ASESMEN INFORMAL DAN ASESMEN
FORMAL
Cakupan
asesmen amat luas, meliputi berbagai aspek pengetahuan, pemahaman, keterampilan
dan sikap. Berbagai metode dan instrumen, baik formal maupun non formal
digunakan dalam asesmen untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang menyangkut
semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
(Johnson & Johnson, 2002; Gronlund, 2003: Oosterhof, 2003). Asesmen yang
dilakukan selama pembelajaran berlangsung disebut dengan asesmen proses, sedangkan
asesmen yang dilakukan setelah pembelajaran usai dilaksanakan dikenal dengan
istilah asesmen produk. Asesmen proses dibedakan menjadi asesmen proses
informal dan asesmen proses formal.
1.
ASESMEN INFORMAL
Asesmen
informal adalah asesmen yang dibuat dan dikembangkan oleh guru berdasarkan
aspek-aspek perkembangan atau kurikulum yang berkaitan dengan kemampuan belajar
anak. Asesmen informal ini hanya berlaku kasuistis, maksudnya berlaku pada
komunitas anak dimana guru itu membuat dan menerapkan asesmen. Belum tentu
sesuai atau cocok diterapkan pada komunitas anak ditempat lain.
Asesmen
informal bisa berupa komentar komenter guru yang diberikan atau diucapkan selama
proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan seorang
guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik mengajukan
pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik
memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah
melakukan asesmen informal terhadap performansi peserta didik peserta didik
tersebut.
Asesmen informal dilakukan
bukan untuk menentukan ranking peserta didik. Asesmen ini biasanya dilakukan
dengan cara lebih terbuka, seperti kegiatan observasi, inventori, partisipasi,
dan diskusi.
Metode
asesmen informal dilaksanakan lebih spontan dan kurang kentara/terlihat.
Biasanya terjadi
selama proses pembelajaran.
Contoh
metode ini seperti: observasi dan pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan oleh guru
selama proses pembelajaran, dan refleksi siswa. Kebanyakan asesmen yang
digunakan di kelas adalah asesmen informal. Asesmen ini terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung, dan dilakukan secara berkelanjutan.
a.
Tujuan
Asesmen Informal
Asesmen informal dapat digunakan
untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
·
Evaluasi penempatan
(placement evaluatoin);
·
Evaluasi diagnostik dan
perencanaan pengajaran;
·
Evaluasi formatif dan
sumatif.
b.
Strategi
Asesmen Informal
Strategi
Asesmen Informal, mencakup berbagai cara seperti berikut:
·
Observasi
Observasi
adalah metode informal yang paling sering digunakan dalam mengakses kemajuan
perkembangan anak. Ada berbagai macam jenis observasi, antara lain adalah
observasi, antara lain adalah observasi naturalistik (contoh: catatan anekdot,
dan running record) dan observasi terstruktur (contoh: event sampling dan time
sampling).
·
Pengukuran yang dirancang guru
·
Checklis perkembangan
Cheklist/Flowsheet
merupakan salah satu bentuk catatan perkembangan yang berisi hasil observasi
dan tindakan. Flow sheet memungkinkan pendidik
untuk mencatat hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang
yang tidak perlu ditulis secara narative, termasuk data anak.
·
Skala rating
Adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kuantitatif.
·
Rubrik
Rubik merupakan instrument kualitatif yang dapat digunakan dalam menilai
kemajuan siswa atau pekerjaan mereka. Tujuannya adalah untuk menilai pekerjaan
siswa, membedakannya dari instrument seperti ceklis dan skala penilaian.
·
Performansi dan asesmen portofolio
Asesmen
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja yang menyediakan bukti-bukti
kompetensi siswa. Portofolio juga menunjukkan inisiatif, kemampuan dan
keterampilan siswa.
Performansi
adalah cacatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu
atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. (Bernandin & Russell).
Sedangkan yang dimaksud dengan penilaian performansi adalah suatu cara mengukur
kontribusi-kontribusi dari individu-individu anggota organisasi kepada
organisasinya. (Kae E. Chung & Leon C. Megginson).
·
Asesmen bardasarkan teknoogi
c.
Kelebihan
Asesmen Informal
Adapun kelebihan dari asesmen informal adalah sebagai
berikut:
·
Fokus informal asesmen
adalah untuk mendorong para pelajar mengahasilkan pengetahuan;
·
Menurut Piaget melalui
asesmen informal anak-anak membangun pengetahuan.
·
Tujuan evaluasi
informal adalah untuk mengukur perkembangan dalam jangka panjang, secara
perlahan dalam satu periode ketimbang pembelajaran jangka pendek yang diukur
tanpa memperharikan antara hubungan dalam perkembangan.
·
Asesmen informal dapat
diperoleh secara langsung dari guru melalui objektif (tujuan pengejaran),
kurikulum, dan buku-buku teks.
·
Asesmen informal
berkaitan langsung dengan situasi pembelajaran di dalam kelas.
·
Asesmen informal segera
bisa dilaksanakan, ketimbang tes standar butuh waktu yang panajng, bisa lebih
dari dua tahun baru dapat digunakan setelah dikembangkan.
·
Asesmen informal dapat
dihubungkan dengan kebutuhan-kebutuhan diagnostik.
·
Asesmen informal lebih
fleksibel, sedangkan tes standar lebih kaku, semoa objektif yang telah
direncanakan tidak bisa diubah sesuai keperluan pembelajaran di dalam kelas.
d.
Kelemahan
Asesmen Informal
Sedangkan kelemahan dari asesmen informal adalah
sebagai berikut:
·
Asesmen informal rawan
terhadap stabilitas dan ketepatan.
·
Dengan asesmen informal
dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan oleh guru-guru.
·
Kelemahan utama adalah
guru-guru belum siap mengembangkannya dan menggunakannya.
2.
ASESMEN FORMAL
Asesmen formal merupakan suatu teknik
pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam
pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan asesmen proses
informal, asesmen proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan
secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan
peserta didik.
Asesmen formal merupakan standar atau
asesmen yang menggunakan instrumen baku, misalnya WISC (tes kecerdasan), PMC,
Basal Reading Tes Minosetta, dll. Instrumen tersebut telah mengalami
standarisasi melalui eksperimen yang ketat dengan jumlah sampel yang sangat
banyak. Asesmen formal biasanya diwujudkan dengan dokumen
tertulis, seperti tes tertulis dan skor yang diberikan dalam bentuk angka.
Metode asesmen formal direncanakan lebih
bagus dalam pengadministrasiannya. Metode ini kurang spontanitasnya dan
biasanya dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran. Para siswa menyadari atau
mengetahui tentang penggunaan metode asesmen formal ini. Contoh metode ini
diantaranya adalah tes meliputi beberapa bab, ujian final, PR terstruktur dan
sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar