Karakteristik
Anak Berkebutuhan Khusus
Setiap anak yang
berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Adapun
karakteristik yang akan dibahas dalam tulisan ini mencakup anak-anak yang
mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, maupun sosial emosiaonal, yang
dilihat dari berbagai segi.
A. Anak Berkelainan Fisik
a. Karakteristik
Anak Tunanetra
Anak
tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau gangguan fungsi
penglihatan yang dinyatakan dengan tingkay ketajaman penglihatan atau visus
sentralitas di atas 20/200 dan secara paedagosis membutuhkan layanan khusus
dalam belajarnya di sekolah.
Beberapa
karakteristik anak-anak tunanetra adalah:
Secara
fisik anak-anak tunanetra nampak sekali adanya kelainan pada organ matanya yang
secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak normal pada umumnya, hal ini
terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motorik yang merupakan umpan
balik dari stimuli visual.
-
Dilihat dari segi motorik anak tunanetra
kurang mampu melakukan orientasi lingkungan sehingga mereka harus belajar
bagaimana berjalan dengan anak dan efisien dalam suatu lingkungan dengan
berbagai keterampilan orientasi dan mobilitas.
-
Anak tunanetra sering menunjukkan
perilaku stereotip, sehingga menunjukkan perilaku yang tidak semestinya,
misalnya sering menekan matanya, membuat suara dengan jarinya,
menggoyang-goyangkan kepala dan badan atau berputar-putar.
-
Pada dasarnya anak-anak tunanetra
kemampuan akademiknya seperti anak normal pada umumnya hanya saja pengaruhnya
pada perkembangan keterampilan akademis, khususnya dalam bidang membaca dan
menulis. Dengan kondisi yang demikian maka tunanetra mempergunakan berbagai
alternatif media atau alat untuk membaca dan menulis sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing. Misalnya menggunakan huruf braille atau huruf cetak dengan
berbagai alternatif ukuran. Dengan penilaian dan pembelajaran yang sesuai,
tunanetra dapat mengembangkan kemampuan membaca dan menulisnya seperti anak-anak
lain yang dapat melihat.
-
Anak tunanetra sering mempunyai
kesulitan dalam melakukan perilaku sosial yang benar. Hal ini akibatnya dari
ketunanetraannya yang berpengaruh terhadap keterampilan sosial, oleh sebab itu
perlu mendapatkan latihan langsung dalam bidang pengembangan persahabatan,
menjaga kontak mata atau orientasi wajah, penampilan postur tubuh yang bai,
mempergunakan gerakan tubuh dan ekspresi wajah, mempergunakan inotasi suara
atau wicara dalam mengekspresikan perasaan, menyampaikan pesan yang tepat pada
waktu melakukan komunikasi. Dengan adanya keterbatasan pada anak tunanetra maka
mengakibatkan dalam memperoleh pengalaman sangat sedikit. Hal ini berpengaruh
pada sikapnya, dimana ia selalu curiga, mudah tersinggung dan terfantung pada
orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
b. Katakteristik
Anak Tunarungu
Tunarungu adalah anak yang memiliki
kondisi ketidakfungsian organ pendengarannya atau telinganya. Kondisi ini
menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak normal
lainnya. Adapun karakteristiknya diantaranya adalah;
-
Anak tunarungu dari segi fisik
berjalannya kaku, agak membungkuk, bernafasnya pendek, tidak teratur dan cara
melihatnya agak beringas.
-
Anak tunarungubahasanya miskin akan kosa
kata, sulit mengartikan kata-kata yang mengandung ungkapan dan tata bahasanya
kurang teratur.
-
Anak tunarungu intelektualnya normal,
namun akibatnya dari keterbatasannya dalam berkomunikasi dan berbahasa makan
perkembangannya menjadi lamban. Hal ini mengakibatkan perkembangan akademiknya
mengalami keterlambatan.
-
Anak tunarungu dalam hubungan sosialnya
denga orang lain sering merasa curiga, bersikap agresif. Hal ini terjadi karena
mereka tidak dapat memahami apa yang dibicarakan orang lain akibat dari
kelainan pada fungsi pendengarannya.
c. Karakteristik
Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa adalah anak-anak yang
mengalami kelainan fisik atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh
maupun yang mengalami kelainan anggota gerak dan kelumpuhan yang disebabkan
karena kelaianan yang ada di syaraf pusat atau otak. Kelaianan seperti ini
disebut dengan cerebral palacsy (CP), dengan karakteristik sebagai berikut:
-
Gangguan motorik meliputi motorik halus
dan kasar yang meliputi kekakuan, kelumpuhan, gerakan-gerakan yang tidak dapat
dikendalikan, gerakan ritmis dan gangguan keseimbangan.
-
Gangguan sensoriknya berupa gangguan
pada penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa. Hal ini terjadi
karena katidak seimbangan otat-otat mata sebagai akibat kerusakan otak.
-
Tingkat kecerdsan pada anak cerebral
palcsy bervariasi mulai dari tingkat yang paling rendah sampai giffed. Sekitar
45% mengalami keterbelakangan mental, dan 35% lagi mempunyai tingkat kecerdasan
normal dan di atas rata-rata sedangkan sisanya cenderung dibawah rata-rata.
-
Anak cerebral palcsy mengalami gangguan
wicara yanf disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot wicara terutama pada
organ artikulasi seperti lidah, bibir, dan rahang bawah, ada pula yang disebabkan
karena kurang terjadi proses interaksi dengan lingkungan. Dengan kondisi
seperti itu maka anak-anak cerebral palcsy berbicara kurang jelas dan sulit
diterima oleh orang lain.
-
Emosi anak cerebral palcsy secara umum
tidak jauh berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya, hal saja jika ada
kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat menyebabkanemosinya tidak terkendali.
Selain itu dipengaruhi juga oleh sikap masyarakat terhadap anak-anak yang
kurang beruntung tersebut dapat menimbulkan anak rendah diri, mudah
tersinggung, menyendiri, kepercayaan dirinya kurang, kurang dapat menyesuaikan
diri dan kurang dapat bergaul dengan lingkungannya.
B.
Anak
Berkelainan Emosional
a. Karakteristik
Anak Tunagrahita
Untuk memahami karakteristik anak
tunagrahita maka perlu disesuaikan dengan klasifikasinya, karena setiap
kelompok memiliki ciri yang berbeda-beda sesuai dengan aspek-aspeknya yaitu
antara lain; kecerdasan, sosial, fingsi mental, dorongan dan emosi, kepribadian
serta organisme. Dibawah ini masing-masing aspek akan menejlaskan
karakteristiknya, sebagai berikut:
-
Anak tunagrahita memiliki tingkat
kecerdasan hanya mampu mencapai setingkat usia mental anak sedolah dasar kelas
2 s/d 4. Dalam hal belajar sukar memahami masalah yang bersifat abstrak, dan
cara belajarnya banyak membeo bukan dalam pengertian.
-
Dalam hal bersosialisasi anak
tunagrahita mengalami keterlambatan jika dibanding dengan anak normal pada
umumnya. Selain itu anak tunagrahita kurang dapat mengurus atau memelihara
dirinya sendiri, sehingga selalu tergantung pada orang lain.
-
Anak tunagrahita mengalami kesukaran
dalam memusatkan perhatian. Jangkauan perhatiannya sangat sempit dan cepat
beralih, mudah lupa, sulit mengungkapkan kambali suatu ingatannya sehingga
kurang sangguo untuk mengerjakan suatu tugas.
-
Anak tunagrahita keadaan emosinya lemah,
dorongan biologisnya dapat berkembang tetapi penghayatannya terbatas pada
perasaan senang, takut, marah, dan benci. Bagi anak tunagrahita ringan
mempunyai kehidupan emosi hampir sama dengan anak normal hanya saja kurang
mampu menghayati perasaan bangga serta kurang bertanggung jawab.
-
Anak tungrahita kemampuan bahasanya
sangat terbatas, terutama yang berkaitan dengan perbendaharaan kata yang
abstrak. Pada anak tunagrahita berat banyak yang mengalami gangguan bicara yang
disebabkan cacat artikulasi serra masalah pada pembentukan bunyi.
-
Anak tunagrahita mengalami kesulitan
membaca dan menghitung, namun demikian masih bisa dilatih untuk menghitung.
-
Anak tunagrahita mempunyai kepribadian
tidak percaya diri, tidak mampu mengontrol dan mengarahkan dirinya sehingga
lebih banyak tergantung pada orang lain.
-
Anak tunagrahita yang kategorinya berat
kurang mampu mengorganisasikan dirinya sendiri, hal ini dapat dilihat dari;
sikap gerak langkahnya kurang serasi, pendengaran dan penglihatannya tidak
dapat difungsikan, kurang rentan terhadap perasaan sakit, dan terhadap bau yang
kurang enak, serta makanan yang kurang enak.
Selain karakteristik seperti apa yang dijelaskan di
atas, dapat dispesifikasikan berdasarkan berat ringannya kelainan pada anak
tunagrahita yaitu;
-
Mampudidik, yaitu anak tunagrahita yang
mempunyai kecerdasan anatar 50-70 pada skala Binet maupun Weschler. Anak
seperti ini masih mempunyai kemampuan untuk didik dalam bidang akademis secara
sederhana yaitu membaca, menulis, dan berhitung.
-
Mampulatih, yaitu anak tunagrahita yang
mempunyai IQ berkisar antara 30-50, kemampuan berfikirnya setara dengan anak
normal umur 8 tahun. Anak seperti ini kurang mampu mengikuti pelajaran yang
bersifat akademik walaupaun sederhana, seperti membaca, menulis, dan berhitung.
-
Perlurawat, yaitu anak tunagrahita yang
paling berat, mempunyai IQ dibawah 25, anak seperti ini tidak mampu lagi
dilatih keterampilan dan selama hidupnya akan tergantung pada orang lain.
b. Karakterisktik
Anak Tunalaras
Anak tunalaras adalah anak-anak yang
mengalami gangguan perilaku yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari, baik disekolah maupun dalam lingkungan sosialnya. Anak seperti ini
mempunyai kecerdasan seperti anak normal pada umumnya, hanya mereka mengalami
masalah pada perilaku sosialnya.
Beberapa
karakteristik yang menonjol dari anak-anak tunalaras adalah :
-karakteristik
Umum
·
Mengalami gangguan perilaku, suka
berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri atau orang lain, melawan,
berbohong, mencuri, tidak bisa diam, tidak dipercaya dan sebagainya.
·
Mengalami kecemasan, khawatir, cemas,
ketakutan, merasa tertekan, tidak mau bergaul, menarik diri, bimbang, sering
menangis, mali, dsb.nya.
·
Kurang dewasa, suka berfantasi,
berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan dan
sebagainya.
·
Agresif, memiliki geng jahat, suka
mencuri dengan kelompoknya, royal terhadap teman jahatnya, sering bolos
sekolah, sering pulang larut malam, suka minggat dari rumah, dan sebagainya.
-
Karakteristik Sosial atau Emosi
·
Sering melanggar norma masyarakat
·
Sering mengganggu dan bersifat agresif
·
Secara emosional sering merasa rendah
dan mengalami kecemasan.
-
Karakteristik Akademik
·
Prestasi belajarnya sering kali jauh
dibawah rata-rata
·
Seringkali tidak naik kelas
·
Seringkali membolos sekolah
·
Seringkali melanggar peraturan sekolah
dan lalu-lintas
C.
Anak
Berkelainan Akademik
a. Karakteristik
Anak Berbakat
Anak
berbakat adalah anak-anak mengalami intelektual di atas rata-rata, yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
-
Karakteristik intelektualnya menunjukkan
·
Proses belajarnya sangat cepat
·
Tekun dan rasa ingun tahunya besar
·
Rajin membaca
·
Memiliki perhatian yang lama dalam suatu
bidang khusus
·
Memiliki pemahaman yang sangat maju
terhadap suatu konsep
·
Memiliki sifat kompetitif yang tinggi
dalam suatu bidang akademik
-
Karakteristik Sosial-Emosional
·
Mudah diterima teman-teman dan orang
dewasa.
·
Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan
sosial dan memberikan sumbangan pemikiran yang konstruktif.
·
Kecenderungan sebagai pemisah dalam
suatu pertengkaran
·
Memiliki kepercayaan tentang persamaan
semua orang dan jujur
·
Memiliki rasa tenggang rasa pada orang
lain
·
Bebas dari tekanan emosi, dan mampu
mengontrol emosinya sesuai situasi, dan merangsang perilaku produktif bagi
orang lain.
·
Memiliki kapasitas yang luar biasa dalam
menanggulangi masalah sosial.
-
Karakteristik Fisik-Kesehatan
·
Penampilan rapi dan menarik
·
Kesehatannya berada lebih baik di atas
rata-rata.
b. Karakterisik
Anak Berkesulitan Belajar
Berkesulitan
belajar merupakan salah satu jenis anak berkebutuhan khusus yang di tandai
dengan adanya kesulitan untuk mencapai standar kompetensi yang sudah di
tentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Adapun ciri-cirinya
ditunjukan dengan;
-
Adanya kesenjangan antara potensi dengan
prestasi yang dicapainya.
-
Memiliki kesulitan pada satu bidang
akademik atau lebih.
-
Usaha belajarnya maksiamal tetapi
hasilnya tidak maksimal.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah yang kami buat dapat disimpulkan bahwa
karakteristik anak tunanetra Nampak sekali adanya kelaianan pada organ matanya
yang secara nyata dapat dibedakan dengan anak-anak normal pada umumnya, hal ini
terlihat dalam aktivitas mobilitas dan respon motorik yang merupakan umpan
balik dari stimuli visual. Sedangkan tunarungu adalah anak yang memiliki
kondisi ketidakfungsian organ pendengarannya atau telinganya. Dan anak tuna
daksa adalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik atau cacat tubuh, yang
mencakup kelainan fisik atau cacat tubuh.
B. Saran
Dalam
mengajarkan anak yang berkebutuhan khusus kita tidak bisa memaksa kemampuan
anak seperti yang kita mau. Namun sesuai dengan kemampuan anak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar