PERKEMBANGAN MEMBACA DAN MENYIMAK
Kajian
tentang perkembangan memnbaca dan menyimak merupakan suatu proses yang
menggunakan bahasa reseptif dalam membentuk arti. Kajian tentang perkembangan
membaca pada anak tidak terlepas dari kenyataan adanya perbedaan kecepatan
dalam membaca, maupun kualitas dan kuantitas anak dalam menghasilkan bahasa.
Anak yang satu lebih cepat, lebih luwes, ataupun lebih lambat dari yang lain.
Kajian tentang perkembangan menyimak pada anak berkaitan dengan suatu proses yang
dilakukan anak sehingga anak memiliki kesanggupan dalam menengkap isi pesan
secara benar dari orang lain.
Kemampuan
membaca dan menyimak sangat berkaitan satu sama lain. Beberapa peneliti yaitu
Mulholland dan Neville (dalam Bromley, 1991) menguangkapkan bahwa terdapat
saling ketergantungan antara membaca dan menyimak pada anak hingga usia minimal
14 tahun. kemampuan membaca dan menyimak melibatkan proses kognitif yang aktif
yang memerlukan kemampuan berpikir kritis. Hal ini terjadi ketika anak yang
membaca maupun menyimak, memeriksa dan memproses tentang kebermaknaan informasi
yang mereka terima. Dalam proses tersebut anak berusaha memahami dan
mengonstruksi arti dari informasi dan pengetahuan yang telah mereka peroleh
sebelumnya.
Menurut
konsep Piaget anak melakukan kegiatan menulis sebelum mereka membaca. Clay
(dalam Wolfgang, 1999), mengembangkan konsep print test (tes tertulis) yang terstandarisasi yang dapat dilakukan
guru terhadap anak secara individual dengan menggunakan sebuah buku kecil anak
berjudul sand (pasir). Dengan buku
tersebut anak dites pemahamannya tentang kesiapan membaca. Melalui tes tersebut
pengetahuan anak tentang hal-hal berikut akan diketahui: sampul buku, perbedaan
antara ilustrasi (simbol) dengan tanda (tulisan), tulisan yang menerangkan
cerita tersebut, apa yang dimaksud dengan huruf, kata, huruf pertama dalam
kata, fungsi spasi, dan penggunaan tanda baca seperti titik, koma, tanda tanya
dan tanda kutip.
Kemampuan
menyimak merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati lingkungan sekitarnya
dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini
terkait dengan kesanggupan anak dalam mengangkap isi pesan secara benar dari
orang lain.
A.
PERKEMBANGAN
MEMBACA
Raines
dan Canad (1990) berpendapat bahwa proses membaca bukanlah kegiatan
menerjemahkan kata demi kata untuk memahami arti yang terdapat dalam
membaca. Guru yang memahami konsep whole language akan memandang bahwa
kegiatan membaca merupakan suatu proses mengonstruksi arti dimana terdapat
interaksi antara tulisan yang dibaca anak dengan pengalaman yang pernah
diperolehnya. Tahap pertama dalam membaca adalah dengan melihat tulisan dan
memprediksinya artinya. Tahap kedua adalah memastikan arti tulisan yang dipredikasi sebelumnya sehingga
diperoleh keputusan untuk melanjutkan bacaan berikutnya meskipun terdapat
kemungkinan kesalahan dalam memprediksi. Tahap ketiga adalah mengintegrasikan
informasi baru dengan pengalaman sebelumnya. Dengan demikian, pemahaman tentang
bacaan dapat diperoleh setelah anak membaca seluruh teks. Tingkat pemahaman
anak dalam membaca sangat dipengaruhi oleh kualitas prediksi, contoh tulisan,
dan pengetahuan anak.
Berdasarkan
beberapa penelitian (Goodman, Harse et al., Smith, Taylor, Teale and Sulzby,
dalam Raines dan Canad, 1990), perkembangan membac awal merupakan proses
interaktif di mana anak adalah peserta aktif.
Perkembangan
membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap
Fantasi (Magical Stage). Pada tahap
ini anak mulai belajar menggunakan buku, melihat dan membalik lembaran buku
ataupun membawa buku kesukaannya.
2. Tahap
Pembentukan Konsep diri (Self Concept
Stage). Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai “pembaca”
dimana terlihat keterlibatan anak dalam kegiatan membaca, berpura-pura membaca
buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan
menggunakan bahasa baku yang tidak
sesuai dengan tulisan.
3. Tahap
membaca gambar (Bridging Reading Stage).
Pada tahap ini pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku
dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat mengungkapkan
kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan dirinya, sudah mengenal tulisan
kata-kata puisi, lagu, dan sudah mengenal abjad.
4. Tahap
pengenalan bacaan (Take Off Reader Stage).
Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponik, semantik, dan
sintaksis). Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam
konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca
berbagai tanda seperti pada papan iklan, kotak susu, pasta gigi dan lainnya.
5. Tahap
membaca lancar (independent reader stage).
Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku.
B.
PERKEMBANGAN
MENYIMAK
Kemampuan menyimak sebagai salah satu
kemampuan berbahasa awal yang harus dikembangkan, memerlukan kemampuan bahasa
reseptif dan pengalaman, dimana anak sebagai penyimak secara aktif memproses
dan memahami apa yang di dengar.
Perkembangan kemampuan menyimak pada
anak berkaitan erat satu sama lain dengan keterampilan berbahasa khususnya
berbicara. Anak yang berkembang ketrampilan menyimaknya akan berpengaruh
terhadap perkembangan ketrampilan berbicaranya. Kedua ketrampilan berbahasa
tersebut merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang bersifat langsung dan
dapat merupakan komunikasi yang bersifat tatap muka (Brooks, dalam Tarigan,
1986).
Kemampuan menyimak melibatkan proses
mengintegrasikan dan menerjemahkan suara yang didengar sehingga memliki arti
tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian
dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Sebagian
besar anak dapat menyimak informasi dengan tingkat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kemampuannya dalam membaca.
Kemampuan menyimak sebagai salah satu
ketrampilan berbahasa reseptif melibatkan beberapa faktor sebagai berikut:
1.
Acuity,
yaitu kesadaran akan adanya suara yang diterima oleh
telinga, misalnya mendengar suara anaklain yang sedang bermain, mendengar suara
mesin tik dan sebagainya.
2.
Auditory
discrimination, yaitu kemampuan membedakan persamaan dan perbedaan suara atau
bunyi.
3.
Auding,
yaitu suatu proses dimana terdapat asosiasi antara arti dengan pesan yang
diungkapkan. Proses ini melibatkan pemahaman terhadap isi dan maksud kata-kata
yang diungkapkan. Auding melibatkan
aspek perkembangan semantik dan sibntaksis. Dengan memahami semantik, berarti
anak memiliki pengetahuan tentang berbagai arti kata, sedangkan sintaksis
berkaitan dengan pemahaman anak terhadap aturan dan fungsi kata.
Bromley (1991) mengemukakan bahwa
proses menyimak aktif terjadi ketika anak sebagai penyimak menggunakan auditory
discrimation dan acuity dalam mengidentifikasikansuara-suara dan berbagai kata,
kemudian menerjemahkan menjadi kata yang bermakna melalui auding atau
pemahaman. Menyimak aktif bukanlah
sekedar menerjemahkan pesan pembicara, namun terlibat sebagai peserta
aktif dengan mendengarkan, mengidentifikasikan, dan mengasosiasikan arti dengan
suara bahasa yang disampaikan.
Bromley menjelaskan beberapa jenis
faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan menyimak anak yaitu:
a)
Faktor penyimak
b)
Faktor situasi
c)
Faktor pembicara
Faktor
penyimak berkaitan erat dengan tujuan, tingkat pemahaman, pengalaman, dan
strategi anak dalam memonitor pemahaman mereka terhadap informasi yang
disampaikan. Anak yang tidak memiliki motivasi atau alasan kuat untuk menyimak
informasi, seringkalimengalami masalah dalam memahami informasi tersebut. Dalam
hal ini, untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak, guru perlu menjelaskan
tujuan dan manfaat menyimak, memberikan motivasi pada anak untuk
mengidentifikasikan kejadian ataua hal-hal khusus dalam cerita yang
disampaikan. Anak yang memiliki banyak pemahaman dan pengalaman dalam belajar
menyimak secara langsung, memiliki kemampuan memahami informasi secara lebih
efektif dibandingkan dengan anak yang memiliki keterbatasan pengalaman dalam
menyimak. Anak yang terlibat secara aktif dalam menyimak, juga aktif terlibat
dalam mengonstruksi arti informasi yang diberikan. Mereka akan memonitor
pemahaman mereka akan informasi yang diperoleh dengan berbagai cara,
mengasosiasikan informasi baru dengan informasi yang telah mereka terima
sebelumnya, menanyakan tentang ketepatan informasi yang mereka peroleh, dengan
mengulang maupuan menanyakan informasi yang telah diberikan dengan menggunakan
kata-kata mereka sendiri.
Faktor
situasi berkaitan erat dengan lingkungan sekitar anak dan stimulasi visual yang
diberikan. Lingkungan yang kondusif bagianak untuk menyimak adalah lingkungan
yang bebas dari berbagai ganguan termasuk suara atau bunyi-bunyian. Dengan
situasi ruangan yang tenang anak dapat memusatkann perhatiannya pada informasi
yang diberikan. Stimulus visual seperti papan tulis, gambar, diagram, maupun
overhead projector dapat digunakan guru untuk membantu anak memahami materi
yang diberikan.
Faktor
pembicara juga berperan penting terhadap kegiatan menyimak pada anak. Guru
perlu mengkomunikasikan pesan dengan berbagai cara sehingga anak dapat menyimak
secara efektif. Pesan yang disampaikan juga perlu diperkuat dengan gerakan,
espresi wajah, bahasa tubuh, dan paraphrase (mengulang pesan secara verbal
dengan menggunakan bahasa yang berbeda). Adanya kontak mata antara pembicara
dan penyimak juga turut berpengaruhi terhadap keefektifan menyimak. Anak akan
lebih mudah menangkap dan menghargai informasi yang disapaikanjika pembicara
melakukan kontak mata terhadap mereka.
Bromley
menjelaskan fungsi menyimak pada anak sebagai berikut:
1)
Memberikan kesempatan
pada anak untuk mengapresikan dan menikmati lingkungan sekitar mereka.
2)
Membantu anak memahami
keinginan dan kebutuhan mereka sehubungan dengan kebutuhannya untuk
bersosialisasi.
3)
Mengubah dan mengontrol
perilaku maupun sikap pembicara, dimana cara menyampaikan pesan akan berdampak
pada isi dan bentuk pesan yang diterima.
4)
Membantu perkembangan
kognitif anak, melalui belajar menerima informasi dan mendapatkan pengetahuan
baru.
5)
Memberikan pengalaman
pada anak untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
6)
Membantu anak
mengekspresikan keunikan dirinya sebagai individu yang berpikir dan
memperhatikan orang lain.
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Ø memnbaca
dan menyimak merupakan suatu proses yang menggunakan bahasa reseptif dalam
membentuk arti. memnbaca dan menyimak merupakan suatu proses yang menggunakan
bahasa reseptif dalam membentuk arti.
Ø Kemampuan
menyimak merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati lingkungan sekitarnya
dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini
terkait dengan kesanggupan anak dalam mengangkap isi pesan secara benar dari
orang lain
Ø Perkembangan
membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
· Tahap
Fantasi (Magical Stage).
· Tahap
Pembentukan Konsep diri (Self Concept
Stage).
· Tahap
membaca gambar (Bridging Reading Stage).
· Tahap
pengenalan bacaan (Take Off Reader Stage).
· Tahap
membaca lancar (independent reader stage).
Ø Kemampuan
menyimak sebagai salah satu ketrampilan berbahasa reseptif melibatkan beberapa
faktor sebagai berikut:
·
Acuity
·
Auditory
discrimination
·
Auding,
Ø Bromley
menjelaskan beberapa jenis faktor yang mempengaruhi terhadap kemampuan menyimak
anak yaitu:
·
Faktor penyimak
·
Faktor situasi
·
Faktor pembicara
2.
SARAN
Ø Anak harus
diajarkan membaca dan menyimak karna memadukan pembelajaran membaca dan
menyimak tidaklah sukar. Misalnya anak disuruh membacakan sebuah wacana yang
harus dipahami orang lain, kemudian siswa yang lain menyimak. Guru memberikan
waktu berfikir untuk anak mengingat kembali apa yang dibacakan temannya tadi
dan meminta mereka menceritakan kembali isi wacana tersebut.dengan begitu anak
tidak hanya pandai membaca tetapi mereka juga memahami apa yang dibacanya
sehingga mereka dapat menyimpulkan, memahami serta mengerti isi bacaan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar