welcome

selamat datang selamat membaca dan semoga bermanfaat

Rabu, 29 Mei 2013

PEMBELAJARAN SAINS BAGI ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN







PEMBELAJARAN SAINS BAGI ANAK YANG MENGALAMI GANGGUAN

Setiap anak berhak mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan dasarnya secara memadai. Setiap anak memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, sehingga ia dapat memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan yang diperoleh.
Hak-hak dan kebutuhan dasar diatas keterlindungannya dijamin oleh negara dan pemerintahan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 28 ayat 2 Amandemen UUD 1945.Dalam rangka mencapai hak dihadapkan pada suatu gangguan, misalnya saja berbadan cacat.Ia berhak mendapatkan informasinya saja.Karena sesungguhnya mereka itu secara intelegensi akan mampu menunjukkan kecerdasannya hanya saja dengan cara perolehan yang agak berbeda. Jadi amat keliru, jika kita berusaha menghambat atau bahkan menyingkirkan anak-anak yang mendapatkan gangguan dari haknya untuk mendapatkan pembelajaran sains seperti yang dijamin oleh undang-undang diatas. Adanya jaminan tersebut dapat kita ketahui dari salah satu butir pernyataan Deklarasi Dakkar tentang pendidikan untuk semua, bahwa deklarasi tersebut bertujuan untuk memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak sangat rawan dan kurang beruntung.            Empat tipe gangguan umum yang biasanya dialami oleh anak dalam kegiatan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran sains, yaitu :
A.    Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Visual
Adalah anak-anak yang tidak mampu menggunakan indra penglihatannya untuk mengenali suatu objek. Dengan kata lain anak mengalami kebutuhan pada matanya atau tunanetra. Anak penderita gangguan visual tidak perlu dirujukkan pada suatu kelas khusus, tetapi harus dipikirkan cara menanganinya. Janganlah anak tersebut disisihkan, karena yang bersangkutan tidak mampu mengikuti materi, proses dan sikap sains atau tidak dapat ditumbuhkan kemampuan sainsnya melalui kurikulum sains. Memodifikasi peralatan dan bahan-bahan pembelajaran sains, sehingga anak-anak terganggu visualnya dapat sama-sama mempelajari sains dalam kelas sama seperti anak normal. Dengan memodifikasi alat dan bahan, proses penyerapan informasi, pembentukan sikap dan penanaman nilai dalam aktivitas sains dan kegiatan lainnya dapat dilakukan anak secara efektif. Banyak cara yang dapat ditempuh asalkan disesuaikan dengan karakteristik gangguan visual anak masing-masing.
Anak yang terkena gangguan visual juga perlu diberikan kesempatan dan informasi yang sama, untuk itu perlu juga dikembangkan buku-buku bagi anak yang terkena gangguan visual yang isi pesannya ekuivalen atau sama dengan buku-buku bacaan anak normal. Cara mudah dilakukan adalah dengan audio-tape, yang isinya adalah bacaan buku-buku anak normal. Cara lain atau strategi lain membelajarkan sains pada anak terkena gangguan visual tersebut adalah dengan buku-buku sains braile, tentu untuk cara ini diperuntukkan bagi anak yang telah mampu membaca huruf kata braile.
Optimal atau tidaknya kegiatan pembelajaran sains yang diikuti oleh anak-anak terkena gangguan visual amat tergantung pada kemampuan gurunya. Salah satu persyaratan guru sains agar dapat mengajar anak terkena gangguan visual adalah ia memahami tekhnik-tekhnik multy sensory yang tepat dengan keadaan anak atau yang dapat direspon oleh anak secara efektif.
Sebelum memodifikasi atau mengembangkan pembelajaran sainsnya, hendaklah guru memodifikasi atau mengembangkan pembelajaran sainsnya hendaklah guru berkonsultasi (diskusi) dengan anak itu sendiri (terutama tentang kekurangan dan kelebihannya), dengan para orang tua serta dengan ahli sains atau pengembang sains.
Contoh hasil modivikasi adalah : anak gangguan visual, diktat atau pedoman observasi disajikan melalui rekaman radio kecil yang mudah digunakan. Sehingga anak tidak keliru dalam melakukan proses sains atau mengikuti keterampilan sains. Untuk materi tentang ukuran waktu, panjang, isi, berat dapat disajikan melalui braile.Guru juga pandai memberi ganjaran atau penghargaan (reward) yang tepat pada anak, agar menjadi penguatan bagi anak penderita gangguan visual tersebut dalam mempelajari sains.
B.     Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Pendengaran
Yang terpenting bagi anak terkena gangguan pendengaran adalah mendekatkan apa yang harus mereka dengar dengan jarak kemampuan anak dapat mendengar secara baik.
Karakteristik utama (umum) anak terkena gangguan pendengaran adalah mereka dapat menangkap suatu maksud (pesan/pikiran) dengan baik melalui keterampilan membaca gerak bibir penutur/pembicara atau yang disajikan melalui simbol-simbol lainnya (terutama visual). Guru sebaiknya mengikuti kursus kemampuan bahasa isyarat untuk anak tuli. Kursus dapat dilakukan dirumah sakit, di universitas atau pusat-pusat pelayanan komunikasi untuk anak-anak terkena gangguan (pendengaran)
Penyebab diantaranya ada yang diakibatkan bawaan sejak lahir, akibat penyakit disaluran pendengaran (gendang telinga), infeksi kelenjar telina (amandel), memang lemah pendengaran (adenoid) atau gangguan pendengaran yang bersifat temporal seperti akibat dari demam, penyakit flu atau reaksi suatu alergi tertentu.
Sebagai guru, harus bertindak cepat apabila terdapat anak yang terkena gangguan pendengaran dikelas, atau anak kurang mampu menangkap apa yang disampaikan guru. Karena banyak gangguan pendengaran permanen sifatnya diakibatkan oleh penanganan infeksi disaluran pendengaran yang tidak cepat dan tepat.Demam, penyakit flu, sakit tenggorokan bila dibiarkan secara terus- menerus berpotensial menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran yang permanen.
Kurikulum sains yang ada tidak secara otomatis dapat diterapkan pada anak terkena gangguan pendengaran, tetapi perlu ada penyesuaian-penyesuain agar dapat diadaptasikan, tetapi dengan catatan tidak merubah substansi isi kurikulum sebagaimana kurikulum untik sains untuk anak normal.
Langkah pertama dilakukan penyesuain perilaku dari anak tersebut terhadap aktivitas sains, kemudian dilakukan pemilihan metode yang dianggap paling tetap dan cocok.Cara yang dianggap produktif adalah dengan mengembangkan dan melatih pendekatan multy sesory terhadap anak dalam mempelajari sains.Cara lainnya adalah dengan melalui kegiatan-kegiatan bervariasi.
Pada saat guru menyajikan materi sains atau arahan-arahan, cobalah disamping anak dapat mengamati materi, diupayakan anak dapat menagkap bahasa bibir (gerak bibir) dan ekspresi muka guru saat mempresentasikannya.Akan sangat berguna bagi anak dalam mengkomunikasikan materi sains yang diserapnya pada teman-temannya yang sama-sama terkena gangguan pendengaran.
Yang utama pada anak yang mengalami gangguan pendengaran dalam pembelajaran sains adalah kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan yang bersifat multysensory.Terdapat juga anak yang unggul atau cerdas, maka kepada guru diharuskan memberikan informasi tambahan (pengayaan) kepada mereka semua, sehingga kebutuhannya terpenuhi secara baik.
Perlu disampaikan bahwa pendengaran tidak ada hubungannya dengan kemampuan dasar intelektual seorang anak. Yang terbaik dan terpenting bagi guru justru beranggapan menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada anak agar dapat berprestasi sama seperti anak normal.


C.    Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Fisik (Cacat Tubuh)
Gangguan utama terletatak pada kesulitan melakukan fungsi-fungsi tubuh : seperti memegang objek, bergerak, menghentikan gerakan, perpindahan posisi tubuh dari satu posisi ke posisi lain. Sehingga dalam kelas mungkin anak harus dibantu tongkat berdiri, kursi roda atau peralatan lain sebagai penungkai tubuh atau bagian badan lainnya.
Prinsip pembelajaran adalah guru harus melakukan pendekatan terpadu, disamping dia membantu anak juga menanamkan semangat bahwa anak-anak yang cacat sama hebatnya dengan anak lainnya, ia dapat beraktivitas dan berprestasi. Mereka memiliki keterampilan dan potensi untuk mengisi kehidupannya.
Tugas guru adalah bagaimana menanamkan kepada mereka agar tidak meyesali keadaaannya, tetapi justru menjadi semangat dengan kondisinya itu.Tindakan-tindakan yang harus dilakukan guru adalah berpikir kuat bagaimana mencari cara-cara interaksi alternatif yang tepat sesuai dengan karakteristik cacat tubuh yang dialami anak. Anak harus disadarkan, bahwa perbedaan mereka dengan anak lainnya (normal) sedikit saja, yaitu hanya dalam mobilitas, tetapi dalam potensi dan kapasitas intelektual serta emosionalnya sama saja.
Guru harus memodifikasi setting kelas, misalnya menata tempat duduk, sehingga anak dengan kursi roda mendapat `posisi yang tepat dikelas. Guru juga harus memperhatikan mana anak yang lambat bergerak dan cepat ketika pembelajaran sains dan sebagainya. Secara umum anak-anak akan dapat melakukan pembelajaran sains secara efektif dan produktif jika setiap anak cacat yang ada dikelas telah memiliki (dilengkapi) dengan alat bantu mobilitasnya secara tepat dan sesuai.
Guru yang bijaksana akan banyak memberikan kesempatan pada anak-anak tersebut untuk dapat membangun kemampuannya, baik kemampuan berkomunikasi maupun perasaannya terhadap materi-materi dan fenomena sains. Anak cacat dapat juga diberikan kemampuan praktis untuk bekerjasama atau menolong orang lain, minimum untuk menolong diri sendiri.
Ketepatan guru dalam melakukan interaksi dengan anak cacat, juga akan mengantarkan anak menuju lingkungan kehidupannya menjadi lebih baik. Yang terpenting adalah jangan sampai memunculkan sikap negatif pada anak cacat, berinteraksilah secara positif, sehingga anak cacat dapat berkembang secara positif pula seperti anak normal.
D.    Pembelajaran Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Emosional
Sejumlah anak menunjukkan prilaku yang merusak kemampuannya sendiri, sehingga pengembangan dirinya dan peran sosialnya menjadi terganggu/terhambat oleh prilakunya itu.Diakibatkan oleh banyak faktor. Mereka kurang percaya diri, penyebabnya bisa juga karena mudah takut ( atau malah ditakuti ), sebab lain mungkin karena anak depresi ( tertekan / rendah diri ), atau memang anak punya sikap penentang ( menolak ) atau mungkin karena mereka senang menghabiskan waktu sesuai-sekehendak hatinya. Gangguan tersebut merupakan sebagian alasan mengapa anak tidak dapat beraktivitas secara baik dan wajar dalam pembelajaran sains.Untuk mengetahui penyebabnya secara pasti, yang terbaik anak haruslah dibawa ke psikolog.
Kegiatan-kegiatan sains yang dilakukan oleh anak akan mampu mengontrol luapan emosi pada anak tersebut. Caranya dilakukan anak dengan penuh daya tarik dan mengundang anak untuk memanipulasinya dengan berbagai cara.
Jenis gangguan emosi yang masih dapat dikendalikan dan secara klinis dapat terkontrol melalui aktivitas yang diskenariokan oleh guru. Sedangkan gangguan emosional yang sifatnya tidak terkendali, bahkan akan mengganggu teman-temannya sebaiknya difasilitasi dengan cara lain pula, misalkan tidak pada sekolah yang sama atau dalam beberapa kasus.
Pada dasarnya untuk mengembalikan gangguan emosipada posisi yang normal, setiap anak membutuhkan model, dan model terbaik adalah teman-teman dan guru dikelas itu. Jadi, sebetulnya cara terbaik adalah guru harus hati-hati menyimpulkan tentang perilaku anak, harus hati-hati pula dalam melakukan tindakan-tindakannya. Karena tujuan dari tugas guru adalah mengembalikan anak pada perkembangan dan perolehan pengamalan belajar yang besar dan sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan anak.



DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka Cipta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar