Tujuan pendidikan seni untuk anak adalah untuk meningkatkan kreativitas, kepekaan rasa serta kemampuan mengutarakan pendapat melalui berkarya seni. Artinya anak-anak belajar seni bukan ditujukan untuk menjadikan mereka seniman. Keterampilan berkarya seni sebenarnya seperti keterampilan berbicara. Melalui seni anak dapat mengutarakan pendapatnya dalam bentuk gambar atau lainnya. Memahami karya seni anak tidak seperti memahami lukisan orang dewasa yang penuh dengan penataan warna dan bentuk-bentuk yang jelas. Lukisan anak adalah media untuk mengutarakan pendapatnya, di dalamnya terkandung seribu makna yang tidak dipunyai oleh orang tua. Anak melukis selayaknya bermain kertas atau benda-benda mainan yang lain.
A. Melukis dan Manfaatnya bagi AUD
1. Pengertian Melukis
Berdasarkan arti melukiskan adalah membayangkan, maka objek yang ada di depan mata dibayangkan, dikaitkan, diasosiasikan, diimajinasikan dengan objek yang pernah masuk dalam ingatan. Suatu contoh: misalnya, melihat kursi yang nyaman kemudian teringat kursi di rumah yang telah rusak. Dari perpaduan bentuk ini, kita berniat menciptakan dan membayangkan kursi yang masih baik, namun dirasakan tidak nyaman diduduki. Atau melambangkan kursi yang diduduki adalah jabatan yang menjanjikan, kursi lambang kedudukan dan seterusnya. Dan juga contoh lainnya misalnya kubayangkan wajahmu seperti bidadari dalam impianku semalam. Kata kubayangkan berarti memberikan kemungkinan mengajak seseorang untuk melamun dan meneruskan kepada hal yang hampir mirip dengan wajah yang di bayangkan. Bentuk ungkapan ini dapat berupa gambar yang dapat dilihat mata dengan realistis (nyata) maupun tidak (abstrak) yang mementingkan ungkapan pikiran dan rasa seketika dengan spontan. Gambaran ini dapat diubah warna maupun tampilan bentuknya sesuai dengan keinginan orang yang melukiskan. Melukis adalah memvisualkan (menyatakan bentuk) bayangan dalam bentuk gambar.
a. Perbedaan Melukis dan Menggambar
Perbedaan utama melukis dengan menggambar adalah: objek yang ditampilkan akan berbeda, walaupun objek yang diamati sama. Tujuan menggambar adalah melatih ketelitian melalui pengamatan dengan seksama. Contoh: Ketika seseorang menggambar alam benda, maka hasil karya harus sama dengan yang digambar, baik sifat maupun bentuknya. Namun, di dalam melukis, perupa diperbolehkan membayangkan dan mengubah warna atau bentuk (jika perlu) sehingga yang digambar adalah bayangan terhadap objek yang dihadapi. Melukis mempunyai sifat lebih bebas daripada menggambar. Keterikatan mencurahkan perasaan diperbolehkan sehingga objek yang dilihat seolah-olah sebagai dorongan untuk mencipta karya seni. Namun demikian, dalam konstelasi dunia seni lukis terdapat lukisan realis dan non-realis. Lukisan realis, yaitu lukisan yang menggambarkan kondisi nyata, pelukis mengarahkan objek lukisan kepada hal senyatanya. Lukisan non-realis, yaitu lukisan yang menampilkan figure-figur yang tidak senyatanya, yang tampak oleh mata secara wajar.
2. Manfaat Melukis Bagi Perkembangan Anak
Manfaat menggambar sama dengan melukis. Proses kerja kejiwaan yang terjadi ketika anak melukis sama dengan menggambar. Oleh beberapa ahli, perbedaan melukis dan menggambar terletak pada hasilnya. Menggambar menghasilkan dominasi goresan atau garis dalam gambarnya, sedangkan melukis menghasilkan kesan kuas yang lebih menonjolkan warna. Melukis condong dikatakan lebih ekspresif dibandingkan dengan menggambar.
a. Melukis sebagai Media Mencurahkan Perasaan
Dalam beberapa buku psikologi terungkapkan bahwa terdapat alasan tertentu saat seseorang memilih warna. Bagi orang dewasa, pemilihan warna dipengaruhi oleh lokasi atau tempat tinggalnya. Sedangkan pada anak, sebagian anak telah mampu mengolah warna dengan jelas dan enak, mereka telah dapat mencoba mengkombinasikan atau menyusun warna sesuai dengan rasa, serta telah dapat menggunakan karya dan warna sebagai simbol untuk menyatakan sesuatu. Selain itu, sebagian anak juga telah mampu mencampur warna, baik pastel maupun cat air sebelum digunakan. Teori warna menjelaskan bahwa warna mempunyai simbol dan kesan rasa sebagai berikut :
1) Warna panas, dikatakan warna panas karena kelompok warna ini dapat mempengaruhi kesan tenang. Kelompok warna panas adalah merah, kuning, orange, putih.
2) Warna dingin, dikatakan dingin karena kelompok warna ini dapat mempengaruhi kesan sejuk. Kelompok warna dingin adalah biru, hijau.
b. Melukis sebagai Alat Bercerita (Bahasa Visual/Bentuk)
Bercerita sebenarnya usaha untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mengingat cara berpikir anak masih dalam taraf global antara pikiran dan perasaan, maka pola tersebut kadang tampak pada perilaku nyata atau tertutup hanya dengan membayangkan. Ketika anak usia dini belum dapat mengontrol diri maka ia akan menggunakan bidang gambar seadanya. Anak-anak bercerita sambil menggambar tanpa melihat lukisan tersebut berbentuk atau tidak, asal seluruh kegiatan dapat dilakukan untuk menampung cerita yang diinginkan. Sekarang persoalannya adalah bagaimana cara membina anak agar dapat menikmati lukisannya?
Seorang guru dapat melakukan pengarahan kepada anak dengan :
1) Mengerem kegiatan menggambar yang tidak bermanfaat. Tipe anak yang ekspresif yaitu anak yang sering berkelakuan spontan akan merasakan kegiatan tersebut merupakan hambatan. Oleh karenanya, dengan mengerem anak ketika anak menumpang bentuk di atas bentuk yang ada, guru dapat mengarahkan dengan menunjukkan bahwa gambar yang dibuat sudah baik, tidak perlu ditumpang lagi.
2) Menerangkan secara logika, bahwa bentuk-bentuk yang dibuat telah menjelaskan cerita-cerita yang diinginkan.
3) Memberi contoh dengan gambar. Hal ini digunakan untuk meningkatkan apresiasi anak. Gambar atau lukisan dapat dipilih yang realis artinya gambar tersebut tampak jelas oleh penglihatan anak dengan tanpa menebak lagi. Anak diarahkan untuk mengerti susunan dan bentuk yang sesungguhnya.
c. Melukis berfungsi sebagai Alat Bermain
Kadang-kadang anak melukis tidak untuk mengutarakan pendapat saja melainkan juga untuk bermain. Warna yang dianggap menarik diperlakukan sebagai alat atau media permainan dengan jalan: (a) mencampur warna satu dengan warna yang lain sehingga menjadi gelap dan sulit membedakan satu dari yang lain. (b) mengombinasikan warna satu dengan warna lainnya, (c) menambahi bentuk dengan bentuk baru, warna baru (mewarnai) atau menempel dengan bahan lain. Kegiatan yang dilakukan anak merupakan kegiatan yang wajar sebagai alat bermain. Namun, jika anak akan bermain warna dengan barang-barang yang sudah baik, yang ada di rumah/di kelas maka Anda perlu memberikan perhatian agar anak tidak terbiasa melakukan kegiatan suka merusak.
d. Melukis dapat Melatih Ingatan
Melukis adalah menggambar bayangan yang ada di benak. Bayangan di benak pelukis datang dari suatu peristiwa yang pernah dikenang, baik kenangan yang susah ataupun kenangan manis yang selalu ada dalam ingatan. Beberapa kejadian yang telah masuk dalam ingatan anak (memori) biasanya akan muncul ketika bentuk, warna, baju, permainan, perilaku orang atau kata-kata bujukan menuju ingatannya. Semua ingatan ini akhirnya muncul ketika anak sedang melukis.
e. Melukis dapat Melatih Berpikir Komprehensif (Menyeluruh)
Kaitan melukis dengan perkembangan berpikir maupun perkembangan perasaan tinggi. Ketika anak akan mencari ide dan gagasan, pikiran anak akan menjangkau terlebih dahulu objek yang akan ditampilkan, contohnya: Melukis keramaian kota. Saat berpikir, anak akan membayangkan kota yang pernah dilihat, sehingga mungkin ada dalam satu anak yang dalam lukisannya akan menampilkan hiruk-pikuknya suasana kota. Sedangkan pada lukisan dari anak yang lain, akan menggambarkan hasil pikirannya tentang salah satu peristiwa yang menarik perhatiannya dari keramaian kota, misalnya adanya tabrakan mobil dan ditampakkan salah satu supir atau pengendara yang terluka. Kemungkinan lukisan yang lain hanya mengungkapkan satu orang anak yang lari mengejar orang tuanya sambil menangis.
Saat anak berpikir dan melukis keramaian kota, hal itu sebenarnya didapat melalui dua imajinasi anak berikut. (a) melihat keramaian kota dengan bentuk tiga dimensi serta hiruk-pikuknya akan dicatat dalam medium dua dimensi, berarti terjadi berpikir abstraksi. Kejadian tersebut dirangkai dengan imajinasi anak sebagai pernyataan subjektivitas, dapat memberikan dan melatih kemampuan anak dalam mengungkapkan peristiwa dan mengungkapkan dalam bentuk gambar. (b) Suatu kejadian merupakan rangkaian peristiwa yang berlatar belakang banyak. Melukis merupakan latihan mengamas berbagai peristiwa, bentuk dan rasa menjadi catatan visual. Oleh karenanya, beberapa ahli memberikan istilah melukis sebagai bahasa visual, mencatat kejadian menjadi catatan bergambar. Menfaat melukis bagi perkembangan daya nalar tinggi berupa pengembangan daya tangkap kompherensif dan cara mengungkapkan secara sistematis namun ekspresif.
f. Melukis sebagai Media Sublimasi Perasaan
Pada suatu ketika, anak diminta gurunya untuk melukis keadaan di rumah. Namun, pada awalnya anak tidak bersedia untuk melukis bahkan mengganggu teman-temannya yang sedang melukis, dan tiba-tiba saja guru meminta anak untuk melukis, anak itu kemudian berlari ke luar kelas dan mengekspresikan dirinya dengan berlari-lari dan memainkan beberapa batu yang dibayangkan sebagai mobil. Tidak lama kemudian, anak masuk kek kelas dan langsung melukis dengan proses sebagai berikut.
“Menggambar satu mobil dengan fasilitas lengkap dan diberi warna kuning; gambar ini kemudian ditambahkan satu kendaraan lagi juga berupa mobil berwarna biru. Ketika dua mobil sudah mulai digambar dengan berlatar belakang rumah bertingkat tiba-tiba ditutup dengan cat air berwarna merah dan kemudian menirukan suara tabrakan...duar...seketika itu pula kedua lukisan mobil ini tidak tampak lagi”
Setelah diketahui dua mobil tersebut tidak lagi berujud pada lukisannya, maka guru segera menanyakan: “Nak, mana lukisan mobil itu?” Anak segera menjawab, mobilnya rusakl terbakar karena tabrakan. Peristiwa yang dilukiskan anak ini sebenarnya merupakan ungkapan rasa marahnya ketika melihat satu mobil mewah ditabrak oleh mobil lain yang menyebabkan perjalanan ke sekolah pada pagi hari kemarin terlambat.
g. Melukis dapat Melatih Keseimbangan
Secara keseluruhan cara membayangkan sesuatu oleh anak dianggap sebagai kegiatan menyeimbangkan antara objek dengan emosi. Pada kesempatan ini terjadi peristiwa yang bersamaan, sebab pikiran dan perasaan masih menyatu. Ketika pikiran dan perasaan telah mulai memisah, unsur bentuk kemungkinan akan menonjol, karena berjalan sesuai dengan perkembangan pengamatan anak. Pikiran anak dapat tertuangkan dengan jelas, mungkin berupa keinginannya atau kemungkinan pernyataan kesedihannya.
h. Melukis dapat Melatih Kreativitas Anak
Keadaan anak melukis ternyata mempunyai perilaku yang khas dan tidak tetap, diantaranya (a) anak bernyayi kemudian melukis, (b) berlari dan mencontohkan objek yang dilukiskan terlebih dahulu kepada gurunya, (c) langsung melukis tanpa komentar, (d) melukis sambil bercerita. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang wajar, seperti halnya ketika orang dewasa bekerja.
i. Melukis Mengembangkan Rasa Kesetiakawanan Sosial yang Tinggi
Ternyata kegiatan anak dalam melukis bersama menunjukkan variasi kerja: (a) anak tidak pernah berbicara, (b) anak selalu menerangkan dan menjelaskan karyanya kepada anak di sampingnya, (c) anak selalu memberitahu kekurangan teman, (d) anak terbuka dan bertanya keinginan temannya. Dalam kegiatan ini, seorang gruru dapat melakukan kegiatan tindakan preventif. Dengan kegiatan ini dapat diperoleh manfaat bahwa dengan melukis bersama, anak akan terlatih memahami orang lain. Tujuan kompetensinya adalah memberikan rasa tanggung jawab pada dirinya serta memahami hak orang lain sesuai dengan kebutuhan.
B. Peralatan dan Teknik Melukis
1. Medium dan Bahan Melukis
Berdasarkan teknik, berkarya seni rupa dapat dikerjakan dengan cara konvensional dan inkonvensional. Cara konvensional adalah langkah yang dilakukan dengan jalan menggunakan peralatan sesuai standar pabrik serta sesuai dengan teknik yang diminta oleh pabrik. Misalnya: menggambar dengan pensil, pastel, cat air atau yang lain. Sedangkan teknik inkonvensional adalah cara yang digunakan seseorang untuk menciptakan gambar atau pun lukisan dengan bervariasi teknik. Sebagai contoh: teknik tutup lilin. Teknik ini mendahulukan menggambar dengan lilin penerang setelah gambar sketsa sudah dinyatakan siap dikerjakan. Kemudian menggambar dengan menggunakan pewarna cat air, ditumpangkan di atas gambar berlilin tersebut. Bagi kertas yang tidak tergores dengan lilin akan menyerap warna, sedang yang tidak, akan menyesuaikan dengan warna lilin.
Secara garis besar bahan berkarya rupa terdiri dari dua jenis, yaitu: (1) medium konvensional artinya medium yang sesuai dengan aturan penggunaannya seperti kertas, kanvas, hardboard dan papan. (2) medium inkonvensional, yaitu modifikasi medium yang sesuai dengan keinginannya, misalnya melukis di atas kain blaco, terpal atau plastik . Medium konvensional seperti kertas mempunyai aturan dan ukuran tertentu seperti ukuran A4 (kuarto), A3 2 x ukuran kuarto dan semakin kecil angka semakin besar ukuran kertas. Penyebutan ini untuk menyesuaikan dengan istilah percetakan. Kanvas adalah medium untuk melukis cat minyak. Bahan dasar kanvas adalah kain yang ditutup dengan cat minyak agar tidak mudah menyerap bahan warna minyak tersebut. Kanvas yang baik adalah kanvas dari bahan kain yang tidak mudah sobek serta tahan lama. Di samping itu kanvas diusahakan lentur sehingga mudah pemasangannya serta nantinya tidak mudah retak.
Kemudian perlengkapan lain adalah warna. Warna mempunyai banyak jenis, di antaranya adalah: (1) warna alami termasuk pensil, daun, arang, (2) warna artificial (buatan) dari bahan minyak seperti pastel, cat minyak dan cat ducco; dari bahan lilin berupa pastel lilin; dari bahan pigmen kapur seperti cat air, cat poster, akrilik dan sintetik. Bahan lain yang berupa pewarna kimiawi adalah bahan warna sintetik batik. Warna-warna ini merupakan warna campuran dari dua jenis bahan kimia garam dan naphtol, serta akan muncul ketika dicampur.
Pensil merupakan bahan warna dan sekaligus sebagai alat. Pensil tersebut mempunyai berbagai ukuran sesuai dengan karakteristiknya, ukuran karakter tertera pada pangkal pensil seperti H, HB, atau 2B. Masing-masing kode menunjukkan sifat keras lunaknya pensil.
2. Peralatan Melukis
a. Pensil
Hasil lukisan dengan teknik kering seperti pensil tampak pada arsir atau goresan. Pada umumnya anak-anak suka menggambar dengan cepat. Jika alat yang digunakan tidak sesuai dengan tingkat kecepatannya berekspresi, maka anak akan segera kehilangan ide berikutnya. Oleh karenanya, dengan memahami sifat anak dalam menggambar, seorang guru perlu memilihkan pensil warna yang cocok serta bahan kertas yang sesuai.
b. Arang
Pada prinsipnya alat gambar arang ini sama dengan pensil konte, yaitu dengan menghitamkan terlebih dahulu kertas gambar, kemudian menghapusnya. Karya gambar dengan arang relative mudah terhapus oleh tangan, oleh karenanya dapat ditutup dengan fixative yang dapat dibeli dari toko langsung berupa car laquer (liquid) yang bening atau sering disebut dengan cat semprot tangan (pilox) clear.
c. Pena, Spidol
Alat ini digunakan untuk mengantarkan tinta sebagai pewarna gambar. Ujung pena berbentuk runcing, tumpul bulat atau tumpul patah lurus. Hasil penggunaan alat ini bisa berbentuk tipis-runcing, tebal berkesan tidak teratur dan blok besar. Beberapa penggunaan pena ini mengatakan bahwa pena cocok untuk membuat gambar berbentuk blok dan garis (runcing).
d. Ranting Pohon
Kesan yang ditimbulkan pena berbentuk formal, artinya garis yang dihasilkan sesuai dengan bentuk ujung pena yang tersedia. Untuk membuat bentuk yang artistic dengan kesan bervariasi dapat menggunakan ranting pohon yang dipatahkan. Patahan ini akan membentuk kesan yang dikehendaki sesuai dengan keinginan (ekspresi).
e. Potongan Papan
Beberapa karya lukis juga dapat diselesaikan dengan peralatan sederhana seperti di bawah ini: papan yang dipotong segi empat mirip dengan batangan papan kecil dan digunakan untuk menyelesaikan melukis secara blok warna. Bahan warna bisa berasal dari cat air ataupun cat minyak dengan tujuan menghasilkan kesan blok. Biasanya dipilih papan yang mudah menyerap bahan dasar air.
f. Kuas
Terdapat bermacam-macam ukuran kuas; mulai kuas yang mempunyai efek runcing sampai dengan tebal seperti efek yang dihasilkan oleh batangan papan. Secara normal, jenis kuas untuk cat air berbeda dengan jenis kuas untuk cat acrylic serta cat minyak. Unsur yang membedakan adalah bahan dasar dan penyerapan bahan warna. Untuk cat air biasanya kuas lebih halus dan mudah menyerap air seperti bulu kuda atau sejenisnya. Sedangkan untuk cat minyak dan poster kuas cenderung lebih berserat tebal.
g. Karet Tebal dan Karet Tipis
Jika papan kayu tersebut bersifat keras dan kurang dapat menyerap bahan warna maka kuas dengan karet batangan lebih dapat menyerap air, sehingga dapat digunakan lebih lama. Namun, bahan ini mempunyai kelemahan karena setiap akan berganti warna berarti anda harus berganti alat, karena tidak praktis harus mencuci alat tersebut setiap saat. Kesan yang diperoleh dari goresan karet ini dapat diatur sesuai dengan kebutuhan anda.
h. Krayon Pastel
Alat menggambar ini sekaligus berfungsi sebagai pewarna berbentuk batangan. Kesan pastel sesuai dengan pegangannya, jika anda ingin membuat blok kertas pembungkus pastel dilepas terlebih dahulu. Cara memegang krayon pastel tidak berdiri tetapi dibuat tidur. Selanjutnya, penggunaan krayon pastel berdasarkan jenis krayon pastel: (a) krayon pastel minyak atau disebut oil krayon pastel, sifat pastel ini lunak dan warna yang dipergunakan memberi kesan pekat oleh karenanya disenangi oleh anak untuk melukis. (b) krayon pastel lilin atau (wax), yaitu krayon pastel yang sulit mengeluarkan warna. Kesan yang ditimbulkan transparan. (c) krayon pastel kapur atau sering disebut jenis chalk pastel ini mudah terhapus oleh tangan, sehingga diperlukan kertas yang berserat tebal.
i. Pup
Pup adalah sejenis alat buatan sendiri yang terbuat dari bahan kain dan isi dari kain perca, busa (spons) atau kapas. Cara membuatnya: sediakan kain ukuran 25 x 25 cm di tengah diisi dengan kain perca atau busa kemudian tutupkan atau bungkuskan sehingga membentuk bulatan. Bulatan yang sudah jadi tadi diikat dengan kencang agar isi yang terbungkus tidak mudah lepas.
j. Jari Tangan
Sifat anak usia dini ketika melukis ingin cepat agar ide dan gagasannya tidak kandas dan menghilang. Oleh karena itu, anak dengan nekat mengambil warna yang ada secara langsung dari warna yang telah disediakan. Dengan jari-jarinya anak merasakan bahwa ia dapat lebih cepat menyelesaikan lukisannya. Akhirnya, anak mencelupkan tangannya sendiri ke cat warna. Teknik melukis langsung dengan pewarna tersebut dinamakan finger painting, yaitu teknik melukis dengan jari tangan secara langsung tanpa menggunakan bantuan alat.
3. Melukis Inkonvensional
Pada prinsipnya melukis inkonvensional merupakan cara berkreasi menggunakan peralatan dan teknik yang tak biasa. Cara kerjanya seperti eksperimentasi (percobaan). Cara ini juga disenangi oleh anak karena sifat bermainnya lebih banyak dan anak dapat menginterpretasi bermacam-macam teknik dan mencoba dan menggabungkan sendiri.
a. Teknik Tutup
Teknik tutup merupakan teknik campuran antara teknik basah dengan teknik kering. Teknik basah karena menggunakan medium cat air. Sedangkan teknik kering karena medium lain yang akan digunakan adalah medium pastel. Teknik tutup ini dapat dimanfaatkan oleh anak tipe ekspresif karena membutuhkan kecepatan berekspresi. Teknik tutup ini juga dapat diartikan menutup sebagian gambar dengan berbagai macam bahan dan kemudian diselesaikan dengan pewarnaan secara menyeluruh.
b. Teknik Campur Warna Kering dan Warna Basah
Teknik ini melalui dua proses yang bersifat tidak terduga karena gambar yang dihasilkan tidak dapat dirancang terlebih dahulu. Lukisan yang dihasilkan berupa kombinasi cat kayu atau cat minyak dengan pemisah air.
c. Melukis dengan Teknik Gesek Benang
Teknik ini memerlukan persiapan banyak yaitu: mewarnai masing-masing benang dengan warna yang dikehendaki. Benang-benang tersebut disusun sedemikian rupa dengan bertumpuk-tumpuk, namun ujung benang diperlihatkan. Tumpukan benang tersebut ditutup dengan kertas guna penekanan. Dalam hal ini langkah dilanjutkan dengan menutup dan menekan kertas penutup dengan tangan dan selanjutnya benang ditarik satu persatu. Hasil yang ditimbulkan berupa bentuk bunga terompet.
d. Melukis dengan Teknik Ikat-Celup
Sebagian orang mengatakan bahwa teknik ikat celup tidak termasuk melukis, karena tidak secara langsung membuat lukisan. Teknik ini menggunakan cara membuat ikatan-ikatan terlebih dahulu, dan hasilnya pun belum dapat diduga seperti apa. Oleh karenanya tidak digolongkan ke dalam melukis. Sebagian orang mengatakan prinsip melukis dengan teknik ikat celup terletak pada penempatan ikatan serta variasi celupan dengan beberapa warna. Teknik ini dapat digolongkan ke dalam melukis inkonvensional, karena tergantung pada kelihaian seseorang dalam memprediksi hasil ikatan tersebut.
e. Melukis dan Menempel
Untuk membuat gambar dengan cara menempel pada kertas, anda harus memperhatikan jenis bahan yang akan ditempelkan. (a) jika bahan yang ditempelkan berupa kertas sejenis dan potongan kertas tersebut merupakan blok bentuk, maka dinamakan azaleyo. (b) namun, jika potongan kertas yang ditempel berfungsi sebagai butiran warna-warna maka disebut dengan mozaik, (c) jika yang ditempelkan berupa benda trimatra dan jenis yang berbeda untuk bahan tersebut disebut dengan kolase.
f. Melukis dengan Kibasan Warna Cat Air
Melukis dengan teknik kibasan warna cat air ini digolongkan teknik inkonvensional. Hasil kibasan warna cat air tidak dapat diramalkan. Oleh karena itu, yang di pentingkan dalam penampilannya adalah tata letak dan komposisi warna yang akan dilihat dengan keseimbangan semu (occult axial balance).
C. Gagasan Melukis bagi AUD
1. Prinsip Memotivasi Aud Untuk Melukis
Kegiatan melukis bagi seseorang umumnya dapat dilakukan melalui 3 tahapan,yaitu: (a) Eksplorasi : mencari ide dengan berbagai cara, berdasarkan referensi atau buku. Buku yang dibaca harus anda pahami isi dan maknanya kemudian bayangkan isi buku tersebut, dan akhirnya wujudkanlah menjadi karya lukis. (b) Eksperimentasi : tahap mencoba untuk mencari pengalaman, cara yang ditempuh bermacam-macam:
1. Mencoba alat yang paling disukai, kemudian mencoba berkarya tanpa merasa takut jika terdapat kesalahan.
2. Mencoba mengubah bentuk dari bentuk realistic menuju abstrak, demikian juga sebaliknya. Bentuk-bentuk tersebut kemudian dibuat menjadi fungsi baru atau yang berbeda dari pada yang lain.
3. Mencoba membuat eksperimen bahan atau medium berkarya. Biasanya terdapat medium konvensional seperti kertas dan kanvas.
(c) Kreasi/Mencipta : Anak harus diberi banyak motivasi oleh pendidik sebagai jalan membuka ide dan pikiran yang baru untuk mencipta. Sesuai dengan teori motivasi. Kata motivasi memiliki 3 bentuk dasar,yaitu:
1. Motivasi Artistik : dorongan menggambar karena melihat sesuatu objek yang indah, sehingga tampak dalam gambar berupa tata susunan yang artistik.
2. Motivasi Penalaran : dorongan berkarya seni dari pandangan objek yang mempunyai struktur menarik, sehingga anak berkeinginan menggambar.
3. Motivasi Imajinasi : dorongan menggambar dari imajinasi anak. Anak membayangkan sesuatu, mungkin cita-cita atau bentuk yang lain hingga terwujud lukisan.
Bentuk motivasi adalah internal dan eksternal. Motivasi internal adalah dorongan kepada anak dengan menyentuh alam pikiran dan perasaan anak. Hal ini sangat dibutuhkan karena dorongan internal ini akan menumbuhkan alam pikiran yang imajinatif serta memberikan dorongan untuk menyeimbangkan pikiran dan perasaan. Kegiatan ekspresi dengan melukis dapat ditumbuhkan dengan jalan memotivasi anak sedini mungkin, yaitu dengan memberikan gagasan baru. Sebenarnya anak telah mempunyai gagasan sebelum diberi motivasi. Namun, karena terdapat kesenjangan antara persepsi dengan gagasan maka gagasan sering tak muncul. Kekaburan persepsi tersebut dapat disentuh dengan berbagai cara, misalnya melalui sentuhan cerita ataupun gambar yang diberikan kepada anak untuk ditebak maknanya. Sentuhan tersebut juga dapat muncul melalui suara-suara yang menjadikan ingatan serta gambaran yang akan datang muncul, bisa berupa suara halus maupun suara kasar. Misalnya memperdengarkan suara musik dan suara hewan tertentu yang dapat mengundang ingatan dan asosiasi anak untuk berimajinasi bentuk berdasarkan suara.
2. Model Pemberian Motivasi Melukis
Agar pendidik dapat memotivasi anak usia dini untuk melukis,pendidik dapat melakukan model-model berikut.
a. Melukis Cerita
Cerita merupakan wacana yang paling disukai oleh anak, terutama di masa pertumbuhan untuk pengenalan dirinya. Cerita yang diberikan kepada anak dapat disesuaikan dan dikondisikan kepadanya seiring dengan perkembangan pikiran dan daya emosinya. Anak usia 2 tahun senang melihat dan mencoba menghafal situasi sekitarnya, sehingga cerita tentang situasi sekitarnya dapat dipersonifikasikan. Beberapa pendidik mengartikan belajar melukis hanya peningkatan teknik membuat bentuk serta pewarnaannya. Anak pada usia perkembangan, yaitu anak pada usia 2 tahun termasuk usia yang sensitive karena sedang mengalami usia perkembangan kosakata dan pengetahuannya. Mereka memparkaya pengetehuan dengan bertanya kepada siapa saja dan yang paling kuat pengaruhnya adalah orang terdekat.
b. Melukis dengan Berdiskusi Terlebih Dahulu
Anak harus berdiskusi dengan pendidik atau pendampingnya tenteng objek yang akan dilukis. Setelah mengetahui tugas yang diberikan, tugas tersebut ditanyakan kepada anak lain, untuk mengetahui kejelasannya. Selajutnya anak dapat melanjutkan tugas melukisnya.
c. Objek dan Isi Lukisan
Sebelum melukis, pendidik memberi gambaran atau lukisan yang realistik. Lalu anak diminta mengamati dan member komentar atau lukisan yang diperlihatkan pendidik. Setelah itu anak-anak baru diminta untuk melukis apa yang telah dilihatnya.
d. Melukius Lagu
Guru mengajarkan anak untuk bernyanyi “bintang kecil”. Setelah selesai bernyanyi, pendidik dapat meneruskan dengan bercerita pada anak-anak tentang angkasa yang berisi planet serta dapat pula digunakan untuk pesawat terbang.
e. Melukis Puisi
Prosedur melukis puisi sama dengan melukis nyanyian. Puisi yang ditampilkan merupakan sentuhan yang dapat memotivasi anak untuk berkarya. Puisi tersebut dapat diciptakan oleh anak atau dibuat oleh pendidik. Selanjutnya anak disuruh mengomentarinya.
f. Melukis Gerakan dan Tarian
Sebelum memulai melukis,ajak anak-anak untuk memperhatikan suatu tarian yang di peragakan didepan kelas, kemudian arahkan anak-anak agar dapat memberikan komentar pada tarian tersebut.
g. Melukis Kesedihan dan Kesenangan
Untuk model melukis kesedihan dan kesenangan, sebelum memulai melukis, ajak anak-anak merenungkan hal-hal yang telah membuat hati mereka sedih atau senang. Atau, adakan kegiatan tanya jawab dengan anak-anak tentang hal-hal yang dapat membuat mereka bersedih hati atau sebaliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar