PEMBELAJARAN SAINS BAGI ANAK YANG
MENGALAMI GANGGUAN
Setiap
anak berhak mengembangkan diri dan memenuhi kebutuhan dasarnya secara memadai.
Setiap anak memiliki hak yang sama dalam bidang pendidikan dan pembelajaran,
sehingga ia dapat memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan yang diperoleh.
Hak-hak
dan kebutuhan dasar diatas keterlindungannya dijamin oleh negara dan
pemerintahan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 28 ayat 2 Amandemen UUD
1945.Dalam rangka mencapai hak dihadapkan pada suatu gangguan, misalnya saja
berbadan cacat.Ia berhak mendapatkan informasinya saja.Karena sesungguhnya mereka
itu secara intelegensi akan mampu menunjukkan kecerdasannya hanya saja dengan
cara perolehan yang agak berbeda. Jadi amat keliru, jika kita berusaha
menghambat atau bahkan menyingkirkan anak-anak yang mendapatkan gangguan dari
haknya untuk mendapatkan pembelajaran sains seperti yang dijamin oleh
undang-undang diatas. Adanya jaminan tersebut dapat kita ketahui dari salah
satu butir pernyataan Deklarasi Dakkar tentang pendidikan untuk semua, bahwa
deklarasi tersebut bertujuan untuk memperluas dan memperbaiki keseluruhan
perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak sangat rawan dan
kurang beruntung. Empat tipe gangguan
umum yang biasanya dialami oleh anak dalam kegiatan pembelajaran, termasuk
dalam pembelajaran sains, yaitu :
A.
Pembelajaran
Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Visual
Adalah
anak-anak yang tidak mampu menggunakan indra penglihatannya untuk mengenali
suatu objek. Dengan kata lain anak mengalami kebutuhan pada matanya atau
tunanetra. Anak penderita gangguan visual tidak perlu dirujukkan pada suatu
kelas khusus, tetapi harus dipikirkan cara menanganinya. Janganlah anak
tersebut disisihkan, karena yang bersangkutan tidak mampu mengikuti materi,
proses dan sikap sains atau tidak dapat ditumbuhkan kemampuan sainsnya melalui
kurikulum sains. Memodifikasi peralatan dan bahan-bahan pembelajaran sains,
sehingga anak-anak terganggu visualnya dapat sama-sama mempelajari sains dalam
kelas sama seperti anak normal. Dengan memodifikasi alat dan bahan, proses
penyerapan informasi, pembentukan sikap dan penanaman nilai dalam aktivitas
sains dan kegiatan lainnya dapat dilakukan anak secara efektif. Banyak cara
yang dapat ditempuh asalkan disesuaikan dengan karakteristik gangguan visual
anak masing-masing.
Anak
yang terkena gangguan visual juga perlu diberikan kesempatan dan informasi yang
sama, untuk itu perlu juga dikembangkan buku-buku bagi anak yang terkena
gangguan visual yang isi pesannya ekuivalen atau sama dengan buku-buku bacaan
anak normal. Cara mudah dilakukan adalah dengan audio-tape, yang isinya adalah
bacaan buku-buku anak normal. Cara lain atau strategi lain membelajarkan sains
pada anak terkena gangguan visual tersebut adalah dengan buku-buku sains
braile, tentu untuk cara ini diperuntukkan bagi anak yang telah mampu membaca
huruf kata braile.
Optimal
atau tidaknya kegiatan pembelajaran sains yang diikuti oleh anak-anak terkena
gangguan visual amat tergantung pada kemampuan gurunya. Salah satu persyaratan
guru sains agar dapat mengajar anak terkena gangguan visual adalah ia memahami
tekhnik-tekhnik multy sensory yang tepat dengan keadaan anak atau yang dapat
direspon oleh anak secara efektif.
Sebelum
memodifikasi atau mengembangkan pembelajaran sainsnya, hendaklah guru
memodifikasi atau mengembangkan pembelajaran sainsnya hendaklah guru
berkonsultasi (diskusi) dengan anak itu sendiri (terutama tentang kekurangan
dan kelebihannya), dengan para orang tua serta dengan ahli sains atau pengembang
sains.
Contoh
hasil modivikasi adalah : anak gangguan visual, diktat atau pedoman observasi
disajikan melalui rekaman radio kecil yang mudah digunakan. Sehingga anak tidak
keliru dalam melakukan proses sains atau mengikuti keterampilan sains. Untuk
materi tentang ukuran waktu, panjang, isi, berat dapat disajikan melalui
braile.Guru juga pandai memberi ganjaran atau penghargaan (reward) yang tepat
pada anak, agar menjadi penguatan bagi anak penderita gangguan visual tersebut
dalam mempelajari sains.
B.
Pembelajaran
Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Pendengaran
Yang
terpenting bagi anak terkena gangguan pendengaran adalah mendekatkan apa yang
harus mereka dengar dengan jarak kemampuan anak dapat mendengar secara baik.
Karakteristik
utama (umum) anak terkena gangguan pendengaran adalah mereka dapat menangkap
suatu maksud (pesan/pikiran) dengan baik melalui keterampilan membaca gerak
bibir penutur/pembicara atau yang disajikan melalui simbol-simbol lainnya
(terutama visual). Guru sebaiknya mengikuti kursus kemampuan bahasa isyarat
untuk anak tuli. Kursus dapat dilakukan dirumah sakit, di universitas atau
pusat-pusat pelayanan komunikasi untuk anak-anak terkena gangguan (pendengaran)
Penyebab
diantaranya ada yang diakibatkan bawaan sejak lahir, akibat penyakit disaluran
pendengaran (gendang telinga), infeksi kelenjar telina (amandel), memang lemah
pendengaran (adenoid) atau gangguan pendengaran yang bersifat temporal seperti
akibat dari demam, penyakit flu atau reaksi suatu alergi tertentu.
Sebagai
guru, harus bertindak cepat apabila terdapat anak yang terkena gangguan
pendengaran dikelas, atau anak kurang mampu menangkap apa yang disampaikan
guru. Karena banyak gangguan pendengaran permanen sifatnya diakibatkan oleh
penanganan infeksi disaluran pendengaran yang tidak cepat dan tepat.Demam,
penyakit flu, sakit tenggorokan bila dibiarkan secara terus- menerus
berpotensial menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran yang permanen.
Kurikulum
sains yang ada tidak secara otomatis dapat diterapkan pada anak terkena gangguan
pendengaran, tetapi perlu ada penyesuaian-penyesuain agar dapat diadaptasikan,
tetapi dengan catatan tidak merubah substansi isi kurikulum sebagaimana
kurikulum untik sains untuk anak normal.
Langkah
pertama dilakukan penyesuain perilaku dari anak tersebut terhadap aktivitas
sains, kemudian dilakukan pemilihan metode yang dianggap paling tetap dan
cocok.Cara yang dianggap produktif adalah dengan mengembangkan dan melatih
pendekatan multy sesory terhadap anak dalam mempelajari sains.Cara lainnya
adalah dengan melalui kegiatan-kegiatan bervariasi.
Pada
saat guru menyajikan materi sains atau arahan-arahan, cobalah disamping anak
dapat mengamati materi, diupayakan anak dapat menagkap bahasa bibir (gerak
bibir) dan ekspresi muka guru saat mempresentasikannya.Akan sangat berguna bagi
anak dalam mengkomunikasikan materi sains yang diserapnya pada teman-temannya
yang sama-sama terkena gangguan pendengaran.
Yang
utama pada anak yang mengalami gangguan pendengaran dalam pembelajaran sains
adalah kemampuan guru dalam menggunakan pendekatan yang bersifat
multysensory.Terdapat juga anak yang unggul atau cerdas, maka kepada guru
diharuskan memberikan informasi tambahan (pengayaan) kepada mereka semua,
sehingga kebutuhannya terpenuhi secara baik.
Perlu
disampaikan bahwa pendengaran tidak ada hubungannya dengan kemampuan dasar
intelektual seorang anak. Yang terbaik dan terpenting bagi guru justru
beranggapan menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada anak agar dapat berprestasi
sama seperti anak normal.
C.
Pembelajaran
Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Fisik (Cacat Tubuh)
Gangguan
utama terletatak pada kesulitan melakukan fungsi-fungsi tubuh : seperti
memegang objek, bergerak, menghentikan gerakan, perpindahan posisi tubuh dari
satu posisi ke posisi lain. Sehingga dalam kelas mungkin anak harus dibantu
tongkat berdiri, kursi roda atau peralatan lain sebagai penungkai tubuh atau
bagian badan lainnya.
Prinsip
pembelajaran adalah guru harus melakukan pendekatan terpadu, disamping dia
membantu anak juga menanamkan semangat bahwa anak-anak yang cacat sama hebatnya
dengan anak lainnya, ia dapat beraktivitas dan berprestasi. Mereka memiliki
keterampilan dan potensi untuk mengisi kehidupannya.
Tugas
guru adalah bagaimana menanamkan kepada mereka agar tidak meyesali keadaaannya,
tetapi justru menjadi semangat dengan kondisinya itu.Tindakan-tindakan yang
harus dilakukan guru adalah berpikir kuat bagaimana mencari cara-cara interaksi
alternatif yang tepat sesuai dengan karakteristik cacat tubuh yang dialami
anak. Anak harus disadarkan, bahwa perbedaan mereka dengan anak lainnya
(normal) sedikit saja, yaitu hanya dalam mobilitas, tetapi dalam potensi dan
kapasitas intelektual serta emosionalnya sama saja.
Guru
harus memodifikasi setting kelas, misalnya menata tempat duduk, sehingga anak
dengan kursi roda mendapat `posisi yang tepat dikelas. Guru juga harus
memperhatikan mana anak yang lambat bergerak dan cepat ketika pembelajaran
sains dan sebagainya. Secara umum anak-anak akan dapat melakukan pembelajaran
sains secara efektif dan produktif jika setiap anak cacat yang ada dikelas
telah memiliki (dilengkapi) dengan alat bantu mobilitasnya secara tepat dan
sesuai.
Guru
yang bijaksana akan banyak memberikan kesempatan pada anak-anak tersebut untuk
dapat membangun kemampuannya, baik kemampuan berkomunikasi maupun perasaannya
terhadap materi-materi dan fenomena sains. Anak cacat dapat juga diberikan
kemampuan praktis untuk bekerjasama atau menolong orang lain, minimum untuk
menolong diri sendiri.
Ketepatan
guru dalam melakukan interaksi dengan anak cacat, juga akan mengantarkan anak
menuju lingkungan kehidupannya menjadi lebih baik. Yang terpenting adalah
jangan sampai memunculkan sikap negatif pada anak cacat, berinteraksilah secara
positif, sehingga anak cacat dapat berkembang secara positif pula seperti anak
normal.
D.
Pembelajaran
Sains Bagi Anak Terkena Gangguan Emosional
Sejumlah
anak menunjukkan prilaku yang merusak kemampuannya sendiri, sehingga
pengembangan dirinya dan peran sosialnya menjadi terganggu/terhambat oleh
prilakunya itu.Diakibatkan oleh banyak faktor. Mereka kurang percaya diri,
penyebabnya bisa juga karena mudah takut ( atau malah ditakuti ), sebab lain
mungkin karena anak depresi ( tertekan / rendah diri ), atau memang anak punya
sikap penentang ( menolak ) atau mungkin karena mereka senang menghabiskan
waktu sesuai-sekehendak hatinya. Gangguan tersebut merupakan sebagian alasan
mengapa anak tidak dapat beraktivitas secara baik dan wajar dalam pembelajaran
sains.Untuk mengetahui penyebabnya secara pasti, yang terbaik anak haruslah dibawa
ke psikolog.
Kegiatan-kegiatan
sains yang dilakukan oleh anak akan mampu mengontrol luapan emosi pada anak
tersebut. Caranya dilakukan anak dengan penuh daya tarik dan mengundang anak
untuk memanipulasinya dengan berbagai cara.
Jenis
gangguan emosi yang masih dapat dikendalikan dan secara klinis dapat terkontrol
melalui aktivitas yang diskenariokan oleh guru. Sedangkan gangguan emosional
yang sifatnya tidak terkendali, bahkan akan mengganggu teman-temannya sebaiknya
difasilitasi dengan cara lain pula, misalkan tidak pada sekolah yang sama atau
dalam beberapa kasus.
Pada
dasarnya untuk mengembalikan gangguan emosipada posisi yang normal, setiap anak
membutuhkan model, dan model terbaik adalah teman-teman dan guru dikelas itu.
Jadi, sebetulnya cara terbaik adalah guru harus hati-hati menyimpulkan tentang
perilaku anak, harus
hati-hati pula dalam melakukan tindakan-tindakannya. Karena tujuan dari tugas
guru adalah mengembalikan anak pada perkembangan dan perolehan pengamalan
belajar yang besar dan sesuai
dengan tahapan-tahapan perkembangan anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Nugraha,
Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran
Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar