welcome

selamat datang selamat membaca dan semoga bermanfaat

Rabu, 29 Mei 2013

INTERAKSI EDUKATIF



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Dalam proses pembelajaran terpadu terdapat interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, peserta didik dan proses pendidikan yang diberikan saling berhubungan satu sama lain sehingga dibutuhkan keterampilan dasar guru untuk melakukan interaksi edukatif.  Interaksi yang bernilai edukatif, yaitu interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagi mediumnya sehingga interaksi ini merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.
            Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu membutuhkan keterampilan guru dalam mengolah pembelajaran sehingga dapat tersalurkan dengan tepat melalui tema pembelajaran. Dibutuhkannya pengetahuan dasar bagi guru agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan bagi proses pembelajaran sehingga dapat memudahkan baik guru maupun peserta didik menjalankan tugas dan perannya masing-masing.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan interaksi edukatif
2.      Apa saja ciri-ciri interkasi edukatif
3.      Apa prinsip-prinsip interaksi edukatif
4.      Apa kedudukan guru dalam pembelajaran terpadu
5.      Apa kedudukan peserta didik dalam pembelajaran terpadu
6.      Apa keterampilan dasar mengajar yang diperlukan oleh guru


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari interaksi edukatif
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri interkasi edukatif
3.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip interaksi edukatif
4.      Untuk mengetahui kedudukan guru dalam pembelajaran terpadu
5.      Untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam pembelajaran terpadu
6.      Untuk mengetahui keterampilan dasar mengajar yang diperlukan oleh guru

D.    Manfaat
1.      Mengetahui pengertian dari interaksi edukatif
2.      Mengetahui ciri-ciri interkasi edukatif
3.      Mengetahui prinsip-prinsip interaksi edukatif
4.      Mengetahui kedudukan guru dalam pembelajaran terpadu
5.      Mengetahui kedudukan peserta didik dalam pembelajaran terpadu
6.      Mengetahui keterampilan dasar mengajar yang diperlukan oleh guru









BAB II
ISI

A.    INTERAKSI EDUKATIF
1.      Pengertian
Interaksi yang bernilai edukatif, yaitu interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagi mediumnya sehingga interaksi ini merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran terpadu interaksi edukatif terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajran yang telah ditetapkan.

2.      Ciri-ciri Interaksi Edukatif
a.       Interaksi edukatif mempunyai tujuan
Tujuan interaksi edukatif adalah untuk membantu anak didik untuk mencapai suatu perkembangan tertentu.
b.      Interaksi edukatif mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan. Agar dapat mencapai tujuan secara optimal makan dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
c.       Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus. Materi harus didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dan cocok untuk mencapai tujuan. Selain itu juga harus memperhatikan komponen pembelajaran yang lain. Perlu diingat bahwa materi pembelajaran harus sudah siap sebelum interaksi edukatif berlangsung.
d.      Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi bahwa anak didik sebagai sentral maka aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif.
e.       Guru berperan sebagai pembimbing. Guru harus berusaha menghudupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses intaraksi edukatif yang kondusif.
f.       Interaksi edukatif membutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru dan anak didik. Ketaatan pada ketentuan atau tata tertib akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Penyimpangan dari prosedur berarti suati indikator pelanggaran disiplin.
g.      Mempunyai batas waktu. Untuk mencapai tujuan tertentu dalam sistem kelas (kelompok anak didik) batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak dapat ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu untu pencapaiannya.
h.      Diakhiri dengan evaluasi. Dari seluruh kegiatan tersebut masalah evaluasi merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Guru harus melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapi atau tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

3.      Prinsip-prinsip Interaksi Edukatif
Prinsip-prinsip ini diharapkan mampu menjembatani dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi guru dalam kegiatan intaraksi edukatif. Prinsip-prinsip intaraksi edukatif sebagai berikut.
a.       Prinsip motivasi
Motivasi untuk menerima materi pun berbeda-beda. Hal ini perlu disadari guru agar dapat memberikan motivasi yang bervariasi kepada anak didik.
b.      Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki.
Setiap anak didik memiliki latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Penjelasan yang disampaikan guru sebaiknya mengeitkan pengetahuan dan pengalaman anak didik sehingga akan memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengelaman baru bajkan membuat anak mudah memusatkan perhatiannya.
c.       Prinsip mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu.
Titik pusat (fokus) aka membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajr serta aka memberikan arah kepada tujuannya. Tema adalah merupakan titik pusat (fokus) pembelajaran di TK.
d.      Prinsip keterpaduan.
Keterkaitan antara satu tema dengan tema yang lain, atau keterkaitan anatara satu bidang pengembangan dengan bidang pengembangan yang lainnya dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
e.       Prinsip pemecahan masalah yang dihadapi.
Pemecaan masalah dapat mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah dalam belajar. Guru perlu menciptakan suatu masalah untuk melatih anak memecahkan berbagai masalah yang sesuai dengan tema yang dipelajarinya.
f.       Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri.
Lingkungan harus diciptakan untuk menunjang potensi. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada anak untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai informasi. Tugas guru disini adalah memfasilitasinya.
g.      Prinsip belajar sambil bekerja (learning by doing)
Belajar sambil melakukan aktivitas aka lebih banyak memberikan hasil bagi anak didik sebab pemahaman yang didapat anak didik lebih bertahan lama tersimpan dalam diri anak. Menimbulkan kesan yang lebih permanen dalan diri anak didik.
h.      Prinsip hubungan sosial.
Anak juga perlu dilatih bagaimana membina hubungan sosial dengan teman-temannya, dengan guru dan juga dengan orang-orang lain yang terdapat disekolah.
i.        Prinsip perbedaan individual.
Setiap anak didik adalah unik dan berbeda dari aka yang lainnya. Hal ini perlu disadari oleh guru sehingga memudahkan guru untuk melakukan interaksi edukatif dengan setiap anak didik.

B.     KEDUDUKAN GURU DAN ANAK DIDIK
Guru
Anak didik
1.      Sebgai pihak yang mengendalikan, memimpin dan mengarahkan proses pembelajaran.
2.      Disebut sebgai subjek (pelaku-pemegang peranan pertama pembelajaran)
3.      Memiliki tugas tanggung jawab dan inisiatif dalam pembelajaran.
1.      Terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga dituntut keaktifannya.
2.      Disebut sebagai subjek kedua karena pembelajaran tercipta setelah ada beberapa arahan dan masukan dari subjek pertama (guru)
3.      Diperlukan kesediaan dan kesiapan anak didik untuk terciptannya proses pembelajaran.


1.      Kedudukan Guru
Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu (tidak hanya di lembaga pendidikan formal) menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat dan kawan-kawan (syaiful Bhari, 1997;32) seorang guru harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut.
a.       Takwa kepada Allah SWT
Guru tida mungkin mendidik anak didiknya agar bertakwa kepada Tuhan jika dia sendiri tidak bertakwa kepada Tuhan. Guru adalah teladan bagi anak didiknya.
b.      Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperhatikan untuk suatu jabatan.
c.       Sehat Jasmani
Kesehatan jasmani sering kali dijadikan sebgai salah satu syarat bagi mereka yang ingin menjadi guru. Jika guru mempunyai penyakit menular maka akan dapat membahayakan anak-anak didiknya. Selain itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar. Kesehatan badan sangat berpengaruh terhadap semangat bekerja.
d.      Berkelakuan Baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan karena anak-anak bersifat suka meniru.
Guru yang bertanggung jawab menurut Wens Tanlain, dkk. (syaiful Bhari, 1997: 32) memiliki sifat-sifat sebgai berikut.
a.       Menerima dan mematuhi normal, nilai-nilai kemanusiaan.
b.      Memikul tugas mendididk dengan bebas, berani, gembira, dan tugas bukan menjadi beban baginya.
c.       Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya seta akibat-akibat yang akan ditimbulkannya.
d.      Menghargai orang lain.
e.       Bijaksana dan hati-hati (tidak nekat, tidak sembrono dan tidak singkat akal).
f.       Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Guru adalah figuran pemimpin. Tugas guru tidak hanya sebgai suatu profesi tetapi juga sebgai tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.
a.       Tugas Profesi
Tugas ini menuntut guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adlah tugas guru sebgai profesi. Tugas guru sebgai pendidik adalah meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalamm kehidupan demi masa depan anak didik.
b.      Tugas kemanusiaan
Guru harus terlibat dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik sehingga mereka memiliki sifat kesetiakawanan sosial.
c.       Tugas kemasyarakatan
Pada bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila. Tidak dapat dipungkiri bahwa jika guru mendidik anak-anak bangsa maka sama halnya guru mencerdaskan bangsa Indonesia.

2.      Kedudukan Peserta Didik/ Anak Didik
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik merupakan kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi pendidikan. Menurut Sutari Imam Barnadib, Suwarno dan Siti Mechati anak didik memiliki karakteristik sebgai berikut.
a.       Belum memiliki pribadi dewasa sosial sehingga masih menjadi tanggunga jawab pendidik.
b.      Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.
c.       Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, dan biologis (warna kulit, bentuk tubuh) serta perbedaan individual.
Guru perlu memahami karakteristik anak didik tersebut sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif.
C.    KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
Guru TK sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di TK yang menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu juga harus memiliki berbagai keterampilan ini, yang disebut dengan keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu.
1.      Keterampilan Bertanya
Setiap kegiatan pembelajaran guru mengajukan pertanyaan dan kualitas pertanyaan gurumenentukan kualitas jawaban yang diberikan anak didik. Dengan menetapkan keterampilan bertanya yang efektif dan efesien dalam proses pembelajaran guru dapat meningkatkan kemampuan anak didik untuk berfikir, memperoleh dan memperluas pengetahuan, serta meningkatkan motivasi anak didik untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Hal yang mendasari pentingnya keterampilan bertanya yang harus dimiliki oleh seorang guru/calon guru, yaitu:
a.       Telah berakarnya kebiasaan mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang cenderung menempatkan guru sebagai sumber informasi dan anak didik menjadi penerima informasi yang pasif;
b.      Latar belakang kehidupan anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang biasa mengejukan pertanyaan dan mengeluarkan pendapat;
c.       Penggalakan penerapan gagasan, yang menuntut keaktifan anak didik dalam kegiatan pembelajaran;
d.      Pandangan yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar anak.
Tujuan dari keterampilan bertanya dalam kegiatan pembelajaran adalah sebgai berikut.
a.       Memebnagkitkan minat dan rasa ingin tahu anak.
b.      Memusatkan perhatian anak.
c.       Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat anak belajar.
d.      Mengembangkan cara belajar anak dengan aktif.
e.       Memberi kesempatan pada anak untuk mengesimilasi informasi.
f.       Mendorong anak mengemukakan pendapat dan pandagannya dalan diskusi.
g.      Mengukur dan menguji hasil belajar anak.
Keterampilan bertanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a.       Keterampilan bertanya dasar
Komponen-komponennya adalah sebagai berikut.
1)      Pengeungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dipahami anak. Gunakan susunan kata-kata yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan anak sehingga anak akan mudah menemukan jawabannya.
2)      Memberikan acuan yang memungkinkan anak memakai serta mengolah informasi itu untuk menemukan jawaban pertanyaan dan membantu anak tetap mengerahkan pikirannya pada tema pembelajaran.
3)      Memusatkan perhatian, pertanyaan yang diajukan biasanya menggiring pada persoalan atau pokok bahasan.
4)      Pemindahan giliran, cara ini dapat memepertinggi perhatian dan interaksi anaranak didik karena setiap anak didik harus memperhatikan jawaban temannya. Pertanyaan yang diajukan biasanya pertanyaan yang luas yang bisa dijawab oleg beberapa anak.
5)      Penyebaran pertanyaan dilakukan untuk melibatkan anak sebanyak-banyaknya dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan yang diajuakan secara bergilir kepada anak-anak secara acak.
6)      Pemeberian waktu berfikir perlu diberikan beberapa detik agar anak mempunyai kesempatan untuk berfikir sebelum seorang anak diminta untuk menjawabnya.
7)      Pemberian tuntunan dilakukan bila anak tidak bisa atau salah menjawabnya. Tuntunan dapat dilakukan dengan tiga cara lain, a) mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain, b) menyederhanakan pertanyaan, dan c) mengulangi penjelasan sebelum yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut.
b.      Keterampilan bertanya lanjut
Keterampilan bertanya lanjut terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut.
1)      Pertanyaan yang diajukan hendaknya jangan bersifat hafalan saja, tetapi menuntut kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
2)      Pertanyaan hendaknya disusun dari tingkat kognitif yang rendah ke tingkat kognitif yang lebih tinggi.
3)      Gunakan pertanyaan pelacak untuk menggali pikiran dan penguasaan anak didik. Pertanyaan pelacak adalah pertanyaan yang diajukan agar jawaban yang diberikan anak menjadi lebih sempurna. Terdapat 7 teknik pertanyaan pelacak yang dapt digunakan oleh guru, yaitu.
a)      Klarifikasi, yaitu pertanyaan yang meminta anak untuk menjelaskan jawabannya dengan kata-kata lain sehingga jawabannya menjadi lebih baik.
b)      Meminta anak memberikan alasan atau bukti yang menunjang kebenaran pandangan yang diberikan ketika menjawab pertanyaan guru.
c)      Meminta kesepakatan pandangan dengan cara memberi kesempatan kepada anak lainnya untuk menyatakan persetujuan atau penolakan serta memberikan alasan terhadap suatu pandangan yang diampaikan oleh seorang anak.
d)     Meminta ketepatan jawaban dilakukan bila jawaban anak belum tepat. Guru dapat meinta anak untuk meninjau kembali jawabannya.
e)      Meminta jawaban yang lebih relevan agar anak dapat memberi jawaban yang lebih sesuai dengan topik yang dibicarakan.
f)       Meminta contoh dari anak untuk memberikan ilustrasi atau contoh konkret dari jawaban anak yang terlalu luas.
g)      Meminta jawaban yang lebih kompleks.
4)      Meningkatkan interaksi antara guru dan anak didik atau antaranak didik.

2.      Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulang kembali  tingkah laku tersebut. Tujuan pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:
a.       Meningkatkan perhatian anak didik;
b.      Membangkitkan dan memelihara motivasi anak didik;
c.       Memudahkan anak belajar;
d.      Mengontrol dan memodifikasi tingkah laku yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang positif dan produktif.
Penguatan dapat diberikan dalam bentuk berikut.
a.       Verbal, yaitu berupa kata-kata atau kalimat pujian, seperti bagus, tepat sekali, hebat atau “pekerjaanmu rappi sekali”.
b.      Nonverbal, misalnya berupa mimik dan gerakan  badan, bergerak mendekati, dengan sentuhan, anggukan, token (perhatian sesuatu dengan simbol atau benda-benda kecil) dan kegiatan yang menyenagkan.

3.      Keterampilan Mengadakan Variasi
Keterampilan ini diperoleh guru untuk mengatasi kebosanan anak didik. Variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi anak didik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. Manfaat keterampilan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.       Menimbulkan dan meningkatkan perhatian anak.
b.      Memberik kesempatan pada anak untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan eksplorasi tentang hal-hal baru.
c.       Memupuk tingkah laku yang positif bagi guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup.
d.      Memberi kesempatan pada anak untuk memperoleh dan mengikuti kegiatan belajar dengan cara yang disenanginya.
e.       Lebih meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan pembelajaran yang menarik dan terarah.
Keterampilan mengadakan variasi dalam penggunaannya memiliki beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut.
a.       Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan, cocok denan kemampuan anak.
b.      Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak mengganggu perhatian anak didik dan kegiatan pembelajaran.
c.       Komponen dan variasi tertentu memerlukan susunan dan perencanaan yang baik artinya secara eksplisit tercantum dalam perencanaan pembelajaran (SKH).
Komponen-komponen dalam keterampilan mengadakan variasi adalah sebagi berikut.
a.       Variasi dalam gaya mengejar guru
1)      Variasi suara termasuk di dalamnya adalah nada suara, tekanan pada suara atau kata-kata tertentu.
2)      Memusatkan perhatian pada hal-hal yang dianggap penting.
3)      Kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja ketika guru menjelaskan merupakan cara yang baik untuk menarik perhatian.
4)      Mengadakan kontak pandang yang dilakukan ketika guru berbicara atau berinteraksi dengan anak.
5)      Variasi gerak badan dan mimik, variasi dalam ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan badan adalah aspek yang amat penting dalam berkomnikasi.
6)      Pergantian posisi guru dalam mengajar digunakan untuk mempertahankan perhatian anak didik
b.      Variasi dalam penggunaan media dan bahan belajar, meliputi berikut ini.
1)      Variasi alat/bahan yang dapat dilihat
Termasuk ke dalam golongan ini adalah penggunaan benda/objek sederhana, grafik, gambar, film, televisi, dan sumber-sumber di perpustakaan.
2)      Variasi alat/bahan yang dapat didengar
Biasanya suara guru merupaka model komunikasi yang utama dalam pembelajaran. Variasi dapat dilakukan dengan merubah kualitas suara, seperti keras-lemah, tinggi-rendah, cepat-lambat atau variasi kegiatan mendengar suara guru dengan suara-suara lain, seprti alat musik, radio.
3)      Variasi alat/bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
Penggunaan alat/bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi sangat membentu menarik perhatian anak. Alat dan bahan yang dapat digunakan misalnya spesimen (contoh) model, patung, alat mainan, makhluk hidup yang tidak berbahaya.
c.       Variasi pola interaksi dan kegiatan anak
Pola interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan. Sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan atau demonstrasi.

4.      Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pembelajaran dalan tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh anak didik. Kegiatan menjelaskan bertujuan untuk:
a.       Memebimbing anak memahami konsep, hukup, prinsip, atau prosedur;
b.      Membimbing anak manjawab pertanyaan secara bernalar;
c.       Melibatkan anak untuk berfikir;
d.      Mendapat balikan mengenai pemahaman anak;
e.       Membantu anak menghayati beberapa proses penalaran.
Dalam memberikan penjelasan guru perlu memahami prinsip-prinsip berikut ini.
a.       Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah ataupun akhir kegiatan belajar sesuai keperluan.
b.      Penjelasan harus relevan denga tujuan pembelajaran.
c.       Guru dapat memberi penjelasan dengan direncanakan sebelumnya atau bila ada pertanyaan dari anak didik.
d.      Materi yang dijelaskan harus bermakna bagi anak.
e.       Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan anak didik.
Keterampilam menjelaskan terdiri dari berbagai komponen sebagai berikut.
a.       Komponen merencanakan penjelasan, mencakup:
1)      Isi pesan (tema) yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai contoh-contoh;
2)      Penerima pesan harus dipertimbangkan karakteristiknya.
b.      Komponen menyajikan penjelasan yang mencakup:
1)      Kejelasan, yang dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti bahasa yang jelas, berbicara dengan lancar, mendefinisikan istilah-istilah teknis, berhenti sejenak untuk melihat respons anak didik;
2)      Penggunaan contoh dan ilustrasi yabf dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif;
3)      Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara atau mengemukakan tujuan;
4)      Anak diberi kesempatan untuk menunjukkan pemahaman ataupun keraguan ketika penjelasan berlangsung (balikan).


5.      Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interasi tatap muka yang informal dengan tujuan berbagi pengalaman atau informasi. Ciri-ciri diskusi kelompok kecil adalah:
a.       Melibatkan 3 – 9 peserta,
b.      Berlangsung dalam intaraksi tatap muka yang informal (setiap anggota dapat berinteraksi langsung dengan anggota lainnya),
c.       Mempunyai tujuan yang divapai dengan kerja sama antaranggota, dan
d.      Berlangsung menurut proses yang sistematis.
Penggunaan kelompok kecil dalam kegiatan pembelajaran memungkinkan anak:
a.       Berbagi informasi dan pengelaman dalam memecahkan masalah,
b.      Meningkatkan pemahaman,
c.       Meingkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
d.      Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi, serta membina kerja sama dan bertanggung jawab.
Komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh pemimpin diskusi kelompok kecil(guru) adalah:
a.       Memusatkan perhatian anak didik,
b.      Memperjelas masalah atau urun pendapat,
c.       Menganalisis pandangan anak didik,
d.      Meningkatkan partisipasi anak didik,
e.       Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi, dan
f.       Menutup diskusi (merangkum hasil diskusi, tindak lanjut, mengajak peserta untuk menilai hasil diskusi).

6.      Keterampilan Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal guma terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan afektif. Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat:
a.       Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawan dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung;
b.      Menyadari kebutuhan anak;
c.       Memberikan raspon yang efektif terhadap perilaku anak didik.
Komponen keterampilan mengelola kelas yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah sebagi berikut.
a.       Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan belajar yang optimal yang dapat dilakukan dengan cara:
1)      Menunjukkan sikap tanggap,
2)      Membagi perhatian secara visual dan verbal,
3)      Memusatkan perhatian kelompok,
4)      Memberi petunjuk yang jelas,
5)      Menegur secara bijaksana (tegas dan jelas bukan berupa ocehan/peringatan) dan membuat aturan, serta
6)      Memberikan penguatan bila perlu
b.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengemdalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap respons anak didik yang berkelanjutan, seperti adil, menandai, dan menghentikan perilaku yang menyimpang, memberi penguatan.
Beberapa prinsip yang perlu diingat dalam menetapkan katerampilan mengelola kelas, yaitu:
a.       Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar dapat menciptakan iklim kelas yang menyenagkan,
b.      Penggunaan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang anak untuk berfikir,
c.       Penggunaan berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan,
d.      Keluwesan guru dalam melaksanakan tugas perlu ditingkatkan,
e.       Penekanan pada hal-hal yang positif, serta
f.       Pananaman disiplin diri sendiri.

7.      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Mengajar kelompok kecil dan perorangan terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Keterampilan ini memungkinkan guru mengelola kegiatan sseperti ini secara efektif dan efisien serta memainkan perannya sebagai:
a.       Organisator kegiatan pembelajaran,
b.      Sumber informasi bagi anak,
c.       Pendorong bagi anak untuk belajar,
d.      Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi anak,
e.       Pendiagnosis dan pemberi bantuan kepada nak sesuai dengan kebutuhan, serta
f.       Peserta kegiatan mempunyai hak dan kewajiban seperti peserta lainnya.
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan masing-masing memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan anak dan penanganan tugas. Keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam kaitan ini adalah sebagai berikut.
a.       Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, yang dapat ditunjukkan dengan cara:
1)      Kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan anak,
2)      Mendengarkan secara simpati, gagasan yang dikemukakan anak,
3)      Memberi respon positif terhadap gagasan anak,
4)      Membangun hubungan saling percaya,
5)      Menunjukkan kesiapan untuk membantu anak tanpa kecenderungan mendominasi,
6)      Menerima perasaan anak dengan penuh pengertian dan keterbukaan, serta
7)      Mengendalikan situasi agar anak merasa aman.
b.      Keterampilan mengorganisasi, ditampilkan dengan cara:
1)      Memberi orientasi umum,
2)      Memvariasikan kegiatan, membentuk kelompok yang tepat,
3)      Mengkoordinasikan kegiatan, dan
4)      Membagi perhatian, mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesempatan.
c.       Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yang ditampilkan dalam bentuk:
1)      Memberi penguatan yang sesuai,
2)      Mengembankan supervisi proses awal dan proses lanjut, serta
3)      Mengadakan supervisi pemanduan dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan agar, mereka siap mengikuti kegiatan akhir.
d.      Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang meliputi:
1)      Menetapkan tujuan pembelajaran,
2)      Merencanakan kegiatan belajar,
3)      Berperan sebgai penasihat, dan
4)      Membantu anak menilai kemajuannya sendiri.
Dalam menerapkan keterampilan ini guru perlu memperhatikam prinsip-prinsip sebagai berikut.
a)      Variasi pengorganisasian kelas yang disesuaikan dengan tujuan, kemampuan anak, ketersediaan fasilitas, waktu, serta kemampuan guru.
b)      Tidak semua topik dapat disampaikan secara efektif dengan cara ini.
c)      Pengejaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan.
d)     Guru perlu mengenalkan anak didik secara individual.
e)      Dalam kegiatan belajar perorangan anak dapat bekerja secara bebas.

8.      Keterampilan Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untul membantu pemgembangan profesional guru/calon guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. Istilah klinis definisi ini menunjuk kepada unsur-unsur khusus sebagai berikut.
a.       Adanya hubungan tatap muka antara supervisor dan guru.
b.      Fokus pada tingkah laku guru di dalam kelas.
c.       Observasi secara cermat.
d.      Pendeskripsian data sama-sama menilai penilain guru.
e.       Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan guru.
Jadi, fokus supervisi klinis adalah pemanpilan guru secara aktual pada saat mengajar (termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut). Karakteristik supervisi klinis, yaitu sebagai berikut.
a.       Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan pada katerampilan tersebut.
b.      Fungsi utama supervisor adalah mengajar keterampilan-keterampilan kepada guru atau calon guru, yaitu:
1)      Persepsi secara analisis dalam proses pembelajaran;
2)      Menganalisis secara rasional;
3)      Mengembangkan kurikulum, melaksanakan serta mencobanya;
4)      Penampilan mengajar.
c.       Fokus supervisi klinis adalah :
1)      Perbaikan cara mengajar bukan mengubah kepribadian guru,
2)      Perencanaan dan analisis merupakan pegangan,
3)      Isu-isu mengajar,
4)      Analisis yang konstruktif dan memberi penguatan (reinforcement) pada pola-pola yang berhasil,
5)      Didasarkan atas bukti pengamatan.
d.      Siklus dalam merencanakan, mengajar dan menganalisis merupakan suatu kontinuitas dan dibangun atas dasar pengelaman masa lampau.
e.       Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima kondisi dinamis di mana guru dan supervisor merupakan teman sejawat.
f.       Proses supervisi klinis berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya pembelajaran.
g.      Setiap guru mempunyai kebebasan dan tanggung jawan untuk mengemukakan pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkan gaya mengejarnya.
h.      Setiao supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan mengeveluasi cara supervisinya sendiri.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Setiap saat dalam proses pembelajaran dibutuhkan interaksi. Interaksi yang mengandung unsur pendidikan dapat menyempurnakan pembelajaran. Penting bagi setiap guru untuk mengetahui dan menerapkan keterampilan untuk melakukan interaksi edukatif serta mengetahui apa saja peran guru dan peran peserta didik dalam proses pembelajaran terpadu agar hasil yang diharapkan dapat tercapai sesuai harapan.

B.     Saran
      Diharapkan bagi calon guru dan guru dapat mengetahui keterampilan dalam melakukan interaksi edukatif. Tidak hanya mengetahui, tetapi dapat menerapkan keterampilan tersebut dalam pembelajaran terpadu.














DAFTAR PUSTAKA



Aisyah, Siti. 2009. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar