PEMBELAJARAN TERPADU MODEL KETERKAITAN (CONNECTED MODEL)
A. PENGERTIAN CONNECTED MODEL
Connected
model adalah suatu model pengembangan kurikulum yang mengabungkan secara jelas
satu topik dengan topik berikutnya satu konsep dengan konsep lainnya, suatu
kemampuan dengan kemampuan lainnya. Kunci dari model ini adalah usaha
menghubungkan secara jelas hal –hal tersebut diatas dalam satu mata pelajaran
dibandingkan dengan mengharapkan siswa dapat menghubunginya sendiri. (fogarty,
1991).
Pengertian connected model diatas hanya sesuai diterapkan ditingkat sekolah yang dalam kurikulumnya terdapat mata pelajaran – mata pelajaran yang terpisah (separated subject curricula). Sedangkan kurikulum 2004 yang digunakan di TK berisi kemampuan dasar, hasil belajar, dan indikator keberhasilan belajar yang terdapat didalam setiap bidang pengembangan anak. Bidang pengembangan anak tersebut digolongkan menjadi dua bagian, yaitu pembentukan perilaku melalui pembiasaan, terdiri dari bidang pengembangan moral dan nilai – nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian; serta kemampuan dasar terdiri dari bidang pengembangan kemampuan bahasa, kognitif, fisik, dan motorik, serta seni. Oleh karena itu, pengertian connected model di atas harus diubah menjadi seperti berikut ini.
connected model adalah suatu model pengembangan kegiatan pembelajaran yang menggabungkan secara jelas dua atau lebih hasil belajar dengan indikator – indikator hasil belajar yang sesuai, dalam satu bidang pengembangan.
Pengertian connected model diatas hanya sesuai diterapkan ditingkat sekolah yang dalam kurikulumnya terdapat mata pelajaran – mata pelajaran yang terpisah (separated subject curricula). Sedangkan kurikulum 2004 yang digunakan di TK berisi kemampuan dasar, hasil belajar, dan indikator keberhasilan belajar yang terdapat didalam setiap bidang pengembangan anak. Bidang pengembangan anak tersebut digolongkan menjadi dua bagian, yaitu pembentukan perilaku melalui pembiasaan, terdiri dari bidang pengembangan moral dan nilai – nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian; serta kemampuan dasar terdiri dari bidang pengembangan kemampuan bahasa, kognitif, fisik, dan motorik, serta seni. Oleh karena itu, pengertian connected model di atas harus diubah menjadi seperti berikut ini.
connected model adalah suatu model pengembangan kegiatan pembelajaran yang menggabungkan secara jelas dua atau lebih hasil belajar dengan indikator – indikator hasil belajar yang sesuai, dalam satu bidang pengembangan.
B. PENERAPAN CONNECTED
MODEL
Untuk
memahami seperti apa gambaran connected model ini dapat dicontohkan sebagai
berikut. Dalam
bidang pengembangan sosial – emosional terdapat hasil belajar dan indikator
sebagai berikut (periksa kurikulum 2004).
1.
Hasil belajar: menunjukkan rasa keperdulian
2.
Hasil belajar: bersikap ramah
3.
Hasil belajar: tumbuh sikap bekerja sama dan persatuan salah satu indikatornya
adalah saling membantu sesama teman.
jika kita lihat bahwa hasil belajar: menunjukan rasa keperdulian, menggunakan barang orang lain dengan hati – hati, dan sikap bekerja sama dan persatuan merupan unsur – unsur dalam hidup saling menghormati. Oleh karena itu, guru dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar anak mencapai kemampuan ”saling menghormati”
Hasil
belajar: menunjukkan rasa kepedulian indikator menggunakan barang orang
lain dengan hati - hati
|
Hasil
belajar: bersikap ramah
indikator: berbahasa sopan dalam berbicara |
saling menghormati
Hasil
belajar: tumbuh sikap berkerjasama dan persatuan
indikator: saling membantu sesama teman |
gambar 5.1
bagan contoh aplikasi model connected model dalam pengembangan sosial – emosional
C. KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN CONNECTED MODEL
1. Kelebihan connected model Dengan
menggabungkan kegiatan – kegiatan untuk mencapai suatu kemampuan yang
dikembangkan dalam satu bidang pengembangan maka guru akan dapat melihat
gambaran yang menyeluruh dari kemampuan tersebut sehingga dapat memberikan kepada
anak kegiatan – kegiatan yang terlebih arah pada satu bidang pengembangan untuk
mencapai kemampuan tersebut.
2. Kelemahan connected model Meskipun telah
menggabungkan beberapa hasil belajar dalam satu bidang pengembangan, namun
model ini belum memberikan gambaran yang tebih menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang – bidang pengembangan yang lain. Selain itu karena relatif
mudah untuk diaplikasuikan maka model ini kurang mendorong guru – guru untuk
bekerja sama dalam menggunakan model ini.
D. WAKTU PENGGUNAAN
CONNECTED MODEL
Model
ini dapat di gunakan pada awal kita akan menggunakan pembelajaran terpadu. Guru
akan lebih percaya diri apabila dapat melihat hubungan antar hasil – hasil
belajar dalam konteks yang lebih luas.
E.
CONTOH RANCANGAN CONNECTED MODEL
Berikut
ini akan disajikan penggunaan connected model dalam beberapa bidang pengembangan untuk kelompok A.
1.
Pembentukan Perilaku Melalui pembiasaan
a.
Sosial – emosional
untuk
mengembangan sosial emosional, anda lihat lagi gambar 4.1.
Hasil
belajar: mengenal macam – macam agama
indikator: menyebutkan tempat – tempat ibadah |
toletansi
Hasil
belajar: memiliki sopan santun dan mengucap salam
indikator: tidak mengganggu teman yang sedang beribadah |
gambar 5.2
bagan contoh aplikasi model connected dalam pengembangan moral dan nilai agama
2. Kemampuan
Dasar
Hasil
belajar: mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana
Indikator:
mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara seerhana
|
Hasil
belajar: mendengarkan dan membedakan bunyi suara, bunyi bahasa, dan
mator:engucapkannya.
indikator: menyebutkan kata – kata yang mempunyai suku kata awal yang sama |
dapat berkomunikasi secara lisan
Hasil
belajar: mempelajari kosa kata yang diperlukan anak berkomunikasi sehari –
hari
Indikator:
bercerita, menggunakan kata ganti aku, saya
|
Gambar
5.3
bagan contoh aplikasi model connected dalam pengembangan bahasa
bagan contoh aplikasi model connected dalam pengembangan bahasa
b. kognitif
Hasil
belajar: mengendali konsep sains sederhana
Indikator:
mencoba dan menceritakan apa yang terjadi
|
Hasil
belajar: mengendali benda di sekitarnya menurut bentuk, jenis dan ukuran
Indikator:
mengenai kasar – halus, berat – ringan dan sebagainya
|
menyelidiki lingkungannya
Hasil
belajar: mengenal konsep matematika sederhana
indikotor: menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan |
Hasil
belajar: mengenai bentuk geometri
indikator: menyebut dan menujuk benda – benda berbentuk geometri |
Hasil
belajar: mengenai ukuran
Indikator:
mengukur panjang dengan langkah dan jengkel
|
gambar 5.4
bagan contoh aplikasi model connected dalam pengembangan kognitif
c. Fisik dan
motorik
Hasil
belajar: menggerakkan tangan untuk
kelenturan otot dan koordinasi
Indikator: menangkap dan melempar bola besar dan jarak kira – kira 1-2 meter |
HASIL
BELAJAR: mengarakkan jari tangan untuk kelenturan otot dan koordinasi
indikator: mengurus diri sendiri dengan sedikit bantuan |
BERPERAN MENJADI PESENAM
Hasil
belajar: menggerakkan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan dan
koordinasi
indikator: berjalan maju pada garis lurus, berjalan di atas papan titian, berjalan berjijit |
Gambar 5.5
bagan contoh aplikasi model connected dalam pengembangan fisik dan motorik
Hasil
belajar: dapat menggambar sederhana
indikator: menggambar bebas dengan berbagai media |
menggambar dan mewarnai
Hasil
belajar: dapat mewarnai gambar
indikator: mewarnai bentuk gambar sederhana |
Gambar 5.6
Bagan contoh aplikasi model connected dalam pengembangan seni
F. LANGKAH – LANGKAH PERANCANGAN CONNECTED MODEL
No
|
Konsep/
kemampuan
|
Bidang
Pengembangan
|
Hasil belajar
|
indikator
|
Kegiatan
|
1.
|
saling menghormati
|
sosial - emosional
|
Menunjukan rasa kepedulian
|
Menggunakan barang orang lain dengan hati- hati
|
|
|
|
|
Bersikap ramah
|
Berbahasa sopan dalam berbicara
|
Peralatan sesuai cerita ,misalnya gotong royong
membersih
|
|
|
|
Tumbuh sikap bekerja sama dan persatuan
|
Saling membantu sesame teman
|
Kan rumah
|
2.
|
Toleransi
|
Moral dan nilai agama
|
Mengenal macam-macam agama
|
Menyebutkan tempat-tempat ibadah
|
Guru bercerita tentang bermacam –macam agama dan
cara beribadah
|
|
|
|
Memiliki sopan santun dan mengucap salam
|
Tidak menggang u teman yang beribadah
|
Dan pakaian yang digunakan dalam beribadah tersebut.
|
3.
|
Dapat
berkomunikasi secara lisan
|
Bahasa
|
Mendengarkan dan memahami kata dan kalimat sederhana
|
Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi
ceritanya secra sederhana
|
Bercerita tanpa alat : guru bercerita tentang
seseorang tokoh yang mempunyai pengalaman
|
|
|
|
Mendengarkan dan membedakan bunyi suara,bunyi bahasa
,dan mengucapkannya
|
Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal
yang sama
|
Dengan baju selanjutnya guru meminta anak untuk Memceritakan
kembali
|
|
|
|
Mempelajari kosa kata yang diperlukan untuk
berkomunikasi sehari-hari
|
Bercerita menggunakan kata ganti aku atau saya
|
Dengan menggunakan kata”aku” kemudian dengan saya.
|
4.
|
Menyelidik lingkungannya
|
Kognitif
|
Mengenal benda di sekitarnya menurut bentuk ,jenis ,
dan ukuran
|
Mengenal kasar-halus berat-ringan
|
Meraba dan mengenali bahan baju: guru menyediakan
bermacam-macam baju dengan bahan yang
|
|
|
|
Mengenal konsep sains sederhana
|
Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika..
|
Berbeda-beda.
Guru menjelaskan masing-masing bahan baju sambil
menyuruh anak untuk merabanya.
|
|
|
|
Mengenal bentuk geometri
|
Menyebutkan dan menunjukan benda-benda berbentuk
|
Kemudian . guru menutup mata seorang anak dan
memintanya meraba dan menyebutkan apa yang dirasakannya
|
|
|
|
Mengenal ukuran
|
Mengukur panjang dengan langkah dan jengkal
|
Mereka menyebutkan bentuk geometri terdapat pada
baju,
|
|
|
|
Mengenal konsep matematika sederhana
|
Menyebutkan hasil penambahan dan pengulangan
|
|
5.
|
Berperan menjadi pesenam
|
Fisik dan motorik
|
Menggerakan tangan untuk kelenturan otot dan
koordinasi
|
Menangkap dan melempar bola besar-besar dari jarak
kira-kira 1-2 meter
|
Roleplay
Guru membawa baju senam untuk putra dan putri
anak-anak secara bergantian
|
|
|
|
Menggerakan jari tangan untuk kelenturan otot dan
koordinasi
|
Mengurus diri sendri dengan sedikit bantuan
|
Menggunakan baju tersebut sendiri dan berperan
sebagai pesenam,seperi berjalan di atas balok atau garis lurus
|
|
|
|
Menggerakan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan
dan koordinasi
|
Berjalan maju pada garis lurus, berjalan di atas
papan titian , berjalan ber jinjit
|
Akan melatih keseimbangan,
|
6.
|
Menggambar dan mewarnai
|
Seni
|
Dapat menggambar sederhana
|
Menggambar bebas dengan berbagai media
|
Menggambar dan mewarnai gambar. Anak diminta
menggambar macam-macam pakaian
|
|
|
|
Dapat mewarnai gambar
|
Mewarnai bentuk gambar sederhana
|
Sesuai contoh kemudian .mewarnai gambar tersebut
bebas.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
F. PELAKSANAAN CONNECTED MODEL
Setelah membuat tabel perencanaan kegiatan ,susunlah
kegiatan tersebut manjadi SKH. Cara penyusunannya ialah dengan mengambil dua
atau tiga kegiatan sebagai kegiatan inti untuk satu hari.misalnya, untuk hari
pertama kegiatan pembukaan adalah berdoa bersama,menyayikan lagu sesaui tema.
Kemudian ,sebagai kegiatan inti ambil kegiatan 1 (saling menghormati ) kegiatan
2 (toleransi). Penutup dapat masukkan gerak dan lagu sesuai tema dan berdoa.
kegiatan 2 (toleransi). Penutup dapat masukkan gerak dan lagu sesuai tema dan
berdoa.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Connected model
adalah model pengembangan kurikulum yang menggabungkan secara jelas satu topik
dengan topik berikutnya,satu konsep dengan konsep lainnya, satu kemampuan
dengan kemampuan lainnya, kegiatan 1 hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.
2.
Dalam kontek
pembelajaran TK, pengertian Connected model adalah model pengembangan kegiatan
pembelajaran yang menggabungkan secara jelas dua atau lebih hasil belajar
dengan indikator-indikator hasil belajar
yang sesuai, dalam satu bidang
pengembangan . model ini dapat digunakan pada awal guru akan menggunakan
pembelajaran terpadu.
3.
Kelebihan
Connected Model adalah guru akan dapat melihat gambaran yang menyuruh dan
kemampuan/ indicator yang digabungkan, sehingga kegiatan anak lebih terarah
untuk mencapai kemampuan tersebut.
4.
Kelemahan dari
Connected Model adalah model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh
karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan yang lain. selian itu,
model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relative mudah dilaksanakan
secara mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pendidikan Anak Usia
Dini, Depdiknas. 2007. Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini.
Universitas Negeri Jakarta: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar