Pendekatan
Vygotsky pada Pendidikan Anak Usia Dini
Pandangan Perkembangan Budaya –
Sejarah
Lev Vigotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang meyakini
bahwa bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang
anak. Menurut Vygotsky, anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi
mereka, meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu. Vygotsky
sangat dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan
teori sosiobudaya. Teori yang dinyatakan oleh Vygotsky ini merupakan teori
gabungan antara kognitif dengan sosial. Teorinya ini juga menyatakan bahwa
perkembangan kanak-kanak bergantung kepada interaksi kanak-kanak dengan orang
ada di sekitarnya yang menjadi alat penyampaian sesuatu budaya yang membantu
mereka membina pandangan tentang sekelilingnya.
Pendekatan
Vygotsky oleh para penganut teori Vygotsky itu sendiri dianggap sebagai
pendekatan budaya – sejarah. Sejarah merujuk pada gagasan Vygotsky yaitu untuk
benar – benar memahami proses psikologi yang unik pada manusia, seseorang harus
mempelajari sejarah perkembangan proses ini. Sejarah ini memadukan dua aspek
yang berbeda namun saling terkait yaitu sejarah perorangan atau ontogeny dan
sejarah umat manusia atau filogeni. Menurut Vygotsky proses psikologi yang
telah berkembang sepenuhnya sulit untuk dipelajari karena umumnya berada dalam
bentuk yang terinternalisasi dan terlipat atau menurut istilah Vygotsky sendiri
terfosil dimana banyak komponen proses yag tidak bias terlihat dengan mudah.
Sebaliknya proses yang sedang berkembang masih memiliki komponen luar yang luas
dan oleh karena itu dapat diakses untuk diamati yang memberikan pandangan
kepada para peneliti mengenai sifat proses ini. para penganut teori Vygotsky
percaya bahwa mempelajari proses membaca dari perspektif sejarah pribadi
seseorang memungkinkan kita untuk memahami proses ini dengan lebih baik, begitu
juga komponen dan dinamisannya. Dalam
cara yang sama, penelitiannya sejarah kemampuan membaca menulis umat manusia –
mulai dari penulisan simpul suku Inca kuno hingga pictogram dan hieroglif mesir
kuno hingga system abjad menunjukkan hubungan antara fungsi ujaran tertulis dan
proses yang terlibat dalam penguasaan kemamapuan menulis.
Vygotsky
lebih banyak berfokus pada komponen budaya beragam tanda dan symbol yang
berfungsi sebagai peranti budaya dan peran mereka dalam perkembangan proses
mental manusia yang unik yang ia sebut sebagai fungsi mental yang lebih tinggi.
Budaya muncul dalam pendekatan budaya sejarah adalah saat para penganut teori
Vygotsky memandang konteks sosiokultural khusus pembelajaran dan perkembangan
untuk melihat bagaimana peranti budaya khusus serta praktik budaya khusus yang
digunakan untuk mengajar dan mempelajari hal ini memengaruhi perkembangan
fungsi mental yang lebih tinggi dalam diri perseorangan atau dalam kelompok
tertentu.
Konsep “ Peranti”
Vygotsky sependapat dengan pandangan
diantara rekan – rekan dimasanya bahwa perbedaan antara manusia dan hewan
adalah manusia menggunakan peranti, membuat peranti dan mengajari yang lain
untuk menggunakannya. Peranti ini memperluas kemampuan manusia dengan
memungkinkan manusia untuk melakukan hal – hal yang tidak bisa mereka lakukan
tanpanya. Vygotsky menerapkan gagasan manusia sebagai “ hewan pembuat peranti “
dalam cara yang unik berbeda dari rekan – rekan dizamannya dan memperlua
gagasan ini untuk menyertakan satu jenis peranti baru yaitu peranti mental dan
peranti pikiran. Sama halnya dengan peranti fisik yang menambah kemampuan fisik
kita dengan berperan sebagai tambahan tubuh kita, peranti mental menambah
kemampuan mental kita dengan berperan sebagai perluasan pikiran kita.
Seperti
peranti fisik, peranti mental memudahkan hidup kita namun tidak seperti peranti
fisik, semua tidak terlalu membantu kita mengubah lingkungan kita tapi membantu
mengubah diri kita sendiri. Persamaan lain antara peranti fisik dan mental
adalah manusia mengajari anak – anak mereka bagaimana menggunakan keduannya
dengan kata lain anak – anak tidak terlahir dengan mengetahui bagaimana
menggunakan peranti yang ada atau menemukan peranti baru. Bagi Vygotsky salah
satu tujuan utama pendidikan baik formal maupun informal dalah membantu anak –
anak menguasai peranti kebudayaan mereka. Mengajari anak – anak bagaimana
menggunakan peranti mental berakibat pada penguasaan anak – anak atas
perilakuan mereka sendiri, memperoleh kemandirian dan meraih tingkat
perkembangan mental yang lebih tinggi. Saat anak – anak diajari dan melakukan
semakin banyak peranti mental yang beragam, ini tidak hanya mengubah perilaku
luar mereka tapi pikiran mereka yang mengarah pada munculnya kategori baru
fungsi mental.
Fungsi Mental yang lebih rendah dan
lebih tinggi
Vygotsky
membagi proses mental kedalam fungsi mental yang lebih rendah dan yang lebih
tinggi. Pada zaman Vygotsky sudah lazim untuk menggambarkan fungsi mental yang
lebih tinggi sebagai sesuatu yang nyata terlihat dalam bentuk gerak reflex,
kepekaan indra, dan perilaku motorik yang mudah untuk diamati dan diukur.
Sebaliknyafungsi mental yang lebih tinggi dianggap sebagai proses yang lebih
rumit dimana metode objektif penelitian tidak dapat digunakan dan hanya dapat
dimasuki melalui laporan diri seseorang. Vygotsky tidak mengamggap bahwa fungsi
mental yang lebih rendah dan lebih tinggi berdiri sendiri, tapi sebaliknya ia
malah mengajukan sebuah teori dimana dua rangkaian fungsi ini berinteraksi.
Teori
Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang
tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan
bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan
penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti
bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Vygotsky
menggambarkan fungsi mental yang lebih rendah sebagai hal yang lazim pada
manusia dan binatang. Fungsi – fungsi ini dibawa sejak lahir dan
perkembangannya tergantung sepenuhnya pada proses kematangan. Contoh dari
fungsi mental yang lebih rendah termasuk sensasi, perhatian spontan, ingatan
asosiatif dan kepadaian sensorimotor.
Pada
manusia fungsi mental yang lebih tinggi adalah proses kognitif yang diperoleh
melalui pembelajaran dan pengajaran. Perbedaan utama antara fungsi mental yang
lebih rendah dan lebih tinggi adalah adanya penggunaan peranti pikiran pada fungsi
mental yang lebih tinggi. Fungsi mental yang lebih tinggi mencakup persepsi
dengan perantara, perhatian yang terpusat, ingatan sadar dan pemikiran logis.
Vygotsky
menggambarkan fungsi mental yang lebih
tinggi sebagai perilaku sadar, dengan perantara dan kebiasaan yang tertatih.
Dengan menggolongkan fungsi mental yang lebih tinggi sebagai hal yang disadari,
ia bermaksud bahwa semua fungsi itu dikendalikan oleh orang yang memilikinya
dan bukan oleh lingkungan dan bahwa penggunaannya didasarkan pada pemikiran dan
pilihan. Vygotsky menggambarkan proses ini sebagai internalisasi, menekankan
bahwa saat perilaku dari luar tumbuh kedalam pikiran maka semua perilaku itu
mempertahankan struktur, focus, dan fungsi yang sama seperti pendahulu mereka
dari luar. Vygotsky fungsi mental yang lebih tinggi tidak muncul pada anak –
anak dalam bentuk yang telah berkembang sepenuhnya. Sebaliknya semua fungsi itu
melalui sebuah proses perkembangan yang panjang dimana selama prose itu
terbentuklah sebuah pengaturan ulang mendasar dari fungsi mental yang lebih
rendah.
Vygotsky
menggambarkan mekanisme perkembangan fungsi mental yang lebih tinggi sebagai
perubahan bertahap mulai dari penggunaan secara bersamaan oleh seorang anak
dengan dua orang atau lebih hingga hanya menjadi milik anak itu saja. Vygotsky
menyebut pergeseran dari penggunaan bersamaan ke perorangan sebagai hokum umum
perkembangan budaya dan menekankan hal setiap fungsi dalam perkembangan budaya
anak muncul dua kali, pertama pada tingkat sosial dan selanjutnya pada tingkat
perorangan, pertama diantara beberapa orang dan selanjutnya didalam diri anak.
Hal yang sama berlaku pada perhatian yang disengaja, pada ingat logis,dan pada
pembentukan konsep.
Pandangan Teori Vygotsky Tentang
Pembelajaran Dan Pengajaran
Guru
dan anak dapat bekerja dan bermain bersama untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman,demikian pandangan Vygotsky tentang pembelajaran dan pengajaran.
Pembelajaran Dapat Menuntut
Perkembangan
Pendekatan
budaya sejarah memiliki pendirian bahwa perkembangan manusia melibatkan sebuah
hubungan saling mempengaruhi yang rumit antara proses perkembangan alami yang
ditentukan secara biologis dan proses perkembangan budaya yang disebabkan oleh
interaksi perorangan yang bertumbuh dengan orang lain dan benda hasil
kebudayaan. Beberapa perkembangan tertentu dalam bidang kognitif, sosial atau
bahasa tidak bisa muncul begitu saja sebagai hasil kematangan tapi cenderung
tergantung pada apa yang dipelajari anak. Vygotsky menyimpulkan bahwa beberapa
perkembangan yang dahulu dianggap ada secara universal pada usia tertentu
seperti kemampuan menggunakan pertimbangan abstrak kenyataannya adalah
pertumbuhan luar satu jenis pengalaman pembelajaran tertentu yang biasanya
dikaitkan pembelajaran tertentu yang biasanya dikaitkan dengan sekolah formal.
Zona Perkembangan Dekat
Vygotsky
membedakan 2 tahap perkembangan yaitu yang actual (independent performance) dan
potensial ( assisten performance) dengan zone of proximal development / Z.P.D
(dalam Hetherington & Parke, 1999; Johnson, 1999) Z.P.D adalah jarak antara
tahap actual dan potensial. Menurut Vygotsky , bermain adalah self help tool.
Seringkali keterlibatan anak dalam kegiatan bermain dengan sendirinya mengalami
kemajuan dalam perkembangannya. Bahkan bermaain memajukan Z.P.D anak,membantu
mereka mencapai tingkatan lebih tinggi dalam memfungsikan kemampuannya. Gagasan
Zona Perkembangan Dekat ( ZPD) Vygotsky mencerminkan kerumitan hubungan antara
pembelajaran dan perkembangan dan kedinamisan peralihan dari bentuk proses
mental yang digunakan bersama kebentuk sendiri. Kata zona digunakan karena
Vygotsky menggap perkembangan anak – anak bukan sebagai titik – titik dalam
sebuah skala tapi sebagai sebuah rangkaian kesatuan keterampilan dan kemampuan
pada tingkat penguasaan yang berbeda.
Dua
tingkatan tindakan menentukan batasan ZTD seorang anak
·
Batasan yang lebih rendah ditentukan
oleh tingkat perbuatan mandiri anak
·
Batasanyang lebih tinggi adalah yang
terbanyak yang bisa dilakukan seorang anak bila dibantu oleh orang yang lebih
berpengalaman
Diantara
tingkatan tindakan mandiri dan tindakan dengan bantuan terdapat keterampilan
dan kemampauan yang memerlukan tingkatan bantuan yang beragam. Keterampilan dan
kemampuan yang lebih dekat dengan batasan yang lebih rendah hanya memerlukan
sedikit bantuan dan yang terletak lebih dekat dengan batasan yang lebih tinggi
tidak bisa ditunjukkan oleh anak tanpa bantuan dalam jumlah besar.
ZPD
seorang anak tidak tetap dan berubah seiring dengan pembelajaran anak. Vygotsky
menggunakan gagasan ZTD untuk menunjukkan mengapa metode penilaian anak yang
terkenal pada masanya tidak dapat menghasilkan gambaran tepat tentang
perkembangan anak. Vygotsky menyarankan pemberian bantuan orang dewasa dalam
isyarat dorongan atau mengulang pertanyaan ujian menjadi prosedur penilaian
yang sesungguhnya.
Vygotsky juga menjelaskan ZPD sebagai bidang
yang harus menjadi target dalam pengajaran. Ia menekankan bahwa agar menjadi
efektif, pengajaran harus mengarah pada ZPD perorangan setiap anak (Vygotsky,
1978).
Teori Vygotsky yang lain adalah “scaffolding“. Scaffolding
adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap
awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar
segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat
berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam
bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama, menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah
Peran
Guru dalam Pembelajaran dan Perkembangan Anak
Guru bisa membentuk perkembangan anak dengan
membantu mereka menguasai peranti mental budaya mereka. Pandanagn ini
dicerminkan dalam tiga prinsip utama pendidikan berbasis teori Vygotsky berikut
ini:
Guru
dan Anak-anak Membangun Pengetahuan. Vygotsky percaya bahwa anak-anak membentuk pemahaman mereka sendiri
dan tidak secara pasif melakukan apa yang ditunjukkan kepada mereka. Namun bagi
Vygotsky proses pembentukan anak-anak selalu terjadi dalam konteks budaya dan
melalui perantara langsung atau tidak langsung oleh orang lain
(Karpov,2005).Dalam lingkungan kelas, seorang guru bias memengaruhi pembentukan
pengetahuan anak dengan memfokuskan perhatian anak pada objek khusus atau
menggunakan kata-kata khusus. Guru juga bias emengaruhi pembentukan pengetahuan
anak secara tidak langsung dengan menyusun konteks bagi interaksi abak dengan
anak-anak lain atau memberi materi pengajaran tertentu.
Penopang
Membantu Anak-anak Berpindah dari Tindakan dengan Bantuan ke Tindakan Mandiri
Bahkan setelah anak mengembangkan keterampilan
dan kemampuan yang cukup untuk melakukan tugas dengan bantuan orang dewasa,
tidak berarti bahwa hari berikutnya mereka akan siap untuk melakukan tugas itu
sendiri. Bagi sebagian besar anak, perpindahan dari pembelajaran dengan bantuan
menjadi pembelajaran mandiri adalah proses bertahap yang melibatkan perpindahan
dari penggunaan banyak bantuan menjadi mandiri perlahan-lahan hingga akhirnya
tidak memerlukan bantuan sama sekali (Wood, Bruner, & Ross, 1979).
Pengajaran
Harus Menguatkan Perkembangan Anak dan Bukan Mempercepatnya
Gagasan pengajaran efektif Vygotsky yang
ditujukan bagi ZPD anak diperluas lagi oleh para siswanya yaitu Alexander
Zaporozhets menyalahkan praktikpercepatan perkembangan yang bertujuan mengubah
balita menjadi anak usia prasekolah dan anak prasekolah menjadi anak kelas satu
secara premature (Zaporozhets, 1986). Menggunakan ZPD anak sepenuhnya memastikan
bahwasemua keterampilan dan kemampuan yang memiliki potensi untuk muncul
benar-benar muncul pada saat yang benar.
PANDANGAN
PERKEMBANGAN ANAK MENURUT TEORI VYGOTSKY
Bagi Vygotsky, perkembangan anak pada masa
awal menuju kesiapan bersekolah dipicu oleh jenis-jenis interaksi yang dimiliki
anak dengan lingkungan social berpusat pada pencapaian tugas perkembangan
penting.
Situasi
Sosial Perkembangan sebagai Mekanisme Perkembangan Utama
Vygotsky percaya bahwa perkembanagn anak
mencakup perubahan kulitatif dan kuantitatif. Kemajuan anak dari satu periode
ke periode berikutnya disatu sisi ditentukan oleh interaksi antara kemampuan
anak yang ada dan yang muncul dan di sisi lain oleh situasi social
perkembangan. Situasi social perkembangan terdiri dari apa yang diharapkan oleh
masyarakat pada anak di usia tertentu, jenis kegiatan dan interkasi apa yang
ada untuk merekadan jenis peranti mental apa yang dibantu penguasannya oleh
orang dewasa. Bagi Vygotsky, situasi social perkembangan “mewakili momen awal
semua perubahan dinamis yang terjadi dalam perkembangan selama periode
tertentu. Ini secara keseluruhan dan sempurna menentukan bentuk dan jalan yang
dilalui anak untuk menguasai karakteristik kepribadian yang lebih baru, menarik
mereka dari kenyataan social dari sumber dasar perkembangan, jalan yang dilalui
dimana makhluk social menjadi pribadi” (Vygotsky, 1998, hlm.198). Vygotsky
memandang perubahan dalam situasi social perkembangan sebagai mekanisme yang
memajukan perkembangan dengan memberikan peranti mental yang baru dan lebih
maju yang terus membentuk kemampuan anak yang berkembang.
Pencapaian
Perkembangan dan Kegiatan Utama
Salah satu inovasi besar yang disumbangkan
oleh penganut teori setelah masa Vygotsky adalah pengenalan gagasan kegiatan
utama yang menggantiakan pemahaman asli situasi social perkembangn Vygotsky.
Kegiatan utama diartikan sebagai jenis interaksi antara anak-anak dan
lingkungan social yang mengarah pada kemunculan pencapaian perkembanagn dalam
satu periode kehidupan yang akan mempersiapkan mereka untuk periode berikutnya
(Leont’ev, 1981). Pencapaian perkembangan,
pada gilirannya diartikan sebagai keterampilan dan kemampuan yang tidak
hanya baru bagi periode usia tertentu tapi juga kritis bagi kemampuan anak
untuk terlibt dalam kegiatan utama periode berikutnya (Karpov). Misalnya,
kemmpuan berpikir dalam gambar adalah pencapaian perkembangan bagi balita
karena kemampuan ini sifatnya kritis
bagi perkembangn make-belive play (permainan berpura-pura) yang merupakan
kegiatan utama usia prasekolah.
Pendekatan
Vygotsky pada Kesiapan Bersekolah
Pandangan Vygotsky pada kesiapan bersekolah
bermula dari gagasannya mengenai situasi social perkembangan anak sebagai
kekuatan utama mendorong perkembangan anak. Perpindahan dari prasekolah menuju
sekolah berarti perubahan besar dalam situasi social. Untuk mendapatkan
kesadaran akan harapan masyarakat yang disosialisasikan dengan peran siswa dan
untuk mengembangkan kemampuan guna mencapai ekspektasi tersebut. Dengan kata
lain, bagi Vygotsky kesiapan bersekolah dibentuk selama bulan-bulan pertama
persekolahan dan bukan sebelum masuk sekolah. Diantara sekian banyak pencapaian
ini adalah penguasaan beberapa peranti mental, pengembangan pengaturan diri dan
integrasi emosi serta kognisi. Dengan adanya semua prasyarat ini, seorang anak
usi prasekolah bias melakukan perpindahan yang diperlukan dari pembelajaran
yang “mengikuti agenda anak sendiri” ke “pembelajaran yang mengikuti agenda
sekolah” (Vygotsky, 1956).
PENERAPAN TEORI VYGOTSKY DALAM KELAS ANAK USIA
DINI
Filosofi pendidikan pengajaran anak-anak yang
didasarkan pada teori Vygotsky dapat dirangkum sebagai berikut :
·
Guru
meningkatkan dan membantu perkembangan dengan melibatkan anak-anak dalam
kegiatan yang merupakan kegiatan utama bagi usia mereka, seperti permainan berpura-pura.
·
Guru
berfokus pada peningkatan perkembangan fungsi mental yang lebih tinggi dan pada
penguasaan peranti budaya anak-anak dan bukan pada pembelajaran ketermapilan
dan konsep yang berlainan.
·
Intervensi
bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus didasarkan pada gagasan perbaikan :
anak-anak diajarkan untuk mengganti kekurangan fungsi mental mereka yang lebih
rendah dengan mengembangkan fungsi mental yang lebih tinggi menggunakan peranti
mental khusus.
Membantu Perkembangan Anak dengan Melibatkan
Anak-anak dalam Kegiatan Utama
Dalam
teori Vygotsky permainan berpura-pura adalah kegiatan utama bagi anak-anak usia
prasekolah dan taman lanak-kanak.
Definisi Vygotsky tentang Permainan
Saat Vygotsky mempelajari bagaimana permainan
mempengaruhi fungsi mental lebih tinggi yang muncul pada anak, dia menyimpulkan
bahwa permaian “bukan bentuk kegiatan utama, tapi dalam arti tertentu, sumber
utama perkembangan dalam masa prasekolah. Vygotsky dan rekan-rekannya membatasi
definisi mereka pada permainana make-belive atau dramatis anak –anak usia
prasekolah dan anak-anak usia sekolah dasar. Permainan nyata menurut Vygotsky,
memiliki tiga komponen:
·
Anak-anak
menciptakan suasana khayalan
·
Anak-anak
mengambil dan memainkan peran
·
Anak-anak
mengikuti serangkaian aturan yang ditentukan oleh peran khusus.
Permainan
Berpura-pura sebagai Sumber Perkembangan. Vygotsky member tempat khusus pada permainan dalam teorinya,
menyebutkannya secara khusus sebagai salah satu konteks social yang bertanggung
jawab untuk membentuk ZPD anak-anak.
Dalam
permainan anak selalu berperilaku di luar usianya, diatas perilaku biasanya
sehari-hari dalam permainan ia berada satu tingkatan diatas dirinya sendiri,
seperti halnya permainan itu. Permainan berada pada bentuk padat, seperti pada
titik focus kaca pembesar, semua kecenderungan perkembangan ; seolah-olah anak
mencoba melompat ke atas tingkatan dimana ia berada. Hubungan permainan dengan
perkembangan harus dibandingkan dengan hubungan antara pengajaran dan
perkembanagn … Permaianan adalah sumber perkembanagn dan menciptakan zona
perkembangan dekat. (Vygotsky, 1978, hlm.74)
Pernyataan Vygotsky mengenai permaianan
sebagai sumber ZPD berarti bahwa prestasi anak-anak dalam permainan lebih
tinggi daripada prestasi mereka dalam konteks bukan permainan. Istomina (siswa
Vygotsky) menemukan bahwa anak-anak prasekolah mengingat lebih banyak kata
dalam suasana permainan drama. Penemuna ini mendukung pandangan Vygotsky
tentang permainan permainana sebagai “titik focus pada kaca pembesar”.
Implikais Teori Permainan Vygotsky bagi
PendidiK Anak Usia Dini. Teori Vygotsky menggaris bawahi nilai permainan
make-belive bagi perkembagan anak termasuk perkembangan kompetensi yang membuat
anak-anak siap untuk persekolahan formal. Pertama, permainan membantu anak-anak
mengembangkan kemampuan mengatur sendiri perilaku fisik, social dan kognitif
mereka. Hasil perkembangan penting permainan berpura-pra lainnya adalah
pemikiran abstrak . Denagn menggunakan beragam alat bantuuntuk mewakili “benda
sungguhan” dalam permainan, anak-anak belajar memisahkan makna atau gagasan
objek itu sendiri. Saat seorang anak berpura-pura “mengemudikan” sebuah balok
diatas karpet seolah-olah itu adalah truk anak ini memisahkan gagasan “tentang
truk” dari sebuah truk dan
menempatkannya pada balok itu. Kemampuan memisahkan makna dari objek ini adalah
pelopor perkembangan pemikiran abstrak
saat seorang anak harus memanipulasi ide yang mungkin tidak berhubungan
langsung dengan objek yang nyata.
Meningkatkan
Penguasaan Peranti Mental dan Fungsi Mental Anak-anak yang lebih tinggi
Bagi penganut teori Vygotsky, tujuan
pendidikan secara umum dan pendidikan anak usia dini secara khusus lebih dari
sekedat melengkapi anak-anak dengan serangkaian keterampilan dan pengetahuan
khusus. Sebaliknya mereka melihat tujuan ini adalah untuk membantu anak-anak
menguasai peranti mental dan fungsi mental yang lebih tinggi (Bodrova &
Leong, 2007). Dalam kelas anak usia dini
kita bias mendapati banyak kasus anak-anak yang menggunakan beragam peranti
utnuk membantu pembelajaran mereka, seperti menggunakan peta abjad untuk
mengingat mereka pada hubungan antara bunyi huruf dan symbol huruf atau
menyanyikan lagu ABC untuk mendorong ingatan mereka pada urutan abjad dalam
alphabet. Dalam pandangan teori Vygotsky, penggunaan peranti ini tidak hanya
membantu anak-anak dalam tugas yang dikerjakan tapi juga benar-benar menyusun
kembali pikiran mereka, dan dengan demikian mendukung perkembangan fungsi
mental yang lebih tinggi.
Berbicara Sendiri Sebagai Peranti Mental. Bagi
Vygotsky, banyak peranti mental berbasis pada bahasa dan bahasa itu sendiri
adalah peranti mental yang paling ampuh. Perubahan utama dalam pikiran seorang
anak yang dihubungkan dengan perkembangan fungsi mental yang lebih tinggi
tergantung pada sebaik apa anak tersebut menguasai penggunaan ujaran – lisan
terlebih dahulu, kemudian tertulis. Menurut Vygotsky, anak-anak mulai
menggunakan ujaran mereka pada tahun-tahun prasekolah bukan hanya untuk
berkomunikasi dengan orang lain tapi juga untuk berkomunikasi dengan diri mereka
sendiri dan satu bentuk baru ujaran-berbicara sendiri-muncul (Vygotsky, 1987).
Saat anak – anak berbicara sendiri mereka berbicara dengan keras, tapi banyak
dari ucapan mereka tidak ditujukan pada siapa pun secara khusus dan kerap tidak
bias dipahami oleh sipa pun kecuai oleh anak itu sendiri. Tidak seperti Piaget
yang menghubungkan fenomena ini dengan sifat egosentris anak-anak yang
menganggap sebagai tanda pemikiran yang tidak dewasa. Vygotsky menganggap
berbicara sendiri sebagai satu langkah pada rangkaian kesatuan dari ujaran umum
(social) menuju ujaran pribadi (private speech) dan akhirnya menuju pemikiran
verbal (Vygotsky, 1987). Dari perspektif ini, berbicara sendiri bukanlah tanda
ketidakdewasaan tapi sebaliknya .
Vygotsky menjelaskan perubahan utama
yang terjadi dalam berbicara sendiri selama masa prasekolah. Vygotsky
menggunakan kedua metamorfosis dalam berbicara sendiri ini untuk menggambarkan
jalan universal penguasaan peranti budaya: metamorfosis ini pertama-tama
digunakan di luar dalam interaksi dengan orang lain kemudian menjadi lebih
pribadi dan digunakan oleh seseorang untuk menguasai fungsi mentalnya sendiri.
Permulaan berbicara sendiri menandai perkembangan penting dalam pengaturan
diri.
Bagi Vygotsky anak-anak “berpikir
sambil berbicara”, guru tidak boleh menyuruh anak-anak tetap diam saat mereka
berpikir dan memecahkan masalah. Sebaliknya, penelitian terkini mendukung
pengamatan Vygotsky bahwa anak-anak berbicara sendiri semakin meningkat saat
anak-anak berusaha melakukan tugas yang lebih menantang.
Penelitian yang dilakukan oleh rekan
Vygotsky, Alexander Luria sehubungan dengan program penelitian umum Vygotsky
menunjukan bahwa bahkan anak-anak yang masih sangat kecil menggunakan simbol
tertulis sebagai pembantu ingatan. Beberapa penemuan Luria (seperti kemampuan
anak-anak usia 3 tahun untuk “membaca” dan “membaca ulang” tulisan cakar ayam
mereka sendiri ) masuk kedalam kepustakaan Barat dan menginspirasi para
peneliti untuk meneliti bentuk-bentuk awal tulisan yang muncul sebelum awal persekolahan
formal.
Belajar menulis tidak berawal dari
membentuk huruf tapi sebaliknya berawal dari belajar menggunakan tanda-tanda
simbolis untuk mewakili satu pesan. Mempelajari huruf memberikan komponen akhir
untuk memindahkan anak dari bentuk idiosinkratis “menggambar ujaran” menuju
cara konvensional mencatat ujaran dalam kata-kata tertulis. Membahas metode
pengajaran menulis, Vygotsky menekankan bahwa “pengajaran harus dibuat
sedemikian rupa sehingga membaca dan menulis memuaskan kebutuhan anak” dan tujuan
pengajaran harus “mengajarkan anak bahasa tertulis dan bukan menulis abjad”.
Vygotsky menggunakan sebuah contoh
tulisan tangan sempurna yang dibuat oleh anak-anak usia 4tahun yang bersekolah
disekolah Montessori. Isi surat mereka menunjukan bahwa m ereka tidak
menggunakan tulisan untuk mengungkapkan pikiran atau perasaan mereka sendiri,
mereka menulis apa yang didiktekan oleh guru mereka, atau menyalin pesan guru.
Pada saat yang sama, Vygotsky mendukung pengajaran dini dalam menulis (pada
usia 3 atau 4 tahun) yang menekankan fungsi komunikatif dan instrumental bahasa
tertulis dan bukan mekanisme pembuatannya.
Perbaikan sebagai Prinsip Inti
Pendidikan Khusus
Psikologi abnormal dan pendidikan
khusus bagi Vygotsky adalah salah satu kecintaannya dan pada saat yang sama
adalah salah satu sumber utama pandangan teoretisnya. Panadangan Vygotsky
tentang keadaan difabel sesuai dengan prinsip utama penentuan sosial pikiran
manusia: Baginya keadaan difabel adalah fenomena sosiokultural dan perkembangan
dan tidak bersifat biologis.
Sifat Sosial dan Budaya Kondisi
Difabel
Vygotsky percaya bahwa anak-anak
difabel mengikuti jalan perkembangan yang berbeda dibandingkan dengan teman
sebaya mereka yang normal dan kondisi difabel mereka memengaruhi bagian
perkembangan lainnya dalam cara yang rumit dan sistematis. Untuk menekankan
sifat rumit dan sistematis hubungan ini, Vygotsky menggunakan istilan
disontogenesis atau perkembangan terganggu, dan
menekankan bahwa gangguan perkembangan, sama halnya dengan jalan
perkembangan normal selalu bersifat khusus dari segi budaya. Komponen-komponen
utama yang menentuka perkembangan bagi seorang anak difabel mencakup keadaan
difabel primer (misalnya, gangguan penglihatan atau keterbatasan gerakan) dan
konteks sosial dimana anak berkembang.
Pendekatan Vygotsky pada Pendidikan
Khusus
Bagi Vygotsky keadaan difabel primer
tidak boleh menjadi fokus utama upaya perbaikan. Ia berpendapat bahwa ,
berlawanan dengan kebijaksanaan umum, kemudian difabel primer bukanlah yang
termudah tapi yang tersulit untuk disembuhkan karena memengaruhi fungsi mental
yang lebih rendah: fungsi mental yang lebih rendah ditentukan secara biologis (
dalam bahasa masa kini, kita menyebutnya “hard wired”), dan ini benar-benar
karena sifat biologisnya sehingga tidak dapat diubah kecuali dengan intervensi
medis yang radikal,seperti menyelipkan implantasi pendengaran untuk membantu
pendengaran.
Bagi Vygotsky dan siswa-siswanya,
cara untuk melibatkan fungsi mental yang lebih tinggi untuk mengganti
kekurangan dalam fungsi mental yang lebih rendah adalah dengan menggunakan
peranti mental khusus. Karena semua peranti mental berperan sebagai perantara
membantu anak-anak mengendalikan fungsi mental mereka sendiri menggantikan
rangkaian peranti yang tidak berfungsi bagi seorang anak difabel dengan
rangkaian yang lain bisa disebut perbaikan. Contoh perbaikan terbaik yang
dikenal adalah mengajarkan anak yang memiliki gangguan penglihatan untuk
menggunakan simbol-simbol Braille sebagai pengganti huruf-huruf biasa.
Siswa-siswa Vygotsky memperluas pendekatan ini untuk banyak keadaan difabel,
merancang banyak peranti khusu keadaan difabel dan strategi untuk
mengajarkannya, dan karena itu membentuk sistem pendidikan khusus berdasarkan
gagasan perbaikan.
KESIMPULAN:
Lev
Vigotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang meyakini bahwa
bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak.
Menurut Vygotsky, anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi mereka,
meaning (makna) dan objek berbaur menjadi satu. Pandangan Vygotsky mengenai
bermain bersifatmenyeluruh, dalam pengertian selain untuk perkembangan kognisi
, bermain juga mempunyai peran penting bagi perkembangn sosila dan emosi anak.
Ketiga aspek yaitu kognisi, social, emosi saling berhubungan satu sama lain dan
sudah tergambar jelas pada contoh yang diberikan saat anak bermain pura-pura.
Pendekatan Vygotsky membantu guru memahami peran mereka dalam proses
pembelajaran dengan menekankan pada proses, bukan hasil, dan pada pentingnya pengembangan
fungsi mental yang lebih tinggi. Teori ini mengarah pada rekomendasi khusus
bagi perkembangan permainan, perkembangan kemampuan membaca dan menulis, dan
jenis-jenis intervensi yang harus digunakan saat bekerja dengan anak-anak
dengan kebutuhan khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar