PENGEMBANGAN FISIK
MOTORIK MELALUI PERMAINAN KREATIF
- Pengertian Permainan Kreatif
Istilah
permainan kreatif sebenarnya tidak mengacu pada tipe permainan, tetapi pada
pendekatan pembelajaran yang digunakan. Pendekatan permainan kreatif digunakan
sebgai dasar untuk meracang sebuah kurikulum yang disebut dengan model
kurikulum permiana kreatif. Model ini awalnya dikembangkan di Universitas
Tenesse, Knoxville pada tahun 1985. Secara teoritis model ini berbijak pada
teori perkembangan Jean Piaget, model pembelajaran konstruktif dan praktik
pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan (developmentally appropriate
practise) anak usia dini yang dikeluarkan oleh NAEYC.
Menurut
komite kebijakan laboratorium perkembangan anak tahun 1985 seperti yang dikutip
Catron dan Allen , pengoptimalan perkembangan anak yang ingin dicapai kelalui
permainan kreatif ini secara terperinci meliputi:
1. Nilai
diri dan kepercayaan diri
2. Kepercayaan,
tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama
3. Hubungan
interpersonal dan keterapilan berkomunikasi yang efektif
4. Kemampuan
untuk bersikap atau berfikir secara mandiri dan mengembangkan kontrol diri
5. Keterampilan
untuk mengmukakan gagasan dan perasaannya
6. Pemahaman
dan pengelolaan informasi tentang lingkungan fisik dan sosialnya
7. Pemerolehn
dan penggunaan keterampilan untuk memecahkan masalah
8. Rasa
ingin tahu tentang dunia disekitar nya dan rasa nyaman dalam belajar dan
bereksplorasi
Pendekatan
permainan kreatif juga berhubungan erat denga potensi kreatif yang dimiliki
tiap anak menurut Tegano (1991) seperti
yang dikutip oleh Catron dan Allen dalam bukanya Early Curicullum a
Creative Play Model potensi kreatif anak dapat dilihat dari 2 sisi yaitu
karakteristik kognitif dan kepribadian.
Karakterisitik
kognitif yang mencerminkan kreatifitas tersebut meliputi:
1. Fantasi,
yang biasanya dikembangkan saat anak bermain sosio drama atau bermain pura-pura
2. Berfikir
divergen, yaitu dengan munculnya beragam tanggapan, pertanyaan dan gagasan anak
3. Rasa
ingin tau, yang meliputi bertanya, menyelidik dan menguji coba sesuatu
4. Berfikir
metaforik, yaitu menghasilkan atau mengelola sesuatu menjadi suatu hal yang
baru
Sedangkan
karakteristik kepribadian yang mencerminkan kreatifitas meliputi :
1. Karakter
kreatif, yaitu mudah menyesuaikan diri, daya tahan tinggi, keterlibata yang
tinggi dalam kegiatan dan tidak mudah berputus asa
2. Tidak
terikat dengan kelaziman/ konfensi yang berlaku, dimana anak beriorientasi pada
sesuatu yang asli baru dan luwes
3. Berani
mengambil resiko, yaitu kemauan untuk menerima tantanga atau mengambil resko
kesalahan
4. Motivasi
tinggi, sebagai pendorong dan kontrol dari internal
- Permaianan Kreatif Bagi Pengembangan Fisik Motorik
Permaianan
kreatif aka mendorong kebutuhan anak untuk secara aktif berinteraksi dan
terlibat dengan lingkungan fisiknya. Sejak bayi, anak mulai mempelajari dunia
sekitarnya melalui sensori motornya. Kegiatan ini akan terus berkembang seiring
dengan kematangan dan keterampilan dari berbagai fungsi tubuhnya.
Melalui
permainan kreatif, anak berkesempatan memperkaya gerakan-gerakannya. Berbagai
gerakan sensori motor, tangan, kaki, kepala, atau bagian tubuhnya yang lain
melibatkan baik otot besar maupun otot kecil anak sehingga memungkinkan anak
untuk secara penuh mengembangkan kemampuan fisik motoriknya. Singkatnya
permainan kreatif akan mendukung perkembangan fisik motorik anak dalam beberapa
aspek seperti yang diuraikan berikut ini:
1. Koordinasi
mata dengan tangan atau mata dengan kaki, meliputi kegiatan menggambar, menulis
, memanipulasi atau memainkan objek, latihan ingatan visual, melempar,
menangkap dan menendang
2. Keterampilan
gerakan lokomotor meliputi berjalan, melompat, melonjat, berlari, berguling,
merayap, dan meragkak.
3. Keterampilan
gerekan nonlokomotor, meliputi duduk, berdiri, melambaikan tangan, hadap
kanan-kiri, merentangkan tangan, membungkuk dan jongkok
4. Pengelolaan
dan pengendalian tubuh, meliputi pemahaman akan fungsi tubuhnya, pemahaman
tentang jarak, irama, keseimbangan, kemampuan untuk memulai atau mengakhiri
gerakan dan melaksanakan perintah. Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya
berjalan diatas dipapan titian, mengikuti jejak, senam irama, mengukur jarak
dengan melangkah atau melompat, lomba lari.
- Peran Guru Dalam Permainan Kreatif
Bermain
merupakan sarana bagi anak untuk mengungkapkan kreatifitasnya. Melalui bermain,
anak dapat menganalisis berbagai situsi atau benda dan mencoba menemukan cara
baru untuk menatanya kembali. Misalnya, saat bermain bongkar pasang dengan
balok, anak bisa membuat bentuk mercusuar, kemudian dibongkar lagi membuat
sebuah terowongan bawah tanah, dibongkar lagi, lalu membuat gedung perkantoran.
Anak juga dapat menemukan fungsi baru yang berbeda dari suatu benda yang tidak
biasanya misalnay kursi ia balikan untuk dijadikan kuda-kuadaan anak juga dapat
menjalin hubungan baru dnega teman-temannya yang semula ia tidak kenal. Bermain
juga merupakan sarana bagi anak untuk berfantasi, berimajinasi, yang akan
membantunya menemukan gagasan baru, misalnya seandainya aku bisa terbang, apa
yang akan aku lakukan? Seandainya aku bisa bicara denga semut, apa saja yang
akan diceritakan semut itu padaku?
Guru
memegang peranan penting dalam proses kreatif saat anak-anak bermain. Guru
diharapkan mempunyai kepekaan yang tinggi untuk tidak membuat anak-anak ngambek
ditengah-tengah proses kreatif mereka. Guru semestinya faham kapan saatnya
membiarkan pembelajaran kreatifitas tetap berjalan dan bagaimana menjaga supaya
pemikiran dan gagasan anak tetap lancar mengalir.
Berikut
ini ada beberapa kiat-kiat yang dapat digunakan untuk memotivasi proses kreatif
pada anak.
1. Guru
perlu menanggapi dan menghargai setiap pertanyaan anak meskipun pertanyaan
tersebut aneh, unik atau tidak lazim
2. Guru
perlu mengembangkan kesempatan bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan
dengan inisiatif sendiri.
3. Anak-anak
perlu tau bahwa gagasan-gagasan mereka menarik dan bernilai.
4. Guru
perlu belajar untuk tidak terkaget-kaget dengan solusi atau gagasan yang tidak
lazim yang dikemukakan anak
5. Anak
semestinya dapat melakukan pemikiran kreatif dalam suasana bebas hukum.
6. Guru
perlu memahami betul bahwa proses kreatif yang ada dalam pikiran anak lebih
penting dari pada kegiatan yang harus dilakukan anak.
7. Kreatifitas
tidak hanya milik artis atau seniman.
8. Kadang
pengarahan tertentu dari guru akan memotivasi anak untuk meninjau ulang
gagasannya, apakah ada yang perlu diubah atau tetap seperti semula.
9. Guru
selayaknya menghindari penilaian yang terlalu dini terhadap gagasan baru dari
anak.
RANCANGAN BERBAGAI
PERMAINAN KREATIF UNTUK PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK DI TK
A.
Kurikulum
Bermain Kreatif Dalam Pengembangan Fisik Motorik
Pada
Pembelajaran di TK, permainan kreatif untuk mengembangkan fisik-motorik anak
dapat dilakukan setidaknya melalui 3 jenis kegiatan bermain yaitu latihan
(practice play), bermain simbolik (symbolic play) dan perlombaan dengan aturan
(games with rules). Berikut akan dijelaskan 3 jenis permainan tersebut secara
terperinci.
1. Latihan
Jenis permainan ini
banyak digunakan untuk bayi atau anak di bawah usia tiga tahun. Namun kegiatan
ini juga tetap dapat dilakukan anak TK dengan memperhatikan tingkat kesulitannya.
Bentuk kegiatan latihan ini sangat bervariasi dan dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan sehingga anak-anak selalu tertarik untuk mencoba dan mencoba lagi.
Kegiatan yang dapat dilakukan, misalnya mengajak anak belajar berjalan,
merangkak, menyediakan berbagai benda di sekitar anak dengan warna dan bentuk
yang bervariasi untuk diselidiki dengan sensori motornya, mengajak anak
memanjat, berlari atau menari.
Permainan dengan puzzle
dan rancang bangun balok secara sederhana juga dapat diberikan pada anak usia
ini, sebagai persiapan untuk membantunya menuju ke tahap permainan berikutbya,
yaitu bermain simbolis.
2. Permainan
Simbolik
Permainan simbolik
banyak dilakukan saat anak berusia 2-7 tahun, yang terbagi dalam 2 tahap, yaitu
bermain pura-pura untuk anak usia 2-4 tahun dan bermain drama untuk anak usia
4-7 tahun. Pada bahasan ini hanya akan diuraikan tentang bermain drama sesuai
dengan tahap usia anak TK.
Bermain drama akan
memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi peran dan kemampuannya
tanpa takut akan kegagalan. Anak-anak dapat memerankan berbagai tokoh dalam
cerita yang disukainya dengan menggunakan berbagai media, seperti boneka,
kostum, topeng, sekaligus memperlancar keterampilan berkomunikasi verbalnya dan
penggunaan fungsi motoriknya uang lain. Permainan drama ini, sangat bermanfaat
untuk mengembangkan pengendalain gerak tubuh. Melalui permainan drama ini anak
juga akan meningkatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan fisiknya dan
berkesempatan untuk mengekspresikan kreativitasnya. Berbagai gerakan tubuh yang
dilakukan saat bermain lambat laun akan meningkat sehingga anak mampu
menghasilkan gerakan tubuh yang indah dan benar.
Salah satu bentuk
bermain drama adalah bermain cerita (story play). Melalui cerita, anak dapat
bermain dengan berbicara atau melakukan gerakan sesuai kata-kata yang ada dalam
cerita. Pemilihan cerita untuk pengembangan fisik harus dilakukan dengan
hati-hati. Bentuk permainan drama yang lain adalah bermain situasi-peran (role
situation play). Berbagai pengalaman sehari-hari dapat diangkat dalam jenis
permainan ini. Anak-anak dapat berdiskusi dengan guru untuk merancang scenario
cerita yang akan digunakan untuk bermain. Skenario cerita untuk bermain situasi
peran ini sangat memerlukan imajinasi dari perancangnya supaya gerakan yang
dilakukan anak-anak dapat bervariasi, menyenangkan dan tidak membahayakan.
Salah satu cara bermain drama situasi-peran adalah mimetik atau permainan
meniru kegiatan-kegiatan yang sudah dikenal tanpa peralatan apa pun. Mimetik
ini membutuhkan imajinasi anak-anak untuk dapat melakukannya. Bernagai hal bisa
ditiru anak , misalnya menangkap kupu-kupu, memotong kayu, memanjat dinding,
menggali lubang, menunggang kuda, menjemur pakaian, mendayung kapal, menyanyi,
seperti bintang dan berenang seperti ikan. Mimetik dimulai dari tiruan yang
sederhana, sebaiknya guru dapat mendiskusikannya dulu dengan anak-anak untuk
memeberikan kesempatan pada mereka mengelaborasi dan mengeksplorasi apa yang
ingin ditiru.
Ada satu lagi bentuk
permaina drama yang dapat dilakukan anak TK, yaitu bermain drama dengan irama
kreatif (creative rhythms-dramatic play). Jenis permainan ini melibatkan
gerakan motorik yang cukup sulit bagi anak karena selain bergerak anak juga
harus mempunyai pendengaran yang tajam agar gerakannya sesuai dengan irama yang
dimainkan. Biasanya irama gerakan dihasilkan dari suara drum atau perkusi baik
langsung maupun rekaman. Irama kreatif dalam permainan ini dapat dipilih dari
yang termudah, yaitu irama bebas (free rhythms), irama teridentifikasi
(identification rhythms) atau drama bermain (dramatic rhythms).
Saat bermain dengan irama bebas, tiap anak awalnya
diperbolehkan untuk menaggapi gerakan sesuai keinginannya saat dia mendengar
irama yang dimainkan.
Beberapa konsep yang
dapat dikombinasikan dalam irama bebas yaitu:
a. Konsep
Posisi, yaitu tinggi-rendah, besar-kecil, dan lain-lain. Perintah yang dapat
dilakukan, misalnya maju kedepan, mundur ke belakanng, berjalan lurus,
berbelok, jalan zigzag, loncat keatas, kepala tunduk kebawah, jongkok-berdiri.
b. Konsep
waktu, yaitu cepat-lambat, lama-singkat, dipercepat, diperlambat, dan
lain-lain. Misalnya, anak diminta berjalan di tempat dengan tempo lambat, makin
lama makin cepat sehingga akhirnya, seperti berlari di tempat.
c. Konsep
daya, yaitu diam-bergerak, berpindah-berhenti, banyak sedikit, berat-ringan,
kuat-lemah, bertambah-berkurang, gerakan kuat-gerakan lembut dll. Misalnya,
gerakan kedua tangan diangkat ke atas di depan wajah, seperti orang sedang
berdoa, lalu secara bersama-sama tangn diturunkan sampai ke posisi di samping
tubuh.
d. Konsep
komposisi tubuh, yaitu sendirian, berpasangan, bersilangan. Berdiri diatas
pundak teman, duduk di pangkuan teman, bergandengan, dll. Gerakan ini merupakan
bekal untuk gerakan menari atau senam.
e. Konsep
ekspresi wajah, yaitu marah, sedih, kecewa, takut, berharap, malas, lemas,
serius, lelah, gembira dan lain-lain.
f. Jenis
permainan drama dengan irama kreatif yang kedua adalah irama identifikasi,
yaitu menirukan gerakan atau menggunakannya untuk bergerak dari binatang, tanaman, kejadian, benda atau
orang yang sudah diketahui anak diikuti dengan irama atau lagu tertentu.
g. Jenis
gerakan berirama yang ketiga dan yang paling sulit adalah drama berirama, yang
biasanya lebih dikenal dengan sebutan operet. Dalam gerakan ini sudah ada alur
cerita tertentu yang disiapkan, tetapi semua alur tersebut dilakukan melalui
serangkaian gerakan berirama yang kadang-kadang diselingi nyanyian, bukan
kata-kata ucapan biasa. Dalam operet ini guru perlu menjelaskan alur cerita
yang diinginkan dan mempersilakan anak untuk terlebih dulu mencoba
menginterpretasikan gerakan yang sesuai. Jadi, diusahakan gerakan muncul dari
anak, bukan contoh dari guru. Jika anak merasa kesulitan menginterpretasikan
gerakan tertentu, baru guru membantunya. Guru juga perlu memberikan masukan
agar gerakan anak selaras dengan music/lagu yang dimainkan.
3. perlombaan
Jenis permainan
perlombaan biasanya dilakuka saat anak berusia 7 – 12 tahu, namun juga dapat
dilakukan untuk aak – anak usia TK. Jika perlombaan akan diterapkan untuk anak
TK maka ada rambu – rambu yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Mengenalkan
perlombaan dengan penerapan aturan secara bertahap dan membebaskan pada
anak untuk terlibat atau tidak terlibat
dalam lomba.
b. Memilih
perlombaan yang gembira, aturannya luwes dan memperbolehkan anak – anak untuk
memodifikasi aturan supaya mereka mau aktif terlibat dalam perlombaan.
c. Memilih
beragam perlombaan yang mengembangkan berbagai tingkatan perkembangan
keterampilan motorik dan lebih menekankan pada tantangan dalam perlombaan itu,
bukan untuk mencari siapa yang menang atau siapa yang kalah.
Berbagai
perlombaan dalam olahraga dapat dirancang oleh guru. dalam hal ini guru perlu
mempertimbangkan 2 hal. Pertama, pengelolaan perlombaan yang sesuai dengan
perkembangan anak. Kedua, tidak mementingkan aspek persaingan dalam perlombaan
tersebut, tetapi lebih mementingkan kerja sama/ kooperatif. Persaingan biasanya
menimbulkan rasa frustasi bagi anak yang kalah atau kebanggan yang berlebihan sebagai seorang bintang bagi yang
menang. Sedangkan perlombaan kooperatif (cooperative play) akan
memungkinkan setiap anak menjadi pemain
dengan cara bekerja sama, tanpa dibebani kekhawatiran tentang nilai atau menang
kalah.
Berikut
ini adalah langkah – langkah yang perlu diperhatikan untuk merancang permainan
sesuai dengan perkembangan fisik – motorik anak :
a. Menyediakan
lingkungan yang memungkinkan anak untuk bebas mencoba dan menjelajahi berbagai
benda,kegiatan maupun peralatan.
b. Mengorganisasikan
lingkungan didalam dan diluar kelas untuk memberikan kesempatan pada anak
mengembangkan keterampilan motoriknya melalui permainan simbolis.
c. Membiarka
anak untuk bergabung dalam perlombaan secara berkelompok saat perkembangan
mereka sudah siap, dari pada mengharuskan mereka untuk ikut dalam sebuah lomba
atau olahraga. Jika anak sudah tertarik untuk bergabung dalam sebuah grup
lomba, utamakan perlombaa yang mengasah kemampuan memecahkan masalah,
kreativitas, dan kerja sama dari pada perlombaan yang yang terpaku pada aturan
atau mengutamakan persaingan.
d. Mendorong
anak untuk menguji keterampilan motoriknya dalam suasana yang membantu anak
mencapai keberhasilan sesuai tingkat perkembangan keterampilan motoriknya.
e. Membangun
anak membangun kesan diri yag positif tentang perkembagan fisik motoriknya dengan
cara merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkatan keterampilan dan
minatnya.
B.
BENTUK
– BENTUK BERMAIN KREATIF DALAM PENGEMBANGAN FISIK – MOTORIK di TK
Mengembangan
fisik motorik di TK melalui permainan kreatif memerlukan perencanaan yang
matang agar pelaksanaanya dapat sesuai dengan yang kita inginkan. Untuk memulai
rancangan permainan tersebut, terlebih dahulu kita perlu mengidentifikasi aspek
tujuan pengembangan fisik – motorik yang diinginkan, kemudian mencari jenis
permainan yang sesuai.setelah itu pikirkan apa saja alat atau perlengkapan yang
dibutuhkan untuk permainan tersebut dan kelompok mana yang melakukan permainan
tersebut, kelas A atau kelas B.
berikut ini adalah beberapa contoh permainan kreatif sesuai dengan aspek tujuan yang diinginkan:
berikut ini adalah beberapa contoh permainan kreatif sesuai dengan aspek tujuan yang diinginkan:
1.
Permainan
kreatif untuk gerakan motorik halus
a. Aku
dapat memakai baju sendiri (jenis : latihan)
1) Tujuannya
mengenalkan berbagai keterampilan hidup mandiri khususnya memaakai baju,
melatih koordinasi mata dan tangan.
2) Sasarannya
aak TK kelas A (4 - tahun)
3) Sarananya
memakai baju ukuran sedang yang dapat dipakai semua anak.
4) Cara
bermain
a) Guru
memegang pakaian/ hem yang kancingnya telah dibuka sambil direntangkan didepan
anak – anak.
b) Anak
diminta maju kedepan kelas dan membelakangi baju lalu memasukkan tangannya ke
lengan baju, dimulai dari memasukkan tangan kanan ke lengan baju disusul tangan
yang kiri ke lengan baju satunya.
c) Guru
juga dapat meletakkan baju dipunggung anak, lalu anak diminta memasukkan
tangannya ke lengan baju didekatnya.
d) Jika
aak sudah terampil, baju dapat dipegang anak sendiri dan guru hanya
mengarahkan. Anak yang sudah terampil juga dapat diminta untuk membantu
temannya yang belum terampil memakai baju.
e) Untuk
menghidupkan permainan, dapat diadakan perlombaan antara kelompok anak untuk
berlomba memakai baju dari seluruh anggota kelompok. Jumlah tiap anggota
kelompok harus sama, dan diberikan batasan waktu untuk memakai baju, misalnya
dengan aba – aba peluit oleh guru. pemenangnya adalah kelompok yang anggota –
anggotanya paling rapi (misalnya, kancing terpasang dengan benar) dan berhasil
paling banyak memakai baju.
b. Topeng
/ boneka dari piring kertas (jenis : permainan konstruktif/ seni)
1) Tujuannya
anak terampil dalam koordinasi mata – tangan dengan cara melipat, menggunting
dan menempel.
2) Sarananya
piring kertas untuk kue, karet gelang, kertas krep/ origami berbagai warna,
spidol benang wol.
3) Sasarannya
anak tk kelas B
4) Cara
bermain
a) Guru
memberi contoh cara membuat topeng dari piring kertas utuh, anak – anak
memperhatikan lalu mengikuti contoh dari guru.
b) Cara
membuat topeng / boneka
1) Membuat
bentuk mata 2 buah dan mulut dari kertas krep/ origami warna – warni, dengan
cara menggambarnya terlebih dahulu lalu digunting.
2) Piring
kertas dihias dengan menempelkan mata dan mulut dari kertas krep/ origami warna
– warni. Untuk bagian hidung sudah dibuatka lubang segitiga oleh guru (agar
saat anak memakai topeng tidak kesulitan untuk bernapas. Guru juga sudah
menyiapkan lubang kecil ditepi kiri dan kanan piring untuk memasang karet.
3) Beberapa
benang wol dapat ditempel dibagian atas piring sebagai poni rambut.
4) Karet
dipasangkan dilubang kiri dan kanan yang sudah dipersiapkan guru.
5) Topeng
dapat dipakai anak – anak dengan memasang tiap karet tersebut ke dua telinga.
Karet gelang dapat diganti dengan menempel stik kayu kurang lebih 30 cm, untuk
dipegang dan ap karet tersebut ke dua telinga. Karet gelang dapat diganti
dengan menempel stik kayu kurang lebih 30 cm, untuk dipegang dengan tangan saat
anak – anak ingin memakai topeng.
6) Guru
dapat juga memberikan alternatif bentuk boneka dari piring kertas, dengan cara
melipat piring kertas menjadi 2 bagian seolah – olah sebagai rahang atas.
Setengah lingkaran yang depan (dengan garis tengah lingkaran di bagian atas ),
lalu hiasi mata, hidung, dan mulut dari kertas origami. Boneka tersebut dapat
dimainkan dengan memeganginya diantara
ibu jari dan telunjuk saat bercakap – cakap
7) Anak
– anak dapat memilih membuat bentuk topeng atau boneka sesuai keinginan.
2.
Permaina
kreatif untuk gerakan lokomotor
a. Berkunjung
kekebun binatang (jenis : drama – irama teridentifikasi)
1) Tujuan
Mengenalkan anak dengan
berbagai gerakan binatang .
Melatih anak
menyesuaikan gerakan denga irama/ nyayian.
2) Sarananya
tape recorder, kaset.
3) Sasarannya
anak TK kelas A
4) Cara
bermain
a) Anak
– anak berdiri membentuk lingkaran, guru berdiri ditengah – tengah lingkaran.
Tempat bermain bisa didalam atau diluar kelas.
b) Guru
memainkan llagu kebun binatang dari tape recorder, sambil mencontohkan gerakan
yang diinginkan.
c) Anak
– anak menirukan gerakan guru. pada baris kedua terakhir, anak – anak menghadap
kekanan dan berjalan kedepan, tetapi tetap dalam lingkaran menirukan gerakan
kelinci melompat. Pada baris terakhir dari lagu anak – anak berbalik dan
berjalan lagi seperti tadi.
d) Binatang
yang ada dalam nyanyian dapat diganti syairnya (baris ke – 4 ). Misalnya dengan
gajah – gajah yang besar, kera – kera yang lincah, bebek – bebek yang lucu,
katak – katak yang lincah dan lain – lain. Anak – anak bergerak menirukan cara binatang berjalan
menyesuaikan syair yang diganti tersebut.
e) Jika
anak sudah dapat menghafal lagu maka guru dapat menggantikan tape recorder
denga nyanyian dari anak – anak langsung diiringi musik, misalnya drum.
b. Ayo
dorong terus (jenis : perlombaan)
1) Tijuannya
melatih gerakan lokomotor, yaitu merayap.
2) Sarananya
tusuk gigi dan kacang merah yang sama besarnya. Tempat bermain di dalam
ruangan, diusahakan berlantai ubin.
3) Sasarannya
anak TK kelas B
4) Cara
bermain
a) Anak
– anak (kurang lebih 5 – 10 anak) berdiri diatas garis start dengan jarak
kurang lebih 1 meter antara satu anak dengan anak lainnya.
b) Didepan
tiap anak dengan jarak sesuai kemampuan anak dibuat lingkaran – lingkaran untuk
tiap anak.
c) Tiap
anak mendapat sebuah tusuk gigi yang diletakkan dimulut anak, seperti orang
merokok (tiap ganti pemain, diganti tusuk gigi yang baru untuk mencegah
penularan penyakit).
d) Kacang
merah diletakkan dilantai didepan setiap anak.
e) Guru
memberi aba – aba “ayo dorong”, lalu anak – anak cepat merebahkan diri kelantai
dengan posisi tiarap menghadap kacang masing – masing, lalu dengan tusuk gigi
dimulut mereka mulai mendorong kacang menuju lingkaran – lingkaran didepannya.
f) Pemenangnya
adalah anak yang paling cepat mendorong kacangnya masuk dalam lingkaran.
g) Secara
bergantian 5 – 10 anak yang lain maju untuk berlomba. Pemenang dari masing –
masing tahap lomba dapat diminta untuk berlomba lagi.
5) Permainan
kreatif untuk gerakan nonlokomotor
c. Sedang
apa sekarang? (jenis : latihan)
1) Tujuannya
melatih anak dengan berbagai gerakan nonlokomotor, seperti duduk, berdiri,
merentangkan tangan, berputar.
2) Sarananya
tidak ada.
3) Sasarannya
anak TK kelas A.
4) Cara
bermain
a) Anak
– anak dibagi dalam 2 kelompok, misal kelompok A dan B. masing – masing
kelompok berdiri berbanjar berhadapan.
b) Guru
memperkenalkan lagu “sedang apa sekarang?”, yaitu:
Sedang
apa, sedang apa, sedang apa sekarang?
Sekarang
sedang duduk, sedang duduk sekarang
c) Lagu
tersebut dinyanyikan oleh kelompok A. Begitu terdengar kata ‘duduk’ maka
kelompok B harus segera duduk semua. Jika akhir lagu ada anak dari kelompok B
yang belum juga ‘duduk’ maka anak tersebut dikeluarkan dari kelompok.
d) Setelah
itu, giliran kelompok B yang bernyanyi, dengan terlebih dulu dipersilahkan
berdiskusi sejenak untuk mengganti kata ‘duduk’ dengan gerakan lain. Kata
‘duduk’ atau ‘sedag duduk’ dapat diganti dengan gerakan lain misalnya berdiri,
berputar, geleng kepala, tutup mata, lambai tangan, dan sebagainya. Kelompok A
harus segera memperagakan gerakan yang disebutkan dalam lagu dan anak yang
belum dapat memperagakan gerakan sampai lagu berakhir ditarik dari kelompok.
Begitu seterusnya bergantian, misalnya masing – masing kelompok diberi
kesempatan 5 kali bernyanyi. Usahakan tiap lagu tersebut diulang gerakan yang
diinginkan belum pernah disebutkan sebelumnya. Jika ada kelompok yang salah
menyebutkan gerakan yang pernah dilakukan maka guru berhak untuk mengalihkan
hak kelompok tersebut kepada kelompok lawannya.
e) Kelompok
yang menang adalah kelompok dengan jumlah aggota yang lebih banyak pada akhir
permainan.
d. Bermain
Cermin (jenis : bermain simbolik)
1) Tujuannya
melatih anak meniruka perubahan gerakan orang/ benda lain seperti dimuka cermin
2) Sarananya
cermin sebesar anak berdiri.
3) Sasarannya
anak kelas B.
4) Cara
bermain
a) Guru
memberikan kesempatan pada anak untuk mengamati dirinya pada cermin dan
menanyakan “bila kau membuat gerakan apa yang kau lihat dengan bayanganmu?”
b) “ia
membuat gerakan yang sama”.
c) Setelah
anak memahami bahwa cermin bisa meniru gerakan, anak – anak secara berpasangan
diminta berhadap – hadapan dengan anak lain. Lalu secara bergantian anak membuat gerakan dan pasangannya
menirukan gerakan tersebut. Jika cara meniru gerakan salah maka guru atau anak
lain dapat membantu mengarahkan.
3. Permainan Kreatif untuk Olah dan
Kontrol Tubuh
a.
Burung – burung dipohon (jenis :
dramatisasi irama bebas)
1) Tujuannya
melatih pengomtrolan gerakan tubuh untuk berlari, berhenti, sambil menyesuaikan
dengan irama.
2) Sarananya
tape recorder, kaset, lapangan terbuka yang cukup luas, anak – anak dalam
jumlah 3n + 1 (minimal 7 anak bisa 10, 13, 16 anak, dst)
3) Sasarannya
anak TK kelas A atau B
4) Cara
bermain
a) Setiap
3 anak membentuk 1 pohon dan 1 ekor burung.
Caranya: 2 anak saling berpegangan erat
berhadapan dan mengurung 1 orang anak (sebagai burung)
b) Seorang
anak yang tidak mendapat kelompok berperan sebagai 1 ekor burung diluar pohon.
c) Permainan
dimulai dengan nyanyian tentang burung, misalnya ‘burung kutilang’ dari ibu sud
yang dimainkan dari tape recorder dan boleh juga sambil dinyanyikan oleh
seluruh anak sambil melakukan gerakan bebas dikelompok masing – masing. Anak
yang berada diluar ‘pohon’ boleh bergerak berkeliling sambil merentangkan
tangan atau gerakan lainnya.
d) Apabila
lagu berhenti, burung yang hinggap dipohon harus terbang keluar dan berganti
tempat, sementara itu burung yang ada diluar pohon harus berusaha mencari pohon
yang kosong.
e) Dengan
demikian, akan tetap ada 1 ekor burung yang berada diluar pohon dan permainan
dapat diulang lagi sampai anak – anak puas.
b. Kereta
Dorong (jenis: perlombaan)
1) Tujuannya
melatih anak untuk melakukan gerakan tubuh yang membutuhkan keseimbangan.
2) Sarananya,
ruangan bermain atau lapangan berumput.
3) Sasarannya
anak TK kelas B
4) Cara
bermain
a) Permainan
ini dimainkan secara berpasangan. Setiap pasang anak berperan seperti satu
kereta dorong yang akan berlomba ke garis akhir.
b) Guru
membuat garis start dan finis denga jarak sekitar 6 meter.
c) Guru
meminta setiap pasangan anak untuk membentuk kereta dorong dengan cara tiap
pasangan anak berdiskusi untuk menentukan siapa yang akan menjadi kereta dorong
lebih dulu. Anak yang terpilih mengambil posisi merangkak, seperti aka push up
(kedua tangan dan kaki bertumpu ditanah seperti hewan berkaki 4).
d) Kemudian,
pasangannya berdiri dibelakang temannya tersebut dan mengangkat kaki temannya
yang sedang merangkak, seolah – olah pegangan kereta dorong. Bila ada yang
kesulitan mengangkat kaki temannya maka guru membantu mengangkatnya.
e) Bila
semua pasangan telah siap dengan kereta dorongnya, guru memberi aba – aba
‘jalan’ lalu semua kereta dengan pendorongnya bergerak maju lurus kedepan
sampai garis finis.
f) Setibanya
di garis finis, tiap pasangan berganti peran. Kereta menjadi pendorong dan
pendorong menjadi kereta, lalu berjalan menuju garis start.
g) Pemenangnya
adalah pasangan yang lebih dulu sampai garis start kembali tanpa melepaskan
pegangan keretanya sejak awal.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar