welcome

selamat datang selamat membaca dan semoga bermanfaat

Selasa, 11 Juni 2013

Kondisi Pendukung dan Penghambat Perkembangan Sosial Emosional



BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakan
g  
Semua orang tua atau guru berharap bahwa anaknya atau anak didiknya mampu menguasai atau mengendalikan emosi dan menguasai keterampilan sosial yang memadai sebagai bekal kehidupan mereka. Kompleksitas lingkungan dan perkembangan emosi anak menyebabkan penyediaan kondisi yang menunjang semakin diperlukan. Tetapi sebelum menemukan cara penyediaan kondisi yang ideal untuk perkembangan emosi dan perilaku sosial anak, penting bagi orang tua dan guru mengenali kondisi-kondisinya secara pasti. Kemampuan mengenali kondisi yang menunjang maupun yang menghambat, diharapkan berdampak pada kemapuan memilih kondisi yang sesuai dengan harapan.     
Paparan dari pengenalan dan penelusuran berbagai kondisi yang mempengaruhi anak oleh guru atau orang tua, diharapkan berdampak positif pada upaya pengembangan sosial emosional anak pada tingkatan perkembangan yang diharapkan, yaitu menuju ke kematangan sebagaimana kriteria yang diterapkan dalam standar perkembangannya. Orang tua dan guru wajib memilik berbagai keterampilan untuk menentukan langkah-langkah yang diharapkan kondusif bagi anak dalam mendampingi perkembangan sosial emosionanya.       
B. Masalah
Melihat semua hal yang melatarbelakangi Perkembangan Sosial Emosional Anak maka, saya menarik beberapa masalah dengan berdasarkan kepada.
1.      Kondisi-kondisi apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan social emosional anak?
2.      Bagaimana menciptakan kondisi yang ideal bagi pengembangan social emosional anak?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pendidik dan orang tua agar memahami berbagai kondisi social emosional anak,  dan dapat memberikan pengetahuan kepada anak bagaimana cara bergaul dengan baik kepada orang lain.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah Ini adalah sebagai bahan bacaan agar para orang tua dan pendidik dapat memahami dan mengenali berbagai kondisi social emosinal anak.



BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi Pendukung dan Penghambat Perkembangan Sosial Emosional
A.    BERBAGAI KONDISI YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
Hurlock (1993), dalam mengungkap berbagai kondisi yang mempengaruhi perkembangan social emosional anak menyebutkan tiga kondisi utama berikut ini :
1.      Kondisi Fisik
Apabila kondisi keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan buruk atau perubahan yang berasal dari perkembangan maka mereka akan mengalami emosi yang meninggi. Kondisi-kondisi fisik yang mengganggu adalah sebagai barikut.
a.       Kesehatan yang buruk, disebabkan oleh gizi yang buruk gangguan pencernaan atau penykit. Menurutnya kondisi kesehatan yang buruk pada seseorang akan membuat dirinya menjadi terbatas disbanding dengan orang yang sehat, apalagi jika kondisi tersebut berlangsug lama. Dengan kondisi seperti itu orang tersebut merasa tidak dapat beraktivitas secara penuh maka ia menjadi tertekan, dan akibatnya mudah marah terhadap orang lain. Jika kondisi itu berlanjut terus akan mengakibatkan penolakan sosial dari masyarakatnya.
b.      Kondisi yang merangsang, seperti kaligata atau eksim. Penyakit kulit, termasuk rasa gatal apalagi jika terdapat pada bagian-bagian yang terbuka akan menyebabkan si penderita menutup diri, dan mungkin menjadi minder. Walaupun tidak bisa dikategorikan berdasarkan jenis kelamin,  wanita lebih sensitive. Gatal yang tak henti-henti akan mengakibatkan kejengkelan pada individu dan dapat menimbulkan emosi yang tidak terkontrol, terutama pada saat ingin segera mengakhiri rasa sakitnya. Banyak orang yang terdorong untuk melakukan tindakan irasional, seperti menggunakan dosis obat yang tidak semestinya, mencari cara penyembuhan yng keliru, dan sebagainya.
c.       Setiap gangguan kronis, seperti asma atau penyakit kencing manis. Penyakit kronis kadang membuat individu putus asa sehingga ingin mengakhiri hidupnya. Kadang tindakan mematikan sulit dihindarkan, yaitu pada saat tekanan emosinya sangat kuat hingga terjadilah bunuh diri.
d.      Perubahan kelenjar, terutama pada masa puber. Gangguan kelenjar mungkin juga disebabkan oleh stress emosi yang kronis, misalnya pada kecemasan yang mengambang (free loating anxiety).
2.      Kondisi psikologis
Kondisi psikologis dapat mempengaruhi emosi, antara lain tingkat intelegensi, tingkat aspirasi dan kecemasan.
a.       Perlengkapan intelektual yang buruk. anak yang tingkat intelekttualnya rendah, rata – rata  mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang pandai pada tingkat umur yang sama.
b.      Kegagalan mencapai tingkat aspirasi. kegagaan yang berulang – ulang dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.
c.       Kecemasan setelah pengalaman emosi tertentu yang sangat kuat. sebagai contoh akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam.
3.      Kondisi lingkungan
Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyak pengalaman menggelisahkan yang merngsang anak secara berlebihan akan berpengaruh pada emosi anak.
a.       Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus.
b.      Ketegangan yang berlebihan serta disiplin yang otoriter
c.       Sikap orang tua yag selalu mencemaskan atau terlalu melindungi.
d.      Suasana otoriter di sekolah.
Sedangkan menurut Atang Setiawan (1995), factor penyebab terjadinya gangguan tingkah laku adalah sebagai berikut :
a.      Efek Disiplin Orang tua Yang Terlalu Ketat
Sebagaimana telah dijelaskan, ternyata maksud baik untuk mendisiplinkan seseoran jika dilakuakan dengan cara memaksa dan menekan tidak akan pernah berhasil. Tekanan akan melahirkan tekanan, maksudnya tekanan disiplin akan ditolak dengan tekanan untuk menggelar. Akibatnya peraturan yang telah dibuat menjadi mubazir. Jalan terbaik adalah mengembangkan disiplin dengan penuh pemahaman dan kesadaran serta tanggung jawab.
b.      Hukuman Terhadap respons Sosial yang Kurang Tepat
Hukuman sebetulnya sesuatu yang harus dilakukan pada suatu kesalahan, tetapi bagaimana mengukur, menimbang, dan menentukan bobot dan jenis hukuman merupakan hal yang pelik. Jika jenis hukuman dan cara menghukup keliru, hukuman itu tidak akan mampu memperbaiki perilaku, tetapi justru akan melahirkan pelanggaran baru karena ketidakpuasan pelaksanaan atau penertiban hukum tersebut.
c.       Konsekuensi Pemberian Hadiah Sebagai Ganjaran Bagi Tingkah Laku Yang Mengisolasi Diri dari Orang lain.
Cara ini adalah suatu kekeliruan dalam memahami perilaku yang berguna dan fungsional bgi anak, baik bagi kehidupannya kini maupun esok. Pandangan yang keliru, bahwa diam itu emas, sendiri lebih baik dari bergabung, dan akan mengakibatkan kekeliruan dalam menilai hakiakat sosial dan akan menyertai kekeliruan selanjutnya. Agar tidak keliru, hendaklah pijakan pemberian hadiah diukur dengan cara lain, misalnya prestasi dan keunggulan.
d.      Kurangnya Kesempatan Untuk Belajar dan Melatih Keahlian
Berdasarkan kajian sebelumnya, ternyata emosi dan sosial lebih pada suatu bentuk prilaku yang membutuhkan latihan dan pembiasaan-pembiasaan yang bersifat khusus. Meskipun para ahli menepakati pengaruh bawaan, tetapi efeknya kecil. Jadi, kurangnya latihan akan mengakibatkan hambatan dan gangguan kematangan, srta perkembangan emosi dan sosial. Hendaklah melibatkan secara terarah agar lebih cepat mendapatkan kemampuan mengendalikan diri maupun kebutuhan keterampilan sosial.
e.       Adanya contoh-contoh Tingkah Laku yang Tidak Pantas
Terutama bagi anak yang tinggi kemamapuan imitasi atau meniru, banyak contoh-contoh prilaku yang tidak pantas akan mengakibatkan anak terbiasa terhadap prilaku yang kebenarannya hakiki. Apalagi prilaku yang tampil di masyarakat sering kali dikonsumsi anak tanpa sensor untuk meluruskannya. Akibatnya akan jauh lebih serius.

B. PENCIPTAAN KONDISI IDEAL BAGI PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK
Seperti diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia prasekolah sangat kuat sekali. Pada usia tersebut keadaan emosi anak penuh dengan ketidakseimbangan karena anak-anak mudah ke luar dari fokus,dalam arti bahwa ia gampang terbawa ledakan-ledakan emosi sehingga menjadikan mereka sulit dibimbing dan diarahkan. Berbagai penyebabnya cukup banyak sebagaimana yang telah diuraikan, tetapi penyebabanya cukup banyak sebagaimana yang telah diuraikan, tetapi sebagaian emosi yang kuat pada periode ini dapat disebabkan oleh kelelehan akibat aktivitas fisik maupun psikologi yang terlalu tinggi.
Ciptakan kondisi yang dapat menjamin perkembangan sosial emosional anak secara positif, perkembangan positif dalam konteks perkembangan emosi, maksudnya adalah mampu menciptakan dan menyediakan kondisi yang dapat menjamin terkendalinya ekspresi emosi dari setiap anak sehingga emosi anak terlindungi, lebih stabil, dan seimbang, serta wajar dalam tampilannya. Sedangkan terkait dengan pengembangan dimensi sosial anak, maksudnya adalah mampu memfasilitasi dn menyiapkan kondisi yang dapat membantu anak melakukan interaksi sosial serta meningkatkan keterampilan anak dalam bersosialisasi.
Hal terpenting adalah perkembangan emosi dan sosial anak dapat saling terbangun secara utuh dalam suatu kondisi yang diciptakan seperti disebutkan diatas. Dengan demikian, berbagai keadaan yang dapat merusak perkembangan emosi dan sosial anak dapat dihindarkan. Kondisi yang potensial akan mengganggu dapat ditekan hingga batas minimal atau mungkin dihancurkan.





BAB III
PENUTUP
Kesimpulan : kemampuan mengenali kondisi yang menunjang maupun yang menghambat, diharapkan berdampak pada kemampuan memilihkondisi yang sesuai dengan harapan”.Pengaruh psikologis yang penting adalah : terkait dengan kerja intelegensi, aspirasi, dan kecemasan. Untuk menciptakan kondisi yang ideal pada perkembangan emosional anak adalah yang dapat menjamin perkembangan social emosional anak secara positif terkendalinya ekspresi emosi dari setiap anak sehingga emosi anak terlindungi lebih stabil danseimbang.















DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, Ali. & Rachmawati, Yeni. 2006.Metode Pengembangan Sosial Emosional.Jakarta: Universitas Terbuka
Widia, E. A. 2011. Pengembangan Sosial Emosional, online (http://www.scribd.com/doc/21281354/PENGEMBANGAN-SOSIAL-EMOSIONAL). Diakses 28 september 2011



Tidak ada komentar:

Posting Komentar