STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI
A.
PRINSIP-PRINSIP
PERKEMBANGAN ANAK
Pada umumnya menuntut pendidik yang memiliki kemampuan
profesional, sosial dan pribadi yang baik. Pendidik juga harus mampu menghayati
karakteristik keunikan setiap anak yang ada dalam pengasuhannya. Pengetahuan
tentang karakteristik perkembangan dan cara belajar anak memberikan konstribusi
terhadap pendidik dalam menyelenggarakan pendidikan di taman kanak-kanak. Hal
lain yang perlu dipahami oleh pendidik adalah tentang prinsip-prinsip
perkembangan anak dan karakteristik khusus dalam rentang usia tertentu yang
dimiliki anak akan membantu para pendidik untuk mengenal kebiasaan-kebiasaan
diantara anak. Anak berusia 4 tahun memiliki
karakteristik yang berbeda dengan anak yang berusia 10 tahun.
Pendidik merancang strategi, bahan interaksi, dan
lingkungan belajar yang aman, sehat, menarik, dan menantang anak. Pendidik
dapat merancang lingkungan fisik, menggunakan metode dan menciptakan
kebiasaan-kebiasaan, kegiatan dan penilaian yang lebih baik prinsip-prinsip
perkembangan anak itu adalah:
1.
ANAK BERKEMBANG
SECARA HOLISTIK
Terdapat
hubungan yang sangat erat antara aspek perkembangan :
·
Estesis : Mengapresiasi keindahan gerakan
pemain lain, menyenangi irama `
permainan
·
Afektif : Menunjukkan ketidaksetujuan
terhadap orang luar yang turut campur tangan, menerima kritik dan keluhan
pemain lain, dan mengekspresikan kegembiraan atau kemarahan.
·
Kognitif : Menentukan banyaknya pemain yang
boleh ada diruang atau tempat tertentu, mengingat siapa yang telah mendapat
kartu kuning, menganalisis bagaimana mengatur pihak lawan akan melakukan
penyerangan.
·
Bahasa : Menggunakan kata-kata untuk menjelaskan
peraturan, merespons arahan guru sebagai pelatih.
·
Fisik, dan : Berlari, melempar dan menendang bola
·
Sosial Anak : Bekerja sama mengatur serangan dan
menjaga daerah pertahanan.
Berdasarkan
uraian diatas dapat dikemukakan bahwa aspek perkembanagan yang satu
mempengaruhi aspek lainnya proses sosial membentuk proses kognitif, proses
kognitif meningkatkan kemampuan sosial, proses fisik mempengaruhi bahasa dan
kognisi. Dengan demikian perlu dipahami bahwa ketika kita berfikir tentang anak
sebaiknya diingat bahwa mereka adalah manusia secara keseluruhan
yang semua aspek
perkembanagannya perlu difasilitasi pendidik sehingga mencapai tingkat
perkembangan yang optimal.
Prinsip
perkembangan sebagaimana diuraikan diatas memberikan implikasi sebagai berikut:
v Kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan bagi anak dirancang
sehingga semua aspek perkembangannya dapat dicapai.
v Pendidik hendaknya mempertimbangkan bahan ajar yang
sesuai dengan perkembangan anak.
v Kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan hendaknya dirancang
sehingga anak-anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif
mengembangkan seluruh aspek perkembangannya.
2.
PERKEMBANGAN
TERJADI DALAM URUTAN YANG TERATUR
Perubahan perubahan terjadi secara teratur dalam arah
yang relative dapat diprediksi. Misal, sebelum seorang anak dapat berjalan,
pertama-tama anak belajar mengankat kepalanya, kemudian duduk tegak, merangkak,
berdiri, dan kemudian berdiri tanpa bantuan.
Implikasinya
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Pendidik
hendaknya dalam mengamati dan memahami perkembangan setiap anak secara cermat
sehingga familier dengan uratan perkembangan yang relevan dalam setiap domain.
2.
Pra pendidik
hendaknya menggunakan pengetshuan tentang perkembangan perkembangan anak untuk
menentukan kebutuhan anak secara individual.
3.
Guru hendaknya
menggunakan pemahaman tentang perkembangan anak untuk menentukan pemahaman dan
prilaku baru secara logis dapat meningkatkan kebermaknaannya bagi anak.
3.
PERKEMBANGAN
ANAK BERLANGSUNG PADA TINGKAT YANG BERAGAM
DIDALAM DAN DIANTARA ANAK
Perbedaan
dalam perkembangan berlangsung dalam dua cara yaitu intrapersoanal dan
interpersonal. Variasi intrapersonal misalnya seorang bayi mengalami
pertumbuhan yang sangat pesat dalam aspek fisiknya. Meskipun perkembangan
bahasa juga mengalami kemajuan tetapi relatif lambat.
Variasi
interpersonal, maksudnya anak-anak pada usia yang sama menunjukkan perkembangan
yang berbeda. Contoh pada usia 12 bulan seorang anak sudah dapat berjalan,
tetapi anak lain tertentu pada usia yang sama baru bisa berdiri dengan bantuan
.
4.
PERKEMBANGAN
BARU DIDASARKAN PADA PERKEMBANGAN SEBELUMNYA
Perkembangan
didasarkan pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Kemampuan anak
untuk memahami hal-hal baru didasari oleh kesiapan yang telah ada dalam
dirinya. Implikasinya dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Guru hendaknya berinteraksi dengan anak dan mengamati
mereka untuk menemukan apa yang dapat
mereka ketahui dan apa yang dapat mereka ketahui apa yang dapat mereka lakukan.
b. Guru merencanakan pembelajaran yang didasarkan pada
tingkat pemahaman dan prilaku yang ditunjukkan setiap anak.
c. Perbanyak kesempatan yang dapat dilakukan oleh anak
untuk mengksplorasi dan mempraktekan apa yang telah mereka mempelajari
sebelumnya.
d. Guru membantu anak untuk membuat hubungan antara
pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya dan mendukung perkembangan menuju
konsep atau keterampilan yang lebih kompleks.
5.
PERKEMBANGAN
MEMPUNYAI PENGARUH YANG BERSIFAT KUMULATIF.
Pengalaman yang dilalui seseorang mempunyai pengaruh
positif maupun negative terhadap perkenbangan selanjutnya dan sangat bergantung
pada keadaan.
Menurut Selingman (1995) hal ini tidak hanya
diakibatkan oleh satu atau dua kali kejadian tetapi dari dua pola interaksi
yang sangat lama misalnya, anak-anak yang pada suatu waktu menonton tayangan
kekerasan di televisi tidak akan mengalami kerusakan dalam perkembangan
prilakunya, akan tetapi anak-anak yang meluangkan banyak waktu berjam-jam dan
dalam rentang waktu yang sangat panjang memperhatikan tayangan kekerasan di
televisi akan menunjukkan perilaku agresif dalam interaksi sehari-harinya.
B.
DASAR PEMIKIRAN
PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PADA PERKEMBANGAN
Praktek-preaktek
pembelajaran di Taman Kanak-kanak banyak ditandai dengan pengajaran yang lebih
berorientasi pada guru, pengajaran membaca, menulis dan menghitung secara formal,
serta pemberian lembar kerja dan pekerjaan rumah. Tuntutan orang tua terhadap
pengajaran yang lebih akademik juga telah mendorong praktek-praktek pengajaran
yang lebih akademik juga telah mendorong praktek-praktek pembelajaran seperti
itu.
Kecenderungan
tersebut berkaitan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat bahwa usia dini
adalah masa yang penting, dan intervensi awal dapat memberikan keuntungan yang
lebih besar bagi anak.
Dalam
merespon kondisi seperti diuraikan di atas, National Association of Education
for Young Children (NAEYC) yaitu suatu asosiasi nasional pendidikan anak usia
dini di Amerika pada tahun 1986 mengembangkan makalah posisi yang
mendefinisikan konsep praktik pendidikan yang berorientasi perkembangan atau
Developmentally Appropriate Practice (DAP). Tujuan DAP adalah mengembangkan
kurikulum program pendidikan anak usia dini dari kurikulum yang berorientasi
keterampilan akademik, latihan-latihan dan pendekatan praktis untuk pengajaran,
ke kurikulum yang berorientasi pada perkembangan anak.
1. PENGERTIAN
PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN
Praktek pendidikan yang
berorientasi perkembangan harus mengacu pada tiga hal penting, yaitu : (1)
berorientasi pada usia yang tepat, (2) berorientasi pada individu yang tepat,
dan (3) berorientasi pada konteks sosial budaya.
a. Berorientasi
pada usia
Untuk mengarahkan
pembelajaran dengan usia yang tepat, pertama-tama guru harus melihat apakah
anak-anak menyukai kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak lain seusianya atau
tidak. Selanjutnya pendidik mengembangkan kebiasaan, kegiatan-kegiatan rutin
serta keinginan dan harapan-harapan anak.
b. Berorientasi
pada individu
Semua anak merupakan
pribadi yang unik dalam pola tingkah laku, masa pertumbuhan serta kepribadian
dan gaya belajarnya (Bredekamp, 1987). Perbedaan tersebut harus mejadi
pertimbangan bagi guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan,
berinteraksi dan memenuhi harapan anak.
c. Berorientasi
pada konteks sosial budaya anak
Dalam setiap situasi,
para guru atau praktisi pendidikan anak usia dini harus menghargai anak atau
keluarganya denga mempertimbangkan
konteks sosial budaya dimana mereka tinggal.
Esensi dari
berorientasi pada usia yang tepat, individu yang tepat dan konteks sosial
budaya yang tepat memerlukan usaha yang terencana, matang dan berkelanjutan
oleh praktisi anak usia dini. Dalam kaitannya dengan praktek pembelajaran yang
berorientasi perkembangan National Association of Education for Young Children
(NAEYC) mencontohkan praktek yang tepat dan praktek yang tidak tepat dalam berkomunikasi
dengan orang tua anak. Dalam praktek yang tidak tepat, berkomunikasi dengan
orang tua diperlukan hanya jika ada masalah yang akan dipecahkan, sedangkan
dalam praktek yang tepat, bermitra dengan orang tua diperlukan setiap saat
untuk mendukung perkembangan dan belajar anak.
Hubungan timbal balik
dengan keluarga dalam pembelajaran yang berorientasi perkembangan
Usia anak
|
Praktek yang
tepat
|
Praktek yang
tidak tepat
|
Bayi dan anak
kecil
|
Guru pengasuh
bermitra dengan orang tua berkomunikasi untuk membangun pemahaman bersama dan
percaya serta mendorong kesejahteraan dan perkembangan anak secara optimal.
Pendidik mendengar secara cermat apa yang dikemukakan orang tua, mencoba
untuk memahami tujuan orang tua, menghargai keluarga keluarga dan perbedaan
budaya.
|
Pendidik
berkomunikasi dengan orang tua hanya tentang masalah-masalah atau konflik,
tidak memperhatikan persoalan orang tua, atau menolak persoalan yang sulit
daripada memecahkannya dengan orang tua.
|
3-5 tahun
|
Orang tua
selalu terbuka, dengan program, dan kunjungan rumah yang dilakukan oleh guru.
Kesempatan untuk merencanakan erpartisipasi dengan orang tua. Orang tua
mempunyai kesempatan untuk terlibat dengan cara-cara ysng menyenangkan
seperti observasi, membaca untuk anak, berbagai keterampilan atau hobi.
|
Guru memandang
kunjungan orang tua ke program sebagai suatu pengganggu. Partisipasi orang
tua sangat dibatasi.
|
6-8 tahun
|
pendidik dan
orang tua berbagi keputusan tentang pendidikan anak. Guru mendengarkan orang
tua dan mencoba untuk memahami tujuannya bagi anak. Guru bekerja dengan orang
tua untuk memecahkan masalah atau perbedaan pendapat, menghargai perbedaan
budaya dan keluarga.
|
Personil
sekolah tidak melibatkan orang tua dalam keputusan-keputusan tentang
bagaimana menangani masalah anak atau mendorong mereka untuk belajar. Mereka
melihat orang tua dari pandangan yang negatif, mengeluhkan bahwa orang tua
tidak mempunyai peran dalam meningkatkan kemampuan anaknya.
|
Berdasarkan
tabel di atas dapat dikemukakan bahwa terdapat perbedaan sangat mencolok dalam
pola menjalin pola komunikasi antara program dengan orang tua atau keluarga.
Praktek pembelajaran yang
berorientasi perkembangan menekankan hal-hal sebagai berikut.
1. Anak
secara keseluruhan. Profesional anak usia dini memandang perkembangan dan belajar
anak dari perspektif yang menyeluruh menciptakan kurikulum untuk memenuhi
kebutuhan emosi, kognitif, sosial, fisik dan estetika anak.
2. Mengindividualkan
program untuk memnuhi program dan harapan-harapan secra khusus. Perancanaan dan
pelaksanaan program disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda,
kebermaknaan serta minat anak dalam kelompok.
3. Pentingnya
kegiatan yang diprakarsai anak. Anak-anak adalah pembuat keputusan aktif dalam
proses belajar. Guru harus menerima respon yang ditunjukkan anak secara positif
dan konstruktif.
4. Pentingnay
bermain sebagi wahana untuk belajar. Bermain dapat dilakukan di dalam maupun di
luar ruangan. Melalui bermain anak mengembangkan semua aspek perkembangannya.
5. Fleksibel,
lingkungan kelas yang menstimulasi anak, guru secara aktif harus meningkatkan
belajar anak, menggunakan pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak
langsung secara tepat.
6. Kurikulum
terpadu. Isi bidang dan bidang kurikulum seperti sains, sastra, pengetahuan
sosial diintegrasi dalam suatu konteks kegiatan setiap hari yang dikembangkan
melalui tema-tema yang sesuai dnegan minat dan kebutuhan anak.
7. Belajar
melalui bekerja. Anak-anak mengaitkan pengalamannya secara konkret dengan
bahan-bahan riil. Misalnya anak-anak mengamati dan mengeksplorasi langsung
tanaman yang ada dilingkungan kelasnya.
8. Memberikan
pilihan kepada anak-anak tentang apa dan bagaimana mereka belajar. Para guru
menyediakan berbagai kegiatan dan bahan-bahan yang dapat mereka pilih sendiri
sesuai dengan minat kebutuhannya.
9. Melakukan
pilihan secar kontinu tentang anak-anak secra individual dan program sebagai
suatu keseluruhan.
10. Bermitra
dengan orang tua. Orang tua dipandang sebagai mitra dan pembuat keputusan dalam
proses pendidikan.
Praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran yang meniadakan
prinsip-prinsip sebagaimana diuraikan diatas sering disebut denga praktek yang
tidak berorientasi perkembangan. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
1. Memusatkan
pada aspek-aspek perkembangan dan perkembangan anak yang sifatnya terbatas.
2. Mengharapkan
semua anak untuk mempelajari hal yang sama pada waktu yang sama dan dengan cara
yang sama.
3. Menciptakan
program yang didominasi oleh kegiatan yang berpusat pada guru sehingga peranan
anak menjadi pasif.
4. Memperlakukan
bermain sebagi suatu hal yang tidak dapat diterima untuk mendukung perkembangan
dan belajar anak.
5. Kaku,
lingkungan kelas tidak menarik.
6. Kurikulumnya
disusun dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah.
7. Mengharapkan
anak untuk belajar yang sebagian besar melalui kegiatan mendengar dan mengaitkannya
dalam kegiatan yang bersifat abstrak atau konseptual.
8. Tidak
memberikan kesempatan pada anak untuk membuat pilihan atau untuk berperan dalam
pembuat keputusan yang aktif dalam proses belajar.
9. Menilai
belajar anak secara sporadis dan dengan cara yang tidak berhubungan dengan
pengalaman nyata mereka di dalam kelas.
10. Memperlakukan
orang tua sebagi lawan bukan sebagai mitra kerja.
Jika Anda perhatikan antara praktek pembelajaran yang
berorientasi perkembangan dengan yang tidak berorientasi perkembangan tampak
sangat berlawanan. Dalam pembelajaran beroriantasi perkembangan, guru harus
memberikan dorongan kepada anak untuk dapat melalui setiap tahap
perkembangannya secara bermakna, optimal, dan belajar dalam situasi yang
menyenangkan, atraktif, serta relevan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran
yang berorientasi perkembangan berbeda dengan pembelajaran tradisional yang
lebih didominasi oleh peran guru.
C.
PEMBELAJARAN YANG
BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK
Anak
usia 4-6 tahun memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak usia sebelumnya
atau sesudahnya. Atas dasar itu praktek pembelajaran yang berorientasi
perkembangan untuk anak usia Taman Kanak-kanak harus mengacu pada karakteristik
perkembangan dan belajar anak yang berusia di antara 4-6 tahun. Pada kegiatan
belajar ini kita akan diuraikan tentang prinsip-prinsip pembelajaran yang
berorientasi perkembangan khususnya anak usia Taman Kanak-kanak.
Prinsip-prinsip pembelajaran ini dapat diidentifikasikan dari beberapa dimensi
pembelajaran yang bersangkutan, antara lain dari penciptaan iklim belajar,
lingkungan dan jadwal kegiatan, pengalaman belajar, strategi belajar, motivasi
dan bimbingan, kurikulum dan sistem penilaian.
1. MENCIPTAKAN
IKLIM POSITIF UNTUK BELAJAR
Guru
hendaknya membantu anak-anak belajar membangun hubungan yang positif dan
konstruktif dengan orang dewasa dan anak-anak lainnya, memberikan kesempatan
kepada anak untuk belajar dari orang dewasa dan anak-anak lainnya. Untuk
mengembangkan rasa percaya diri dan perasaan yang positif terhadap belajar,
guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
bermakna dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan belajar.
2. MEMBANTU
KEERATAN KELOMPOK DAN MEMENUHI KEBUTUHAN INDIVIDU
Guru
menggunakan berbagai strategi untuk membantu membangun pemahaman kelompok
sehingga terjalin hubungan yang erat dalam kelompok anak. Melalui prinsip ini
anak juga belajar saling menghormati dan menghargai budayanya masing-masing.
Kegiatan kelompok kecil berguna untuk saling membantu, mengemukakan perasaan
dan gagasan, dan saling menghargai. Anak-anak yang berkebutuhan khusus baik
yang berkaitan dengan aspek fisik misalnya yang mempunyai gangguan pendengaran,
tidak dapat berjalan secara normal, penglihatan yang kurang jelas maupun yang
berkaitan dengan aspek phsikis perlu diintegrasi dengan anak-anak lainnya
sehingga mereka merasa diterima, dan mendapat dukungan dari anak-anak lain.
3. LINGKUNGAN
DAN JADWAL
Guru
perlu merencanakan dan menata lingkungan belajar di dalam maupun di luar kelas
yang dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk berpartisipasi aktif,
mengambil prakarsa dan melakukan eksplorasi aktif terhadap benda-benda yang ada
di lingkungan sekitarnya. Guru perlu menciptakan dan memelihara lingkungan yang
aman, nyaman dan sehat bagi anak disertai dengan melakukan pengawasan yang
tepat terhadap setiap kegiatan yang dilakukan anak, mengantisipasi dan mencegah
terjadinya kecelakaan pada anak.
4. PENGALAMAN
BELAJAR
Guru merencanakan
berbagai pengalaman belajar yang konkret dengan cara menyediakan bahan-bahan
dan peralatan yang relevan dengan pengalaman hidupnya sendiri, membangkitkan
minat, dan mengaitkannya dengan pengalaman belajar.
5. BAHASA
DAN KOMUNIKASI
Aspek-aspek
keterampilan berbahasa harus dikembangkan secara terpadu sehingga anak mampu
mengembangkan keterampilannya secara utuh karena perkembangan bahasa tidak
hanya terbatas pada keterampilan membaca dan menulis saja, tetapi juga mencakup
keterampilan berbicara dan mendengarkan.
6. STRATEGI
MENGAJAR
Guru
mendukung anak-anak dalam kegiatan bermain dan kegiatan-kegiatan lain yang
dipilih anak, memperluas pemikiran anak, belajar dalam kegiatan yang
diprakarsai anak melalui kegiatan pemecahan masalah, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, memberikan informasi, bahan-bahan dan bantuan yang diperlukan
untuk membantu anak-anak mencapai tingkat perkembangan berikutnya.
7. MOTIVASI
DAN BIMBINGAN
Guru
membantu mengembangkan keterampilan sosial, pengendalian diri, dan disiplin
diri pada anak dengan menggunakan teknik bimbingan yang positif, menjadikan
contoh bagi anak dalam melakukan kegiatan.
8. KURIKULUM
Guru
merencanakan dan melaksanakan kurikulum terpadu untuk membantu anak-anak
mencapai tujuan perkembangan dan tujuan belajar yang penting. Isi kurikulum
harus mempertimbangkan kebutuhan, harapan, minat, usia dan konteks pengalaman
anak. Guru merencanakan kurikulum yang memungkinkan anak untuk merespon secara
positif.
Guru
menggunakan berbagai pendekatan serta memberikan kesempatan untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa melalui pengalaman yang bermakna. Anak-anak diberikan
kesempatan untuk melakukan kegiatan mengekspresikan estetika melalui apresiasi
seni dan musik, serta tarian.
9. PENILAIAN
Sasaran
penilaian adalah perkembangan dan belajar anak untuk dijadikan sebagai bahan
dalam merencanakan kurikulum dalam rangka mencapai perkembangan dan kebutuhan
belajar anak secara individual, mengidentivikasi anak yang mempunyai masalah
perkembangan atau belajar secara individual, berkomunikasi dengan orang tua,
serta untuk mengevaluasi efektivitas program.
10. MENGAMATI,
MENCATAT, DAN MELAPORKAN PERKEMBANGAN ANAK
a. Mengamati
dan Mencatat
Sebuah metode yang para
guru ketahui berguna adalah mengamati anak-anak dilingkungan alaminya- rumah,
kelas, dan tempat- tempat terbuka – dan mencata pengamatan mereka. Dengan cara
ini, mereka memperoleh keterangan yang konkrit yang dapat mereka berikan kepada
para orangrua dan rekan- rekan pengajar lainnya. Mengamati adalah proses
memperhatikan seorang anak melakukan kegiatan atau bermain tanpa mencampuri
kegiatan anak tersebut. Mencatat
adalah proses mendokumentasikan kegiatan atau perilaku yang teramati. Walaupun
banyak guru melakukan hal ini dengan sendirinya, sebuah pendekatan yang
sistematis membantu memastikan bahwa anak- anak teramati berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan yang berbeda.
Pengamatan para guru haruslah peka dan
terperinci. Anak- anak kecil seringkali tidak dapat menyatakan dengan kata-
kata apa yang mereka ungkapkan lewat perbuatan. Seorang anak mungkin
mengungkapkan rasa frustasinya dengan membuang kertas kelantai ketika ia tidak
dapat memotong kertas itu dengan gunting.
b. Pedoman
Pengamatan
Untuk
menjadi seorang pengamat, guru harus menyisihkan waktunya untuk mengamati dan
harus mempunyai alat yang tepat untuk mencatat pengamatannya. Tidak ada guru
yang dapat menjadi seorang pengamat yang mutlak obyektif. Meskipun demikian,
para guru harus mencoba menggambarkan secara akurat perilaku- perilaku yang
mereka catat, tanpa penafsiran yang subyektif atau pelabelan. Pengamatan
obyektif tidak meliputi apa yang guru pikir atau rasa terjadi; mereka
menggambarkan apa yang sebenarnya anak lakukan atau ucapkan. Pengamatan obyektif
adalah pernyataan yang berdasarkan fakta. Pengamatan subyektif adalah label,
pendapat, atau keterangan yang dicatat di luar konteks.
c. Teknik-
Teknik Pengamatan Informil
1.
Catatan Anekdot adalah
catatan singkat tentang kejadian- kejadian yang spesifik. Mereka melukiskan
sebuah gambar dengan kata- kata. Mereka memberikan keterangan yang factual
tentang apa yang terjadi, kapan terjadinya, di mana terjadinya, pendorong
terjadinya kegiatan, reaksi anak, dan bagaimana kegiatan selesai. Mereka dapat
mengutip apa yang anak ucapkan dan dapat menggambarkan kualitas perilaku.
2.
Narasi atau Catatan
Harian. Catatan harian atau kesan- kesan tentang kegiatan- kegiatan kelompok
dan perorangan yang dicatat pada akhir kegiatan. Catatan ini cenderung agak
subyektif dan seringkali menangkap sebuah kesan atau suasana hati yang
sekilas,. Namun berguna untuk menelusuri beberapa kesuksesan dan kegagalan dari
kegiatan- kegiatan di hari tersebut.
3.
Pemeriksaan Kesehatan
Harian. Setiap pagi ketika anak- anak memasuki ruangan kelas guru mencatat
keadaan kesehatan mereka.
4.
Daftar Periksa
Pengamatan Guru . Sebuah daftar periksa pengamatan mengenalkan perilaku-
perilaku yang spesifik untuk diamati. Sebuah daftar periksa perkembangan
menyusun proses pengumpulan keterangan secara sistematis tentang tingkatan
seorang anak untuk berfungsi dalam berbagai bidang. Catatan ini mendaftarkan
keahlian- keahlian yang telah disusun sesuai urutan mereka dipelajari. Daftar
periksa ini dapat menilai bidang- bidang seperti motorik halus dan kasar,
kemampuan mengekspresikan dan mengerti bahasa, kepandaian, kemampuan sosial dan
emosional, dan kemampuan menolong diri sendiri. Daftar ini memberikan keterangan
tentang apa yang seorang anak dapat dan tidak dapat lakukan di setiap bidang
perkembangan. Para guru dapat menggunakan keterangan ini untuk membantu
menetapkan sasaran- sasaran untuk seorang anak dan merencanakan kegiatan-
kegiatan yang membantu anak itu berkembang.
5.
Catatan Frekuensi dan
Waktu. Teknik ini membantu seorang guru mengetahui berapa kali sebuah perilaku
muncul. Sebuah perhitungan dilakukan untuk waktu yang ditentukan atau untuk
lamanya sebuah perilaku berlangsung. Catatan- catatan ini dapat digunakan untuk
membantu seorang anak mengurangi atau menghilangkan sebuah perilaku negative.
6.
Portofolio atau Catatan
Kegiatan. Keduanya adalah koleksi kegiatan yang dilakukan seorang anak.
Keduanya dapat terdiri dari gambar- gambar, cerita- cerita yang didiktekan,
usaha- usaha menulis kata dan angka, dan contoh- contoh bahasa yang merupakan
catatan kata- kata yang digunakan seorang anak dalam mengekspresikan pikiran
atau idenya. Sebagai tambahan, foto dapat memberikan gambaran visual seorang
anak melakukan kegiatan. Rekaman kaset dari pembicaraan seorang anak dapat juga
diikutsertakan. Catatan- catatan adalah koleksi tentang perorangan.
7.
Wawancara atau
Percakapan. Anak- anak senang mendiskusikan fikiran, ide, dan kegiatan mereka
dengan orang dewasa jika mereka percaya bahwa orang dewasa tersebut benar-
benar tertarik dan menghargai mereka. Ketika seorang guru mau mendengarkan
seorang anak menggambarkan proyek seni atau menceritakan tentang seorang
saudara sepupu favoritnya, hal ini membuat anak tersebut merasa dihargai dan
membantu guru itu mengenal anak itu lebih baik.
8.
Wawancara tentang
kemampuan baca tulis anak- anak umur lima dan enam tahun seringkali
memperlihatkan tentang pemahaman mereka akan membaca, menulis, dan berbicara,
dan juga kesiapan mereka untuk berinteraksi dengan menggunakan kemampuan
beraksara yang lebih kompleks.
d. Teknik-
Teknik Pencatatan dan Peralatannya
Para
guru menggunakan beberapa teknik untuk mencatat dan mengorganisasi pengamatan
mereka. Satu teknik adalah selalu menyimpan kertas dan pensil di kantong untuk
dapat menangkap sebuah frasa atau menggambarkan kejadian- kejadian penting dari
sebuah interaksi. Lainnya adalah menyimpan kertas dan pensil di ruangan untuk
mencatat keterangan. Ketika semua kegiatan usai, catatan- catatan pendek ini
disalin lebih terperinci ke sebuah buku atau arsip.
e.
Apa yang diamati ?
1.
Dimensi- Dimensi
Perorangan
Mengakomodasikan
aspek- aspek perorangan dari setiap anak adalah sebuah landasan dari pengajaran
yang efektif. Memahami anak secara perorangan membutuhkan pertimbangan-
pertimbangan guru akan dimensi- dimensi berikut :
2.
Budaya dan Keberagaman
Keluarga
Karakteristik
yang paling menonjol dari setiap keluarga adalah budayanya. Budaya banyak
menentukan apa yang para individu pikir dan hargai dan bagaimana mereka
berkelakuan. Anak- anak dibiasakan dalam cara- cara yang konsisten dengan
budaya keluarga.
3.
Umur
Tak
pelak lagi, anak- anak umur tiga tahun bertindak dan berfikir secara berbeda
dengan anak- anak umur empat tahun atau lima tahun. Umur adalah sebuah faktor
penting dalam menentukan kegiatan apa yang diberikan, bagaimana memberikannya,
dan untuk berapa lama.
4.
Tingkat Perkembangan
Didalam
setiap kelompok anak- anak umur tiga tahun ada perbedaan yang besar dalam
kemampuan dan fungsi. Hal yang lebih memusingkan adalah perkembangan anak- anak
seringkali tidak sama : seorang anak bisa lebih maju dalam berbahasa dan
berkomunikasi, tapi lebih lambat dalam kemampuan motorik. Karena itu tidaklah
cukup mempertimbangkan umur kronologis saja : untuk membedakan setiap strategi
pembelajaran, guru- guru juga harus mempertimbangkan tingkat perkembangan anak.
5.
Kepribadian dan Watak
Rangkaian-
rangkaian kesatuan kepribadian dan watak ini meliputi beberapa contoh berikut :
·
Serius / periang
·
Penuh semangat / tenang
·
Terbuka / tertutup
·
Ingin tahu / acuh
·
Santai / tegang
·
Rapi / berantakan
·
Berani / hati- hati
·
Penuh kepercayaan /
ragu- ragu
6.
Kekuatan dan Kebutuhan
Semua
anak mempunyai kekuatan ( apa yang mereka lakukan dengan sangat baik ) dan
kebutuhan ( bantuan yang mereka perlukan untuk dapat melakukan sesuatu dengan
lebih baik ). Kadang- kadang kekuatan dan kebutuhan sangat erat terkait. Guru
yang baik mengembangkan kemampaun dan minat, yang sering kali sama, untuk
membantu anak- anak mengatasi kelemahan mereka.
7.
Konsep Diri
Semua
anak datang ke kelas dengan pengertian akan diri sendiri yang berbeda- beda.
Beberapa merasa tidak mampu, beberapa merasa sangat mampu, dan kebanyakan
berada diantaranya. Terlalu percaya diri, atau menilai terlalu tinggi kemampuan
seseorang untuk menunaikan sebuah tugas adalah sama bermasalahnya dengan
kekurangan percaya diri.
f. Perilaku-
Perilaku yang Diamati
·
Bagaimana seorang anak
bereaksi terhadap hal- hal rutin.
·
Bagaimana seorang anak
bersikap pada saat perpindahan dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya, periode
tenang dan periode aktif, periode kegiatan kelompok dan periode kegiatan
perorangan.
·
Bahan- bahan apa yang
digunakan dan bagaimana menggunakannya.
·
Bagaimana seorang anak
berinteraksi dengan anak- anak lainnya.
·
Bagaimana seorang anak
berinteraksi dengan dengan guru dan orang dewasa.
·
Di mana anak bermain di
ruang kelas.
·
Bagaimana seorang anak
menggunakan bahasa.
·
Bagaimana seorang anak
bergerak.
·
Suasana hati dan watak.
·
Peran anak dalam
kelompok.
g. Menggunakan
Keterangan yang Dikumpulkan Melalui Pengamatan
Adaptasi Perorangan
Satu
tujuan utama mengamati anak adalah untuk mengumpulkan keterangan yang
memungkinkan guru menyusun kegiatan- kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan anak
tersebut.
1.
Mengembangkan Lewat
Minat Untuk seorang anak yang tidak berani mengembangkan khazanah kegiatannya,
guru dapat mengembangkan sebuah kegiatan biasa dengan menyatuka sebuah kegiatan
baru.
2.
Memasangkan dan
Mengelompokkan Anak Piaget berpendapat bahwa anak- anak belajar paling baik
dari temannya. Memasangkan seorang anak yang tidak mengerti sebuah konsep
dengan anak lainnya yang telah mengerti dapat memungkinkan terjadinya
pemahaman.
3.
Memodifikasi Kegiatan
Guru dapat meminta anak- anak bermain dengan bermacam kombinasi dari bahan-
bahan yang sama, bergantung kepada pengetahuan atau tingkat keahlian anak- anak
tersebut.
4.
Menargetkan Kebutuhan
Tertentu Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada seorang anak untuk
berlatih menguasai keahlian tertentu dan tugas yang sulit.
5.
Berkonsultasi dengan
Pihak Lain atau Mengatur Pertemuan
Adalah penting untuk
mendokumentasikan setiap kepedulian dan pertimbangan dan memberitahukannya
kepada keluarga anak. Bersama- sama, guru dan keluarga dapat memutuskan untuk
mencari keterangan lebih banyak. Rekomendasi ini dapat digunakan untuk
menetapkan sasaran khusus dan merencanakan kegiatan perorangan untuk anak
tersebut.
6.
Anak – Anak Cacat
Melibatkan anak- anak
cacat dalam kelas- kelas prasekolah merupakan sebuah pesan yang berarti untuk
masyarakat, bahwa kita menghargai setiap manusia. Semua anak kecil cenderung
mempunyai lebih banyak persamaan dari pada perbedaan, dan dengan dukungan dari
guru dan orang tua, anak- anak cacat dapat tumbuh di sebuah kelas yang
menghargai perorangan dan keunikan setiap anak. Anak- anak yang sedang
berkembanh belajar merangkul teman- temannya dengan kebutuhan khusus lewat
persahabatan, permainan, dan kegiatan.
7.
Cacat Jasmaniah Ruang
kelas mungkin harus dimodifikasi untuk dapat menampuang sebuah kursi roda.
8.
Keterlambatan Berbicara
Gunakan alat bantu visual seperti gambar atau benda asli untuk menyertai
bahasa.
9.
Keterlambatan
Pendengaran Jika anak menggunakan bahasa isyarat, undang seseorang ke kelas
untuk mengajarkan anak- anak isyarat- isyarat sederhana. Gunakan alat bantu
visual seperti gambar, foto atau benda asli.
10.
Penglihatan Lemah atau
Kebutaan Gunakan bahan- bahan yang menarik bagi indera, dan pastikan bahwa
ruang kelas aman untuk pergerakan anak.
·
Keterbelakangan Mental
Bantu anak itu merasa berhasil dengan meyediakan bahan- bahan dan kegiatan-
kegiatan yang sesuai.
·
Kesulitan
Berkonsentrasi Gunakan kalimat- kalimat pendek dan berikan arahan yang jelas.
·
Gangguan Emosi atau
Perilaku Bantu anak tersebut menggunakan kata- kata untuk mengekspresikan
perasaannya dan batasi pilihannya.
h. Melaporkan
Perkembangan Anak ke Keluarga
1. Pertemuan
Orangtua / Guru
Kebanyakan kontak yang dilakukan guru
dengan orangtua bersifat informal. Kontak informal berharga dan memenuhi
kebutuhan baik orangtua maupun staf. Walaupun demikian, pada saat- saat
tertentu pertemuan formal lebih dipilih sebagai alat berkomuniksai. Tujuan
pertemuan ini biasanya adalah untuk memberikan kesempatan kepada guru
mendiskusikan perkembangan anak dan memberikan kesempatan kepada orangtua untuk
berbagi pengamatan, ide, dan kepedulian. Masalah- masalah dapat didiskusikan
dan pemecahan dihasilkan oleh guru dan orangtua bersama- sama.
2. Laporan
Laporan tertulis adalah sebuah cara
formal lain untuk berbagi keterangan dengan keluarga. Laporan ini memberikan
catatan tertulis tentang perkembangan anak, perkembangan keseluruhan, hal- hal
yang disukai,dan gaya berinteraksi. Laporan haruslah menciptakan gambaran anak
di satu hari tertentu.
D.
MERENCANAKAN METODOLOGI
TERPADU
Perencanaan
merupakan bagian penting dari penyusunan dan implementasi metodologi.
Perencanaan memungkinkan lancarnya kerjasama tim pengajar dengan tanpa adanya
gangguan, juga menghilangkan kebingungan tentang tugas dan tanggung jawab. Isi metodologi haruslah datang
dari tiga sumber : pengamatan terhadap tiap – tiap anak, pengetahuan guru
tentang kelas tertentu berdasarkan minat, kelebihan, kebutuhan, katakteristik,
kepentingan dan situasi murid , dan pengetahuan umum guru tentang murid dan
perkembangannya.
1.
Kebutuhan Anak akan
Perencanaan Jangka Panjang dan Jangka Pendek
a.
Pada perencanaan jangka
panjang tim guru harus memperhatikan program belajar dalam satu tahun. Mereka
mendiskusikan apa – apa yang terjadi ketika anak – anak mulai masuk sekolah,
bagaimana mereka bisa merasa diterima dan bagaimana caranya melibatkan keluarga
anak. Diskusi ini hanya membicarakan gambaran umum kegiatan dalam satu tahun.
Tim ini juga meninjau kemajuan murid sebagai bagian dari proses belajar dan
kemudian merencanakan kegiatan yang membimbing murid – murid melalui
tingkatan-tingkatan ini. Perencanaan jangka panjang mengakomodasikan tiap
perubahan penting seperti penyediaan alat luar ruangan baru atau penambahan
staf.
b.
Perencanaan jangka
pendek dilakukan mingguan. Tim pengajar mendiskusikan minat dan masalah yang
dimiliki tiap-tiap murid. Dengan diskusi rutin, tim menentukan proyek baru dan
perubahan yang akan diberlakukan disekolah. Mereka juga menentukan siapa yang akan
bertanggung jawab untuk kegiatan tertentu, pertemuan dn materi yang dibutuhkan.
Mereka juga merencanakan cara terbaik anggota keluarga yang akan
berpartisipasi, memastikan merek siap dan merasa nyaman dengan perannya.
E.
PENTINGNYA RENCANA
TERTULIS
Rencana
mengajar haruslah tertulis. Guru menggunakan metode perencanaan yang
berbeda-beda. Beberapa guru menggunakan kalender. Mengurutkan kegiatan –
kegiatan penting dan bertanggung jawab sepanjang minggu atau bulan, yang lain
menggunakan matriks berisi daftar belajar secara mendatar dan hari – hari dalam
seminggu secara menurun, dengan kegiatan – kegiatan tercantum dalam kotak –
kotak.
Dengan
rencana tertulis, program dapat lebih terstruktur, dengan menandai tambahan –
tambahan dalam kegiatan dan menyimpan data kegiatan. Ini akan membantu mereka
yang akan membantu guru dikelas.
1. Merencanakan
Jadwal Harian
Jadwal yang direncanakan haruslah
jadwal yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Semua jadwal
harus disesuaikan dengan acara khusus seperti wisata keluar atau waktu kunjung
orangtua, suasana hati anak-anak atau bahkan cuaca. Jika satu hari cerah dan
tiga hari hujan, kegiatan diluar ruang harus lebih banyak, mengesampingkan
rencana pelajaran awal. Jadwal yang fleksibel memungkinkan kegiatan berjalan
dengan lancar dan tidak menghambat murid atau memaksa mereka menghentikan suatu
kegiatan yang disenanginya untuk kegiatan yang lain.
2. Waktu
Masuk Kelas dan Sarapan
Sebelum anak – anak
masuk kelas tim pengajar harus sudah menyiapkan apa – apa yang diperlukan. Satu
dari tim pengajar harus ada yang menyambut anak dan anggota keluarga. Karena
murid tidak datang pada saat yang bersamaan, diruang kelas harus tersedia
permainan, buku, krayon warna dan kertas. Sarapan disediakan setelah siap.
Beberapa anak mungkin perlu waktu singkat untuk bermain sebelum mereka sarapan
sampai mereka siap untuk sarapan, sedangkan yang lainnya membereskan mainan
atau menepikannya agar mereka bisa makan bersama.
3. Pertemuan
Pagi Hari
Ini adalah waktu bagi anak-anak
untuk merencanakan apa yang mereka ingin capai dihari itu. Guru memperkenalkan
materi baru, mendiskusikan acara hari itu dan memeriksa tugas yang sedang
berjalan. Bagi anak kelompok usia 3 tahun, kegiatan ini berlangsung singkat,
yaitu tiap murid berkesempatan menyatakan apa yang ingin dikerjakan dan guru
membantu mengingatnya. “ hari ini kita ingin melukis dengan jari “ “ jangan
lupa, kita hari ini akan mengunjungi pemerahan susu,” atau “ kemarin kita
membuat mobil dari karton. Sudah siap untuk mewarnainya ?”
Anak usia 4,5 dan 6 tahun dapat
mendiskusi kan jadwal harian dan ap yang akan dikerjakan dihari itu. Anak 5 dan
tahun mungkin sengaja meninjau jadwal harian yang di pos kan, kalender atau
table cuaca. Kegiatan pagi memberikan kesempatan bagi anak untuk berbagi berita
atau informasi tentang situasi rumah dan lingkungan, musalnya pergi kerumah
keluarga atau rencana liburan. Beberapa kelas untuk anak usia 5 dan 6 tahun
memulai hari dengan permainan matematika , teka-teki atau kegiatan bermain
lain.
4. Pilihan
Kegiatan
Selama dua periode kegiatan kelas,
pagi dan sore hari, anak – anak bekerja sendiri atau dalam kelompok – kelompok
kecil. Guru sebelumnya menempatkan kegiatan khusus dan materi pendukung dalam
area kegiatan. Anak-anak menggunakan bahan yang tersedia dengan kreatif :
mereka membuat permainan sendiri , kartu dll.
Guru berkeliling, memberi komentar
atau bertanya. Anak – anak yang lebih besar dapat melakukan tugas matematika
atau tulis-menulis yang lebih diarah kan oleh guru. Ini juga adalah waktu untuk
meneruskan tugas atau kegiatan khusus, seperti memasak atau menjahit, dengan
dibantu orangtua atau pengunjung lain. Penting bagi guru untuk mengetahui
pilihan yang dibuat anak-anak, kualitas pekerjaan, apakah mereka bekerja
sendiri atau dalam kelompok dan berapa lama mereka mengerjakannya. Kegiatan
anak-anak haruslah menyenangkan dan tidak dikejar waktu ; tugas guru adalah
menyediakan kesempatan belajar yang menantang dan kreatif.
5. Waktu
Kudapan dan Makan Siang
Beberapa guru memilih menyediakan
kudapan yang dapat diambil kapan saja diatas meja. Yng lain memiliki waktu
makan kudapan bersama-sama. Kudapan haruslah merupakan makanan ringan dan
bergizi. Anak – anak dapat bergantian menyediakan kudapan dan membersihkan sisa
kudapan.
Makan siang haruslah memenuhi kebutuhan
gizi anak-anak. Kegiatan ini juga memiliki fungsi sosial dan budaya. Anak-anak
duduk pada meja-meja kecil, belajar makan sendiri, mencoba makanan baru dan
bergantian mengedarkan makanan, sembari terlibat dalam obrolan-obrolan singkat.
Anak-anak juga sebaiknya aktif.
Kegiatan diwaktu makan meliputi menyiapkan perangkat (piring, mangkok, sendok,
garpu, serbet, cangkir atau gelas) untuk membawa makanan ke meja dan
membersihkan meja dsini anak-anak belajar banyak hal, mereka belajar berhitung
dan hubungan satu-satu. Jika menggunakan tatakan piring dengan nama, mereka
belajar mengenali nama. Guru duduk diantara dan makan bersama anak-anak dan
ikut dalam obrolan mereka. Kegiatan ini harusnya menyenangkan dan santai.
Ingat, porsi makan tiap anak berbeda-beda dan juga, mereka makan tidak makan
dalam tempo yang sama. Yang lebih dulu selesai dapat membersihkan sisa
makanannya lalu membaca buku atau bermain sesuatu yang tidak akan mengganggu
yang lain.
6. Menyikat
Gigi
Mendorong anak untuk menyikat gigi
sehabis makan membantu terbentuknya kebiasaan yang sehat. Tiap anak sebaiknya
memiliki sikat gigi sendiri-sendiri, yang dinamai agar tidak saling bertukar.
Penyimpanan yang sedemikian rupa, agar sikat gigi bisa kering dengan sendirinya
dan sikat-sikat tidak saling bersentuhan. Idealnya, tiap anak mempunyai sikat
dan pasta gigi dan gelas kumur masing-masing. Semuanya diberi label nama. Bila
tidak memiliki pasta gigi sendiri, orang dewasalah yang harus mengoleskan pada
pasta gigi agar mulut tabung pasta gigi tidak tersentuh sikat. Ini untuk
menghindari penyebaran kuman. Menyikat gigi haruslah dalam pengawasan orang
dewasa dan dilakukan dalam kelompok kecil
7. Waktu
Kelompok
Tim mengajar dapat mengelompokkan
anak – anak menjadi beberapa grup untuk berbagi pengalaman. Lamanya waktu
ditentukan sesuai dengan usia anak. Anak – anak usia 3 tahun biasanya akan
menjadi gelisah dan tidak bisa diam setelah 10 menit , semntara anak usia 5
tahun ………………… menit. Saat ini adalah waktu untuk permainan kelompok, membacakan
cerita, main jari, bernyanyi, mendiskusikan peristiwa baru, tugas, perencanaan
tim dan bersenang-senang. Guru harus siap mengganti atau memperpendek waktu apabila anak – anak
sudah kelihatan tidak ada minat lagi atau gelisah. Biasakan membacakan cerita
setiap hari pada anak.
8. Waktu
diluar Kelas
Semua anak membutuhkan waktu diluar
kelas, alat-alat seperti seluncuran, memanjat lompat dan sandiwara dapat dibeli
atau dipinjam. Kegiatan ini juga butuh perencanaan. Alat-alat yang bervariasi
juga perlu disediakan. Disini guru memantau anak-anak dalam hal kemampuan
motorik, interaksi sosial dan memahami instruksi.
9. Waktu
Istirahat/Tidur Siang
Kebutuhan tidur anak bersifat
individual. Semua anak membutuhkan waktu tenang. Setelah berkegiatan dikelas,
anak-anak butuh waktu santai dan istirahat, walaupun Cuma sebentar. Mereka yang
istirahat atau tidur siangnya sebentar diperbolehkan bangun dan
melihat-lihat buku, menggambar atau
bermain dengan puzzle atau kegiatan lainnya. Tetapkan aturan agar anak – anak
tau dimana mereka dapat bermain jika mereka tidak ingin tidur. Untuk mereka
yang tidak bisa tenang, staf dapat memainkan music yang menenangkan anak,
membaca cerita dan mengusap punggung anak dan meminta keluarga untuk membawakan
mainan faforit anak.
Seringkali guru mersa khawatir
ketika satu anak bangun dan bermain, yang lainnya akan ikut bangun. Membiarkan
anak memilih dan membantu mereka mengetahui kapan tubuh mereka butuh istirahat
adalah bagian dari belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Kadang kala
anak bangun dan bermain karena tean-teman mereka melakukannya. Disaat yang lain
mereka memilih untuk membaca dalam hati dan memilih beristirahat karena mereka
letih.
F.
Masa Transisi
Masa transisi sering membuat
masalah pada anak-anak dan guru. Transisi sering kali terburu-buru dan
merupakan saat-saat tegang dimana anak-anak pindah dari satu kegiatan ke
kegiatan lain. Transisi dapat diminimalisir dengan jadwal yang fleksibel yang
memungkinkan anak – anak bekerja sesuai kecepatannya masing-masing. Walaupun
guru memiliki jadwal harian, guru tetap harus menyiapkan waktu yang cukup untuk
anak-anak menyelesaikan kegiatan mereka sebelum memulai yang lain. Membiarkan
mereka memilih, menunjukkan apresiasi guru terhadap kerja mereka.
a. Mempersiapkan
Keluarga untuk Masa Prasekolah
Awal tahun ajaran
adalah masa sibuk bagi guru, orangtua dan anak-anak. Tim guru bersiap untuk
memegang tanggung jawab mengasuh anak-anak dan menyiapkan ide-ide untuk
kemajuan tiap individual. Mereka menyiapkan kegiatan yng sesuai dengan usia
anak-anak dan aturan main agar kelas berjalan dengan lancar dan menggembirakan.
Mereka juga menyiapkan metodologi yang mencakup kegiatan individual, dalam grup
yang kecil atau grup yang paling besar
Pihak keluarga memikirkan bagaimana
anak-anak mereka akan ada dalam asuhan orang dewasa lain, mengatur jadwal
mereka dengan jadwal prasekolah, mengenal keluarga lain, dan memahami program
dan persyaratan lainnya.
Perencanaan yang baik diperlukan
agar transisi dari rumah ke prasekolah berjalan dengan baik. Berikut adalah
beberapa pertimbangan dan tahapan.
b. Sebelum
Sekolah dimulai
Jika memungkinkan, penyesuaian dari
rumah kesekolah berlangsung dalam tahapan. Keluarga dan anak sebaiknya juga
mengenal orang-orang, tempat dan kegiatan baru untuk si anak semestinya.
Semakin anak-anak mengenal hal-hal ini, makin mulus proses transisi akan
berlangsung.
Tim guru dapat menggunakan beberapa
pendekatan agar transisi berjalan alami :
·
Kunjungan ke ruang
kelas sebelum program belajar dimulai
·
Kunjungan kerumah
sebagaimana sudah diatur sebeblumnya
·
Waktu bermain dalam
grup yang sudah diatur sebelumnya
·
Acara pertemuan dengan
orangtua untuk membicarakan program tahunan
c. Berpisah
dengan Orangtua
Berpisah dengan orang yang dicintai
adalah rasa takut yang mendasar. Sangat sulit bagi anak untuk meninggalkan
keluarga dan pergi kesekolah. Banyak yang mengalami kesulitan disini. Guru dan
orangtua harus bekerja sama agar anak merasa aman dan nyaman. Strategi yang
baik meliputi :
·
Minta orangtua untuk
tinggal sebentar dengan si anak selagi ia mengenal ruangan kelas dan anak-anak
lain
·
Cari tau mainan
kesukaan anak dan kegiatan yang diminatinya, persiapkan sebelum anak masuk
kelas.
·
Berikan perhatian dan
kasih sayang yang lebih sewaktu mereka menyesuaikan diri
·
Siapkan waktu bagi anak
untuk mengungkapkan perasaan dengan cara menggambar atau bicara dengan orang
dewasa yang dipercaya atau sahabatnya.
·
Dorong anak untuk
membawa mainan atau objek faforit dari rumah yang dapat membantu proses
transisi
Dan
yang terpenting adalah menyediakan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang
untuk semua anak.
d. Komunikasi
dengan Keluarga
Komunikasi sesering mungkin dengan
keluarga adalah bagian penting dari jadwal harian. Jadwalkan waktu untuk
berbicara dengan berkomunikasi dengan pihak keluarga melalui papan pengumuman,
nota, kunjungan kerumah dan pertemuan.
e. Transisi
ke Sekolah Berikutnya
Tim guru harus merencanakan
kegiatan dan diskusi tentang transisi kepada keluarga dan anak-anak.
Guru dan keluarga harus dapat
mempermudah proses transisi dengan :
·
Mengunjungi kelas baru
dan menemui guru baru
·
Menyiapkan bagian
ruangan untuk dijadikan area “ bermain sekolah-sekolahan”
·
Menyiapkan laporan bagi
orangtua untuk diteruskan ke guru berikutnya ( lakukan ini setelah mendapat
persetujuan dari keluarga )
·
Pertemukan guru baru
dengan orangtua anak-anak
·
Mengundang guru baru
untuk mengunjungi ruang kelas prasekolah
G.
MERENCANAKAN
TUGAS-TUGAS TEMATIK
Anak-anak
belajar dan berkembang secara terpadu. Tiap area perkembangan tumbuh dengan
saling mempengaruhi area yang lain. Dalam menggali minatnya, seorang anak
belajar tentang fakta dan menarik kesimpulan tentang informasi yang didapat.
Bisa saja ia menggunakan logika matematis, kemampuan bahasa atau coba-coba
(trial and error) dalam memecahkan masalah. Kemampuan belajar ini tidak
berjalan sendiri-sendiri tetapi terintegrasi.
Riset
terakhir menunjukkan bahwa anak selalu belajar hal baru berkat “ kemmapuan otak
memproses informasi dalam jumlah yang sangat besar, rangsangan pada sensor, emosi
dan kesigapan. “(Fortson dan Reiff).
Perkembangan
otak bergantung pada pengaruh lingkungan. Lingkungan yang memberikan pengalaman
yang kaya dan kompleks “ bersifat kondusif kepada kesigapan mental selama
hidup, pengaruh luar mempengaruhi struktur ikatan dalam otak (brain’s synaptic
organization).”(Restak,R.M.,1984,p.21) berikan kepada anak beragam material dan
kegiatan yang mendorong kreativitas dan mengoptimalkan cara belajar yang
terpadu. Guru yang membantu anak membangun kemampuan kognitif melalui kegiatan
dan tema yang mempengaruhi mereka secara pribadi melihat tingginya motivasi
belajar anak.
Reiff
dan Jackson menunjukkan bahwa “ ketertarikan dan keterlibatan tercipta dengan
menyatukan materi pelajaran dari banyak sumber, menyajikan dengan beragam cara
dan memotivasi anak untuk memberi tanggapan melalui beragam ekspresi”(p.26).
Ruang
kelas tahap demi tahap memiliki pusat kegiatan yang dapat dimodifikasi sesuai
kebutuhan anak. Tim guru atau anak dapat mengambil inisiatif memilih tema atau
proyek. Proyek harus berdasarkan minat yang kuat dari anak-anak. Jika anak
terus menunjukkan minat yang kuat terhadap suatu subjek, proyek berdasarkan
tema/subjek tersebut dapat dibangun atau bahkan diperluas oleh anak dan tim
guru.
a. Bagaimana
Membangun Tugas Tematik
Satu cara yang dapat digunakan
untuk membangun mengembangkan proyek
tematik adalah dengan suatu model yang menanyakan tiga pertanyaan :
a. Apa
yang kita tau ?
b. Apa
yang ingin kita ketahui ?
c. Apa
yang sudah kita pelajari ?
Teknik
ini dikenal sebagai model TIS (KWL model).
1. “T”
untuk kata “tahu”
Mula-mula guru memula sesi diskusi
dengan meminta anak-anak berbagi apa yang mereka ketahui tentang suatu topik.
Misalnya topikmya mengenai sirkus ; guru dapat bertanya “ apa yang kamu ketahui
tentang sirkus ?” atau “ cerita apa yang kamu ketahui tentang sirkus .” guru
menuliskan jawaban murid pada selembar kertas
table yang besar. Jangan lupa menuliskan nama anak disamping komentar
mereka.
2. “I”
untuk kata “ingin tau”
Pertanyaan kedua adalah “ apa yang
kamu ingin ketahui tentang sirkus?” jangan lupa menuliskan jawaban mereka.
Jawaban pertanyaan akan menentukan isi dari tugas tematik. Semua pertanyaan
dituliskan, biarpun kedengaran aneh dan tidak logis. Kemudian guru bertanya, “
bagaimana kita menjawab pertanyaan-pertanyaan ini ?”
Cara mendapatkan informasi yang
bisa didapat dari anak-anak:
a. Melihat
dibuku
b. Bertanya
kepada orangtua
c. Bertanya
kepada ahli
d. Melakukan
eksperimen
e. Berkunjung
kesuatu tempat
f. Rekonstruksi
kejadan atau membuat sendri suatu objek
Guru
kemudian menyusun masukan-masukan dari anak-anak menjadi rencana kegiatan yang
logis :
·
Membaca cerita tentang
materi yang dipelajari
·
Pergi ke perpustakaan
mencari buku tentang materi yang dipelajari
·
Mengundang ahli atau
praktisi untuk datang ke kelas dan membagi pengalaman mereka
·
Membuat permainan
dengan anak-anak memilih sendiri perannya .
3. “S”
untuk “sudah dipelajari “
Komponen trakhir adalah mengundang
pertanyaan “ apa yang sudah kita pelajari ?” . ini berguna untuk mengevaluasi
daya tangkap murid terhadap pelajaran. Proyek ini bisa didokumentasikan dalam
bentuk buku kelas.
H.
Faktor – Faktor yang
Perlu Diperhatikan dalam Perencanaan
a. Perkembangan
anak
Satu sumber untuk merencanakan
kegiatan dan bagaimana mempresentasikannya adalah pengetahuan guru tentang
anak-anak. Topic yang dipilih harus sesuai dengan usia anak, tingkat kemampuan,
budaya, dan karakter grup dapat menjadi kegiatan praskolah yang berhasil dan
menyenangkan.
b. Dimensi
dari Grup
Faktor kedua yang mempengaruhi
perencanaan adalah pengelompokan. Tipe grup adalah unik. Grup dan guru
membentuk komunitas kecil dengan budayanya sendiri. Ide untuk metodologi cara
penyajian harus merespon keinginan grup; apa yang menarik untuk satu grup
mungkin tidak menarik bagi yang lain. Seorang guru harus menyusun proyek untuk
2 minggu.
Kegiatan ini disesuaikan dengan
kemampuan, usia, dan minat anak-anak. Guru dapat mngikutsertakan keinginan
pribadi anak-anak dalam lingkup tema.
c. Belajar
Indvidual
Dengan pengamatan dan berbicara
dengan keluarga, guru mengetahui kelebihan, kebutuhan dan minat anak-anak. Dengan pengetahuan ini guru
dapat memformulasikan tujuan belajar untuk masing-masing murid.
Strategi adalah metode khusus untuk
membantu anak-anak mencapai tujuan. Strategi berdasarkan minat,kelebihan, cara
belajar dan kepribadian anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar