak
untuk menjalani tes tanpa mengorbankan kurikulum yang kaya dengan kesempatan
untuk pembelajaran akademik, social, emosional dan fisik.
Menjelaskan tujuan persiapan guru di Bureau of
Educational Experiment (Biro Percobaan Pendidikan) (nama asli Bank Street),
Mitchell (1931) menjelaskan, “Tujuan kami adalah mengubah guru yang sikapnya
terhadap pekerjaan dan hidup mereka bersifat ilmiah. Bagi kami ini sifat penuh
semangat, pengamatan yang waspada, terus-menerus menanyakan prosedur lama
dengan pengingat pengamatan yang baru, penggunaan dunia serta buku sebagai
materi sumber, keterbukaan fikiran pada pervcobaan, dan upaya menjaga catatan
yang dapat diandalkan sesuai keadaan untuk mendasari masa depan dengan
pengetahuan yang akurat tentang apa yang telah dilakukan.
Pengaruhnya Bagi Pendidikan Guru
Pembentukan konsep Bank Street pada
pendidikan berlaku sama pada pendidikan anak-anak dan orang dewasa, meskipun
landasan teoretis dan penerapan praktisnya telah diuraikan lebih jelas dalam
hubungannya dengan anak-anak. Menanggapi kesenjanagan ini, Nager dan Shapiro
(2007) menentukan lima prinsip yang saling terkait bagi pendidikan guru yang
muncul dari sejarah dan praktik Bank Street.
1.
Pendidikan adalah sarana untuk
membentuk dan meningkatkan keadilan social dan mendorong peran serta dalam
proses demokrasi.
2.
Guru memilliki pengetahuan
mendalam tentang bidang subjek dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran
melalui studi formal, pengamatan langsung dan peran serta.
3.
Pemahaman mengenai
pembelajaran dan perkembangan anak dalam konteks keluarga, masyarakat, dan
budaya diperlukan dalam mengajar.
4.
Guru terus tumbuh sebagai
pribadi dan sebagai seorang yang professional.
5.
Mengajar memerlukan filosofi
pendidikan sebuah pandangan mengenai pembelajaran dan pembelajar, pengetahuan
dan mengetahui yang membertahukan semua elemen pengajar.
Semua perinsip ini memberikan pandangan mengenai pengajaran yang
baik yang menanamkan persiapan guru dan terwujudnya sekolah untuk anak-anak,
serta didalam kelas orang dewasa yang belajar untuk mengajar.
Berbekal informasi keyakinan Lucy Sprague Mitchell bahwa proses pembelajaran
bagi orang dewasa dan anak-anak pada dasarnya sama, program pendidikan guru
berupaya “memberikan pengalaman langsung disemua bidang (di studio,
laboratorium dan kerja lapangan) untuk melengkapi “pembelajaran dari buku” (Mitchell,
1953). Anggapan perkembangan adalah bahwa untuk menjadi
guru yang komponen tidak hanya pada informasi tapi juga cara guru mengalami,
memasukkan ke dalam diri, dan membangun pengetahuan yang terus tumbuh dan
pemahaman diri sebagai pembuatan makna. Ini adalah proses pengembangan
epistomologi di aman guru dapat menghargai suara, diri, dan pikiran mereka
sendiri, membuat mereka mampu menciptakan kesempatan bagi anak-anak untuk
memperoleh proses penemuan dan penciptaan yang sama (Nager, 1987).
Sistem
perkembangan meliputi keseluruhan program siswa, strata satu di Bank Street dan
arena itu berfungsi integrative.Pertimbangan menggabungkan kerja lapangan,
kelompok pertemuan dan tugas sekolah.
Prinsip-prinsip pendekatan ini berperan sebagai konteks bagi pengambilann
keputusan guru mengenai pilihan isi, metodologi, dan lingkunagn fisik dan
social kelas. Pendekatan perkembangan interaksi bukanlah
serangkain prosedur yang baku. Guru memiliki tugas rumit untuk menggunakan
semua nilai dan prinsip ini untuk membimbing perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian kurikulum dan pertumbuhan anak-anak.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Salah
satu aspek penting dari hari-hari awal abad kedua puluh, masa sekarang dikenali
sebagaiera Progresif, adalah bahawa banyak perempuan yang memberontak terhadap
sekatankonvensional dalam kehidupan perempuan.
kehidupan
keluarga yang aktif, ia adalahseorang pelopor dari apa yang penulis biografi
nya, Joyce Antler (1981, 1987), panggilan"feminisme sebagai proses
kehidupan." Seperti Dewey, ia sangat percaya pada gagasankemudian luar
biasa bahawa sekolah-sekolah yang akan meningkatkan dan
menyokong pertumbuhan anak-anak harus didasarkan pada mengetahui lebih
banyak tentang bagaimanaanak-anak belajar, bagaimana membina pada kepentingan
mereka, dan bagaimanamemperkenalkan konsep-konsep dan pengetahuan dengan cara
yang masuk akal untuk anak-anak.
Sistem
perkembangan meliputi keseluruhan program siswa, strata satu di Bank Street
dank arena itu berfungsi integrative.Pertimbangan menggabungkan kerja lapangan,
kelompok pertemuan dan tugas sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Roopnarine, J. Dkk. 2004. Pendidikan Anak Usia Dini.
Amerika: Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar