BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran terpadu
terdapat interaksi yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, peserta didik
dan proses pendidikan yang diberikan saling berhubungan satu sama lain sehingga
dibutuhkan keterampilan dasar guru untuk melakukan interaksi edukatif. Interaksi yang bernilai edukatif, yaitu
interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan
perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua
arah dengan sejumlah pengetahuan sebagi mediumnya sehingga interaksi ini
merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu membutuhkan keterampilan guru dalam mengolah pembelajaran sehingga
dapat tersalurkan dengan tepat melalui tema pembelajaran. Dibutuhkannya
pengetahuan dasar bagi guru agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan bagi
proses pembelajaran sehingga dapat memudahkan baik guru maupun peserta didik
menjalankan tugas dan perannya masing-masing.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
interaksi edukatif
2.
Apa saja ciri-ciri interkasi
edukatif
3.
Apa prinsip-prinsip interaksi
edukatif
4.
Apa kedudukan guru dalam
pembelajaran terpadu
5.
Apa kedudukan peserta didik dalam
pembelajaran terpadu
6.
Apa keterampilan dasar mengajar
yang diperlukan oleh guru
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dari
interaksi edukatif
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri interkasi
edukatif
3.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip
interaksi edukatif
4.
Untuk mengetahui kedudukan guru
dalam pembelajaran terpadu
5.
Untuk mengetahui kedudukan
peserta didik dalam pembelajaran terpadu
6.
Untuk mengetahui keterampilan
dasar mengajar yang diperlukan oleh guru
D.
Manfaat
1.
Mengetahui pengertian dari
interaksi edukatif
2. Mengetahui
ciri-ciri interkasi edukatif
3. Mengetahui
prinsip-prinsip interaksi edukatif
4. Mengetahui
kedudukan guru dalam pembelajaran terpadu
5. Mengetahui
kedudukan peserta didik dalam pembelajaran terpadu
6. Mengetahui
keterampilan dasar mengajar yang diperlukan oleh guru
BAB II
ISI
A.
INTERAKSI
EDUKATIF
1.
Pengertian
Interaksi yang bernilai
edukatif, yaitu interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi edukatif harus menggambarkan
hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagi mediumnya sehingga
interaksi ini merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Interaksi edukatif
adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang
berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran terpadu
interaksi edukatif terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajran yang telah
ditetapkan.
2.
Ciri-ciri
Interaksi Edukatif
a. Interaksi
edukatif mempunyai tujuan
Tujuan interaksi
edukatif adalah untuk membantu anak didik untuk mencapai suatu perkembangan
tertentu.
b. Interaksi
edukatif mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan. Agar dapat
mencapai tujuan secara optimal makan dalam melakukan interaksi perlu ada
prosedur atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
c. Interaksi
edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus. Materi harus didesain
sedemikian rupa sehingga sesuai dan cocok untuk mencapai tujuan. Selain itu
juga harus memperhatikan komponen pembelajaran yang lain. Perlu diingat bahwa
materi pembelajaran harus sudah siap sebelum interaksi edukatif berlangsung.
d. Ditandai
dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi bahwa anak didik sebagai
sentral maka aktivitas anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
interaksi edukatif.
e. Guru
berperan sebagai pembimbing. Guru harus berusaha menghudupkan dan memberikan
motivasi agar terjadi proses intaraksi edukatif yang kondusif.
f. Interaksi
edukatif membutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan
sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah
ditaati dengan sadar oleh pihak guru dan anak didik. Ketaatan pada ketentuan
atau tata tertib akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Penyimpangan dari
prosedur berarti suati indikator pelanggaran disiplin.
g. Mempunyai
batas waktu. Untuk mencapai tujuan tertentu dalam sistem kelas (kelompok anak
didik) batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak dapat ditinggalkan.
Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu untu pencapaiannya.
h. Diakhiri
dengan evaluasi. Dari seluruh kegiatan tersebut masalah evaluasi merupakan
bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Guru harus melakukan evaluasi untuk
mengetahui tercapi atau tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
3.
Prinsip-prinsip
Interaksi Edukatif
Prinsip-prinsip ini
diharapkan mampu menjembatani dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi
guru dalam kegiatan intaraksi edukatif. Prinsip-prinsip intaraksi edukatif
sebagai berikut.
a. Prinsip
motivasi
Motivasi untuk menerima
materi pun berbeda-beda. Hal ini perlu disadari guru agar dapat memberikan
motivasi yang bervariasi kepada anak didik.
b. Prinsip
berangkat dari persepsi yang dimiliki.
Setiap anak didik
memiliki latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang berbeda. Penjelasan
yang disampaikan guru sebaiknya mengeitkan pengetahuan dan pengalaman anak
didik sehingga akan memudahkan mereka menanggapi dan memahami pengelaman baru
bajkan membuat anak mudah memusatkan perhatiannya.
c. Prinsip
mengarah pada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu.
Titik pusat (fokus) aka
membatasi keluasan dan kedalaman tujuan belajr serta aka memberikan arah kepada
tujuannya. Tema adalah merupakan titik pusat (fokus) pembelajaran di TK.
d. Prinsip
keterpaduan.
Keterkaitan antara satu
tema dengan tema yang lain, atau keterkaitan anatara satu bidang pengembangan
dengan bidang pengembangan yang lainnya dalam kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
e. Prinsip
pemecahan masalah yang dihadapi.
Pemecaan masalah dapat
mendorong anak didik untuk lebih tegar dalam menghadapi berbagai masalah dalam
belajar. Guru perlu menciptakan suatu masalah untuk melatih anak memecahkan
berbagai masalah yang sesuai dengan tema yang dipelajarinya.
f. Prinsip
mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri.
Lingkungan harus
diciptakan untuk menunjang potensi. Guru sebaiknya memberi kesempatan kepada
anak untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai informasi. Tugas guru disini
adalah memfasilitasinya.
g. Prinsip
belajar sambil bekerja (learning by doing)
Belajar sambil
melakukan aktivitas aka lebih banyak memberikan hasil bagi anak didik sebab
pemahaman yang didapat anak didik lebih bertahan lama tersimpan dalam diri
anak. Menimbulkan kesan yang lebih permanen dalan diri anak didik.
h. Prinsip
hubungan sosial.
Anak juga perlu dilatih
bagaimana membina hubungan sosial dengan teman-temannya, dengan guru dan juga
dengan orang-orang lain yang terdapat disekolah.
i.
Prinsip perbedaan
individual.
Setiap anak didik
adalah unik dan berbeda dari aka yang lainnya. Hal ini perlu disadari oleh guru
sehingga memudahkan guru untuk melakukan interaksi edukatif dengan setiap anak
didik.
B.
KEDUDUKAN
GURU DAN ANAK DIDIK
Guru
|
Anak
didik
|
1. Sebgai
pihak yang mengendalikan, memimpin dan mengarahkan proses pembelajaran.
2. Disebut
sebgai subjek (pelaku-pemegang peranan pertama pembelajaran)
3. Memiliki
tugas tanggung jawab dan inisiatif dalam pembelajaran.
|
1. Terlibat
langsung dalam pembelajaran sehingga dituntut keaktifannya.
2. Disebut
sebagai subjek kedua karena pembelajaran tercipta setelah ada beberapa arahan
dan masukan dari subjek pertama (guru)
3. Diperlukan
kesediaan dan kesiapan anak didik untuk terciptannya proses pembelajaran.
|
1.
Kedudukan
Guru
Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu
(tidak hanya di lembaga pendidikan formal) menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat dan
kawan-kawan (syaiful Bhari, 1997;32) seorang guru harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu sebagai berikut.
a. Takwa
kepada Allah SWT
Guru tida mungkin
mendidik anak didiknya agar bertakwa kepada Tuhan jika dia sendiri tidak
bertakwa kepada Tuhan. Guru adalah teladan bagi anak didiknya.
b. Berilmu
Ijazah bukan
semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya telah mempunyai
ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperhatikan untuk suatu
jabatan.
c. Sehat
Jasmani
Kesehatan jasmani
sering kali dijadikan sebgai salah satu syarat bagi mereka yang ingin menjadi
guru. Jika guru mempunyai penyakit menular maka akan dapat membahayakan
anak-anak didiknya. Selain itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah
dalam mengajar. Kesehatan badan sangat berpengaruh terhadap semangat bekerja.
d. Berkelakuan
Baik
Budi pekerti guru
penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan karena
anak-anak bersifat suka meniru.
Guru
yang bertanggung jawab menurut Wens Tanlain, dkk. (syaiful Bhari, 1997: 32)
memiliki sifat-sifat sebgai berikut.
a. Menerima
dan mematuhi normal, nilai-nilai kemanusiaan.
b. Memikul
tugas mendididk dengan bebas, berani, gembira, dan tugas bukan menjadi beban
baginya.
c. Sadar
akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya seta akibat-akibat yang
akan ditimbulkannya.
d. Menghargai
orang lain.
e. Bijaksana
dan hati-hati (tidak nekat, tidak sembrono dan tidak singkat akal).
f. Takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Guru
adalah figuran pemimpin. Tugas guru tidak hanya sebgai suatu profesi tetapi
juga sebgai tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.
a. Tugas
Profesi
Tugas
ini menuntut guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik
adlah tugas guru sebgai profesi. Tugas guru sebgai pendidik adalah meneruskan
dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai
pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya
dalamm kehidupan demi masa depan anak didik.
b. Tugas
kemanusiaan
Guru
harus terlibat dengan kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru
harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didik sehingga mereka
memiliki sifat kesetiakawanan sosial.
c. Tugas
kemasyarakatan
Pada
bidang ini guru mempunyai tugas mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi
warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila. Tidak dapat dipungkiri bahwa
jika guru mendidik anak-anak bangsa maka sama halnya guru mencerdaskan bangsa
Indonesia.
2.
Kedudukan
Peserta Didik/ Anak Didik
Anak didik adalah
setiap orang yang menerima pengaruh dari seorang atau sekelompok orang yang
menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik merupakan kunci yang menentukan
untuk terjadinya interaksi pendidikan. Menurut Sutari Imam Barnadib, Suwarno
dan Siti Mechati anak didik memiliki karakteristik sebgai berikut.
a. Belum
memiliki pribadi dewasa sosial sehingga masih menjadi tanggunga jawab pendidik.
b. Masih
menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya sehingga masih menjadi
tanggung jawab pendidik.
c. Memiliki
sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu, yaitu
kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara,
anggota tubuh untuk bekerja, latar belakang sosial, dan biologis (warna kulit,
bentuk tubuh) serta perbedaan individual.
Guru
perlu memahami karakteristik anak didik tersebut sehingga mudah melaksanakan
interaksi edukatif.
C.
KETERAMPILAN
DASAR MENGAJAR
Guru
TK sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran di TK yang menggunakan pendekatan pembelajaran
terpadu juga harus memiliki berbagai keterampilan ini, yang disebut dengan
keterampilan dasar mengajar. Keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh
seorang guru, yaitu.
1.
Keterampilan
Bertanya
Setiap kegiatan
pembelajaran guru mengajukan pertanyaan dan kualitas pertanyaan gurumenentukan
kualitas jawaban yang diberikan anak didik. Dengan menetapkan keterampilan
bertanya yang efektif dan efesien dalam proses pembelajaran guru dapat
meningkatkan kemampuan anak didik untuk berfikir, memperoleh dan memperluas
pengetahuan, serta meningkatkan motivasi anak didik untuk terlibat secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
Hal yang mendasari
pentingnya keterampilan bertanya yang harus dimiliki oleh seorang guru/calon
guru, yaitu:
a. Telah
berakarnya kebiasaan mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang cenderung
menempatkan guru sebagai sumber informasi dan anak didik menjadi penerima
informasi yang pasif;
b. Latar
belakang kehidupan anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang
biasa mengejukan pertanyaan dan mengeluarkan pendapat;
c. Penggalakan
penerapan gagasan, yang menuntut keaktifan anak didik dalam kegiatan
pembelajaran;
d. Pandangan
yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar anak.
Tujuan
dari keterampilan bertanya dalam kegiatan pembelajaran adalah sebgai berikut.
a. Memebnagkitkan
minat dan rasa ingin tahu anak.
b. Memusatkan
perhatian anak.
c. Mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat anak belajar.
d. Mengembangkan
cara belajar anak dengan aktif.
e. Memberi
kesempatan pada anak untuk mengesimilasi informasi.
f. Mendorong
anak mengemukakan pendapat dan pandagannya dalan diskusi.
g. Mengukur
dan menguji hasil belajar anak.
Keterampilan
bertanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Keterampilan
bertanya dasar
Komponen-komponennya
adalah sebagai berikut.
1) Pengeungkapan
pertanyaan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dipahami
anak. Gunakan susunan kata-kata yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan
anak sehingga anak akan mudah menemukan jawabannya.
2) Memberikan
acuan yang memungkinkan anak memakai serta mengolah informasi itu untuk
menemukan jawaban pertanyaan dan membantu anak tetap mengerahkan pikirannya
pada tema pembelajaran.
3) Memusatkan
perhatian, pertanyaan yang diajukan biasanya menggiring pada persoalan atau
pokok bahasan.
4) Pemindahan
giliran, cara ini dapat memepertinggi perhatian dan interaksi anaranak didik
karena setiap anak didik harus memperhatikan jawaban temannya. Pertanyaan yang
diajukan biasanya pertanyaan yang luas yang bisa dijawab oleg beberapa anak.
5) Penyebaran
pertanyaan dilakukan untuk melibatkan anak sebanyak-banyaknya dalam kegiatan
pembelajaran. Pertanyaan yang diajuakan secara bergilir kepada anak-anak secara
acak.
6) Pemeberian
waktu berfikir perlu diberikan beberapa detik agar anak mempunyai kesempatan
untuk berfikir sebelum seorang anak diminta untuk menjawabnya.
7) Pemberian
tuntunan dilakukan bila anak tidak bisa atau salah menjawabnya. Tuntunan dapat
dilakukan dengan tiga cara lain, a) mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain,
b) menyederhanakan pertanyaan, dan c) mengulangi penjelasan sebelum yang
berhubungan dengan pertanyaan tersebut.
b. Keterampilan
bertanya lanjut
Keterampilan bertanya
lanjut terdiri dari beberapa komponen sebagai berikut.
1) Pertanyaan
yang diajukan hendaknya jangan bersifat hafalan saja, tetapi menuntut kemampuan
kognitif yang lebih tinggi.
2) Pertanyaan
hendaknya disusun dari tingkat kognitif yang rendah ke tingkat kognitif yang
lebih tinggi.
3) Gunakan
pertanyaan pelacak untuk menggali pikiran dan penguasaan anak didik. Pertanyaan
pelacak adalah pertanyaan yang diajukan agar jawaban yang diberikan anak
menjadi lebih sempurna. Terdapat 7 teknik pertanyaan pelacak yang dapt
digunakan oleh guru, yaitu.
a) Klarifikasi,
yaitu pertanyaan yang meminta anak untuk menjelaskan jawabannya dengan
kata-kata lain sehingga jawabannya menjadi lebih baik.
b) Meminta
anak memberikan alasan atau bukti yang menunjang kebenaran pandangan yang
diberikan ketika menjawab pertanyaan guru.
c) Meminta
kesepakatan pandangan dengan cara memberi kesempatan kepada anak lainnya untuk
menyatakan persetujuan atau penolakan serta memberikan alasan terhadap suatu
pandangan yang diampaikan oleh seorang anak.
d) Meminta
ketepatan jawaban dilakukan bila jawaban anak belum tepat. Guru dapat meinta
anak untuk meninjau kembali jawabannya.
e) Meminta
jawaban yang lebih relevan agar anak dapat memberi jawaban yang lebih sesuai
dengan topik yang dibicarakan.
f) Meminta
contoh dari anak untuk memberikan ilustrasi atau contoh konkret dari jawaban
anak yang terlalu luas.
g) Meminta
jawaban yang lebih kompleks.
4) Meningkatkan
interaksi antara guru dan anak didik atau antaranak didik.
2.
Keterampilan
Memberi Penguatan
Penguatan adalah
respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulang kembali tingkah laku tersebut.
Tujuan pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran, antara lain:
a. Meningkatkan
perhatian anak didik;
b. Membangkitkan
dan memelihara motivasi anak didik;
c. Memudahkan
anak belajar;
d. Mengontrol
dan memodifikasi tingkah laku yang kurang positif serta mendorong munculnya
tingkah laku yang positif dan produktif.
Penguatan
dapat diberikan dalam bentuk berikut.
a. Verbal,
yaitu berupa kata-kata atau kalimat pujian, seperti bagus, tepat sekali, hebat
atau “pekerjaanmu rappi sekali”.
b. Nonverbal,
misalnya berupa mimik dan gerakan badan,
bergerak mendekati, dengan sentuhan, anggukan, token (perhatian sesuatu dengan
simbol atau benda-benda kecil) dan kegiatan yang menyenagkan.
3.
Keterampilan
Mengadakan Variasi
Keterampilan ini
diperoleh guru untuk mengatasi kebosanan anak didik. Variasi dalam kegiatan
pembelajaran adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi anak didik serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Manfaat keterampilan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a. Menimbulkan
dan meningkatkan perhatian anak.
b. Memberik
kesempatan pada anak untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan eksplorasi tentang
hal-hal baru.
c. Memupuk
tingkah laku yang positif bagi guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar
yang lebih hidup.
d. Memberi
kesempatan pada anak untuk memperoleh dan mengikuti kegiatan belajar dengan
cara yang disenanginya.
e. Lebih
meningkatkan keterlibatan anak dalam kegiatan pembelajaran yang menarik dan
terarah.
Keterampilan
mengadakan variasi dalam penggunaannya memiliki beberapa prinsip, yaitu sebagai
berikut.
a. Variasi
hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan, cocok denan
kemampuan anak.
b. Variasi
harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak mengganggu
perhatian anak didik dan kegiatan pembelajaran.
c. Komponen
dan variasi tertentu memerlukan susunan dan perencanaan yang baik artinya
secara eksplisit tercantum dalam perencanaan pembelajaran (SKH).
Komponen-komponen
dalam keterampilan mengadakan variasi adalah sebagi berikut.
a. Variasi
dalam gaya mengejar guru
1) Variasi
suara termasuk di dalamnya adalah nada suara, tekanan pada suara atau kata-kata
tertentu.
2) Memusatkan
perhatian pada hal-hal yang dianggap penting.
3) Kesenyapan
yang tiba-tiba yang disengaja ketika guru menjelaskan merupakan cara yang baik
untuk menarik perhatian.
4) Mengadakan
kontak pandang yang dilakukan ketika guru berbicara atau berinteraksi dengan
anak.
5) Variasi
gerak badan dan mimik, variasi dalam ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan
badan adalah aspek yang amat penting dalam berkomnikasi.
6) Pergantian
posisi guru dalam mengajar digunakan untuk mempertahankan perhatian anak didik
b. Variasi
dalam penggunaan media dan bahan belajar, meliputi berikut ini.
1) Variasi
alat/bahan yang dapat dilihat
Termasuk ke dalam
golongan ini adalah penggunaan benda/objek sederhana, grafik, gambar, film,
televisi, dan sumber-sumber di perpustakaan.
2) Variasi
alat/bahan yang dapat didengar
Biasanya suara guru
merupaka model komunikasi yang utama dalam pembelajaran. Variasi dapat
dilakukan dengan merubah kualitas suara, seperti keras-lemah, tinggi-rendah,
cepat-lambat atau variasi kegiatan mendengar suara guru dengan suara-suara
lain, seprti alat musik, radio.
3) Variasi
alat/bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi
Penggunaan alat/bahan
yang dapat diraba dan dimanipulasi sangat membentu menarik perhatian anak. Alat
dan bahan yang dapat digunakan misalnya spesimen (contoh) model, patung, alat
mainan, makhluk hidup yang tidak berbahaya.
c. Variasi
pola interaksi dan kegiatan anak
Pola interaksi dapat
berbentuk klasikal, kelompok, dan perorangan sesuai dengan keperluan. Sedangkan
variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi,
latihan atau demonstrasi.
4.
Keterampilan
Menjelaskan
Menjelaskan berarti
mengorganisasikan materi pembelajaran dalan tata urutan yang terencana secara
sistematis sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh anak didik. Kegiatan
menjelaskan bertujuan untuk:
a. Memebimbing
anak memahami konsep, hukup, prinsip, atau prosedur;
b. Membimbing
anak manjawab pertanyaan secara bernalar;
c. Melibatkan
anak untuk berfikir;
d. Mendapat
balikan mengenai pemahaman anak;
e. Membantu
anak menghayati beberapa proses penalaran.
Dalam
memberikan penjelasan guru perlu memahami prinsip-prinsip berikut ini.
a. Penjelasan
dapat diberikan di awal, tengah ataupun akhir kegiatan belajar sesuai
keperluan.
b. Penjelasan
harus relevan denga tujuan pembelajaran.
c. Guru
dapat memberi penjelasan dengan direncanakan sebelumnya atau bila ada
pertanyaan dari anak didik.
d. Materi
yang dijelaskan harus bermakna bagi anak.
e. Penjelasan
harus sesuai dengan latar belakang dan kemampuan anak didik.
Keterampilam
menjelaskan terdiri dari berbagai komponen sebagai berikut.
a. Komponen
merencanakan penjelasan, mencakup:
1) Isi
pesan (tema) yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai contoh-contoh;
2) Penerima
pesan harus dipertimbangkan karakteristiknya.
b. Komponen
menyajikan penjelasan yang mencakup:
1) Kejelasan,
yang dapat dicapai dengan berbagai cara, seperti bahasa yang jelas, berbicara
dengan lancar, mendefinisikan istilah-istilah teknis, berhenti sejenak untuk
melihat respons anak didik;
2) Penggunaan
contoh dan ilustrasi yabf dapat mengikuti pola induktif atau pola deduktif;
3) Pemberian
tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara: penekanan suara atau
mengemukakan tujuan;
4) Anak
diberi kesempatan untuk menunjukkan pemahaman ataupun keraguan ketika
penjelasan berlangsung (balikan).
5.
Keterampilan
Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah
suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interasi tatap
muka yang informal dengan tujuan berbagi pengalaman atau informasi. Ciri-ciri
diskusi kelompok kecil adalah:
a. Melibatkan
3 – 9 peserta,
b. Berlangsung
dalam intaraksi tatap muka yang informal (setiap anggota dapat berinteraksi
langsung dengan anggota lainnya),
c. Mempunyai
tujuan yang divapai dengan kerja sama antaranggota, dan
d. Berlangsung
menurut proses yang sistematis.
Penggunaan
kelompok kecil dalam kegiatan pembelajaran memungkinkan anak:
a. Berbagi
informasi dan pengelaman dalam memecahkan masalah,
b. Meningkatkan
pemahaman,
c. Meingkatkan
keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan,
d. Mengembangkan
kemampuan berfikir dan berkomunikasi, serta membina kerja sama dan bertanggung
jawab.
Komponen
keterampilan yang perlu dimiliki oleh pemimpin diskusi kelompok kecil(guru)
adalah:
a. Memusatkan
perhatian anak didik,
b. Memperjelas
masalah atau urun pendapat,
c. Menganalisis
pandangan anak didik,
d. Meningkatkan
partisipasi anak didik,
e. Memberikan
kesempatan untuk berpartisipasi, dan
f. Menutup
diskusi (merangkum hasil diskusi, tindak lanjut, mengajak peserta untuk menilai
hasil diskusi).
6.
Keterampilan
Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola
kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal guma terjadinya proses pembelajaran yang selalu serasi dan afektif.
Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat:
a. Mendorong
anak didik mengembangkan tanggung jawan dalam berperilaku yang sesuai dengan
tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung;
b. Menyadari
kebutuhan anak;
c. Memberikan
raspon yang efektif terhadap perilaku anak didik.
Komponen
keterampilan mengelola kelas yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
sebagi berikut.
a. Keterampilan
yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan belajar yang optimal yang
dapat dilakukan dengan cara:
1) Menunjukkan
sikap tanggap,
2) Membagi
perhatian secara visual dan verbal,
3) Memusatkan
perhatian kelompok,
4) Memberi
petunjuk yang jelas,
5) Menegur
secara bijaksana (tegas dan jelas bukan berupa ocehan/peringatan) dan membuat
aturan, serta
6) Memberikan
penguatan bila perlu
b. Keterampilan
yang berhubungan dengan pengemdalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan
ini berkaitan dengan respons guru terhadap respons anak didik yang
berkelanjutan, seperti adil, menandai, dan menghentikan perilaku yang
menyimpang, memberi penguatan.
Beberapa
prinsip yang perlu diingat dalam menetapkan katerampilan mengelola kelas, yaitu:
a. Kehangatan
dan keantusiasan dalam mengajar dapat menciptakan iklim kelas yang menyenagkan,
b. Penggunaan
kata-kata atau tindakan yang dapat menantang anak untuk berfikir,
c. Penggunaan
berbagai variasi yang dapat menghilangkan kebosanan,
d. Keluwesan
guru dalam melaksanakan tugas perlu ditingkatkan,
e. Penekanan
pada hal-hal yang positif, serta
f. Pananaman
disiplin diri sendiri.
7.
Keterampilan
Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Mengajar kelompok kecil
dan perorangan terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Keterampilan ini
memungkinkan guru mengelola kegiatan sseperti ini secara efektif dan efisien
serta memainkan perannya sebagai:
a. Organisator
kegiatan pembelajaran,
b. Sumber
informasi bagi anak,
c. Pendorong
bagi anak untuk belajar,
d. Penyedia
materi dan kesempatan belajar bagi anak,
e. Pendiagnosis
dan pemberi bantuan kepada nak sesuai dengan kebutuhan, serta
f. Peserta
kegiatan mempunyai hak dan kewajiban seperti peserta lainnya.
Pengajaran
kelompok kecil dan perorangan masing-masing memerlukan keterampilan yang
berkaitan dengan penanganan anak dan penanganan tugas. Keterampilan yang perlu
dikuasai guru dalam kaitan ini adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan
mengadakan pendekatan secara pribadi, yang dapat ditunjukkan dengan cara:
1) Kehangatan
dan kepekaan terhadap kebutuhan anak,
2) Mendengarkan
secara simpati, gagasan yang dikemukakan anak,
3) Memberi
respon positif terhadap gagasan anak,
4) Membangun
hubungan saling percaya,
5) Menunjukkan
kesiapan untuk membantu anak tanpa kecenderungan mendominasi,
6) Menerima
perasaan anak dengan penuh pengertian dan keterbukaan, serta
7) Mengendalikan
situasi agar anak merasa aman.
b. Keterampilan
mengorganisasi, ditampilkan dengan cara:
1) Memberi
orientasi umum,
2) Memvariasikan
kegiatan, membentuk kelompok yang tepat,
3) Mengkoordinasikan
kegiatan, dan
4) Membagi
perhatian, mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesempatan.
c. Keterampilan
membimbing dan memudahkan belajar, yang ditampilkan dalam bentuk:
1) Memberi
penguatan yang sesuai,
2) Mengembankan
supervisi proses awal dan proses lanjut, serta
3) Mengadakan
supervisi pemanduan dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan agar,
mereka siap mengikuti kegiatan akhir.
d. Keterampilan
merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang meliputi:
1) Menetapkan
tujuan pembelajaran,
2) Merencanakan
kegiatan belajar,
3) Berperan
sebgai penasihat, dan
4) Membantu
anak menilai kemajuannya sendiri.
Dalam
menerapkan keterampilan ini guru perlu memperhatikam prinsip-prinsip sebagai
berikut.
a) Variasi
pengorganisasian kelas yang disesuaikan dengan tujuan, kemampuan anak, ketersediaan
fasilitas, waktu, serta kemampuan guru.
b) Tidak
semua topik dapat disampaikan secara efektif dengan cara ini.
c) Pengejaran
kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa
rangkuman, pemantapan, kesepakatan, laporan.
d) Guru
perlu mengenalkan anak didik secara individual.
e) Dalam
kegiatan belajar perorangan anak dapat bekerja secara bebas.
8.
Keterampilan
Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah
suatu proses bimbingan yang bertujuan untul membantu pemgembangan profesional guru/calon
guru khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan analisis data secara
teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar
tersebut. Istilah klinis definisi ini menunjuk kepada unsur-unsur khusus
sebagai berikut.
a. Adanya
hubungan tatap muka antara supervisor dan guru.
b. Fokus
pada tingkah laku guru di dalam kelas.
c. Observasi
secara cermat.
d. Pendeskripsian
data sama-sama menilai penilain guru.
e. Fokus
observasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan guru.
Jadi,
fokus supervisi klinis adalah pemanpilan guru secara aktual pada saat mengajar
(termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses
supervisi tersebut). Karakteristik supervisi klinis, yaitu sebagai berikut.
a. Perbaikan
dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan
bertingkah laku berdasarkan pada katerampilan tersebut.
b. Fungsi
utama supervisor adalah mengajar keterampilan-keterampilan kepada guru atau
calon guru, yaitu:
1) Persepsi
secara analisis dalam proses pembelajaran;
2) Menganalisis
secara rasional;
3) Mengembangkan
kurikulum, melaksanakan serta mencobanya;
4) Penampilan
mengajar.
c. Fokus
supervisi klinis adalah :
1) Perbaikan
cara mengajar bukan mengubah kepribadian guru,
2) Perencanaan
dan analisis merupakan pegangan,
3) Isu-isu
mengajar,
4) Analisis
yang konstruktif dan memberi penguatan (reinforcement)
pada pola-pola yang berhasil,
5) Didasarkan
atas bukti pengamatan.
d. Siklus
dalam merencanakan, mengajar dan menganalisis merupakan suatu kontinuitas dan
dibangun atas dasar pengelaman masa lampau.
e. Supervisi
klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima kondisi dinamis di mana guru
dan supervisor merupakan teman sejawat.
f. Proses
supervisi klinis berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya
pembelajaran.
g. Setiap
guru mempunyai kebebasan dan tanggung jawan untuk mengemukakan pokok-pokok
persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkan gaya
mengejarnya.
h. Setiao
supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan
mengeveluasi cara supervisinya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap saat dalam proses pembelajaran
dibutuhkan interaksi. Interaksi yang mengandung unsur pendidikan dapat
menyempurnakan pembelajaran. Penting bagi setiap guru untuk mengetahui dan
menerapkan keterampilan untuk melakukan interaksi edukatif serta mengetahui apa
saja peran guru dan peran peserta didik dalam proses pembelajaran terpadu agar
hasil yang diharapkan dapat tercapai sesuai harapan.
B. Saran
Diharapkan bagi calon guru dan guru dapat
mengetahui keterampilan dalam melakukan interaksi edukatif. Tidak hanya
mengetahui, tetapi dapat menerapkan keterampilan tersebut dalam pembelajaran
terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2009. Pembelajaran Terpadu. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar