TEORI
PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
v
Pengertian
Dilhat dari fungsinya, bahasa merupakan kemampuan
untuk berkomunikasi dengan orang lain. Terdapat perbedaan yang signifikan
antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk
komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat,
bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantonim atau seni. Sedangkan bicara adalah
bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan
paling penting serta paling banyak dipergunakan.
Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat
sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan
perkernbangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi
pada anak untuk belajar dan scbagainya. Orang tua sangat bertanggung jawab alas
kesuksesan belajar anak dan seyogyanya selalu berusaha meningkatkan potensi
anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapat
berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan melalui
berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu
yang terjadi di lingkungannya.
Bahasa
adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan scseorang
disimbolisasikan agar dapat mcnyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera
itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu
bertutur kata.
Teori Perkembangan Bahasa Anak.
Penelitian
yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa aank tentunya tidak terlepas dari
pandangan, hipotesis, atau teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah
telah mencatat adanya tiga pandangan atau teori dalam perkembangan bahasa anak.
Teori tersebuat adalah sebagai berikut:
A.
Teori Nativis
Pandangan ini diwakili oleh Noam Chomsky (1974). Ia
berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada anak-anak bersifat alamiah atau
nature. pandangan ini tidak berpendapat bahwa lingkungan punya pengaruh dalam
pemerolehan bahasa, melainkan menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian
biologis, sejalan dengan terbukanya kemampuan lingual yang secara genetis telah
di programkan.
Nativisme berpendapat bahwa selama
proses pemerolehan bahasa pertama, anak
sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah
diprogramkan. Jadi lingkungan sama sekali tidak punya pengaruh dalam proses
pemerolehan bahasa pertama (acquisition).
Para
ahli nativis berpendapat bahwa bahasa merupakan pembawaan dan bersifat alamiah
dan meyakini bahwa kemampuan berbahasa sebagaimana halnya kemampuan berjalan,
merupakan bagian dari perkembangan manusia yang dipengaruhi oleh kematangan
otak, beberapa bagian neurologis tertentu dari otak manusia memiliki hubungan
dengan perkembangan bahasa, sehingga kerusakan pada bagian tersebut dapat
menyebabkan hambatan bahasa.
Menurut
Chomsky , Howe, Maratsos (dalam miller, 1981) berpandangan bahwa ada
keterkaitan antara faktor biologis yang menekankan membentuk individu menjadi
makhluk linguistik dan perkembangan bahasa. Chomsky (dalam dworetzky, 1984)
mengembangkan toeri yang komplek tentang bahasa yang disebut transformation grammer theory. Menurut
Chomsky, arti dari kalimat atau kandungan semantik dalam kalimat berkaitan
dengan struktur yang lebih dalam yang merupakan bagian alat penguasaan bahasa.
Chomsky
(1974) mengatakan bahwa individu dilahirkan dengan alat penguasaan bahasa (Language Acquisition Device) LAD dan
menemukan sendiri cara kerja bahasa tersebut. Dalam belajar bahasa, individu
memiliki kemampuan tata bahasa bawaan untuk mendeteksi kategori bahasa tertentu
seperti fonologi, sintaksis dan sematik. Kaum nativis berpendapat bahwa
bahasa itu terlalu kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam
waktu singkat melalui metode seperti peniruan atau imitation. Alat ini yang
merupakan pemberian biologis yang sudah di programkan untuk merinci butir-butir
yang mungkin dari suatu tata bahasa. LAD dianggap sebagai bagian fisiologis
dari otak yang khusus untuk memproses bahasa, dan tidak punya kaitan dengan
kemampuan kognitif lainnya. Dan juga bahasa pertama
itu penuh dengan
kesalahan dan penyimpangan kaidah ketika pengucapan atau pelaksanaan bahasa
(performance). Manusia
tidak mungkin belajar bahasa
pertama dari orang lain seperti klaim skinner menurut chomsky bahasa hanya
dapat diuasai oleh manusia, karena:
1.
Perilaku bahasa adalah sesuatu yang
diturunkan (genetik), pola perkembangan bahasa berlaku universal, dan
lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam proses pematangan bahasa.
2. Bahasa dapat dikuasai
dalam waktu singkat , tidak bergantung pada
lamanya latihan seperti pendapat kaum behaviorisme.
Lenneberg
(1967) memiliki pendapat yang senada dengan ahli lain bahwa belajar bahasa
adalah berdasarkan pengetahuan awal yang diperoleh secara biologis. Para ahli
nativis menjelaskan bahwa anak dilahirkan dengan mekanisme atau kapasitas
internal sehingga dapat mengorganisasi lingkingannya dan mampu mempelajari
bahasa.
Para
ahli nativis menjelaskan bahwa kemampuan berbahasa dipengaruhi oleh kematangan
seiring dengan pertumbuhan anak. Pandangan para ahli nativis yang memisahkan antara
belajar bahasa dengan perkembangan kognitif dikritik berkenaan dengan kenyataan
bahwa anak belajar bahasa dari ligkungan sekitarnya dan memiliki kemampuan
untuk mengubah bahasanya jika lingkungannya berubah.
B. Teori
Behavioristik
Pandangan
ini diwakili oleh B.F Skinner, yang menekankan bahwa proses pemerolahan bahasa
pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang
diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasa bagi kaum behavioris dianggap
kurang tepat karena istilah bahasa itu menyiratlan suatu wujud, sesuatu yang
dimiliki atau digunakan, dan sesuatu yang di lakukan. Padahal bahasa itu
merupakan salah satu perilaku-perilaku manusia lainnya. Oleh karena itu, mereka
lebih suka menggunakan istilah perilaku verbal (verbal behavior), agar tampak
lebih mirip dengan perilaku kain yang harus dipelajari.
Menurut
kaum behavioris kemampuan berbicara dan memahami bahasa oleh anak diperoleh
melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif
dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses
perkembangan perilaku verbalnya. Kaum behavioris bukan hanya tidak mengakui
peran aktif si anak dalam proses penerolehan bahasa, malah juga tidak mengakui
kematangan anak. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya
latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Dan kemampuan yang sebenarnya dalam
berkomunikasi adalah dengan prinsip pertalian S-R (stimuls-respons) dan proses
peniruan-peniruan.
Para
ahli behavioristik berpendapat bahwa anak dilahirkan tanpa membawa kemampuan
apapun. Dengan demikian anak harus belajar melalui pengondisian daqri
lingkungan, proses imitasi, dan diberikan reiforcement
(penguat).
Para
ahli perilaku menjelaskan beberapa faktor penting dalam mempelajari bahasa
yaitu imitasi, rewart, reinforcement dan frekuensi suatu perilaku. Skinner,
(1957) memandang perkembangan bahsa dari sudut stimulus-respon, yang memandang
berpikir sebagai proses internal bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam
lingkungan. Bandura, (1997) memandang perkembangan bahasa dari sudut teori
belajar sosial. Hergenhahn, (1982) Ia berpendapat bahwa anak belajar bahasa
dengan melakukan imitasi atau menirukan suatu model yang berarti tidak harus
menerima penguatan dari orang lain.
Pandangan
behavioristik dikritik berkenaan dengan
kenyataan bahwa anak pada suatu saat dapat membuat suara-suara baru dalam awal perkembangan bahasannya, dan
dapat membentuk kalimat-kalimat baru yang berbeda dari yang pernah diajarkan
padanya.
C. Teori
Kognitif
Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu
bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkah salah satu di antara
beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi
oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih
mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan
kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.
Piaget
menegaskan bahwa stuktur yang kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang
diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu yang dipelajari dari lingkungan.
Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat dari interaksi yang terus menerus
antara tingkat fungsi kognitif anak dengan lingkungan kenahsaannya (juga
lingkungan yang lain).
Para ahli
kognitif berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa fator
seperti peran aktif anak terhadap lingkungan, cara anak memproses suatu
informasi, dan menyimpulkan struktur bahasa.
Menurut
Piaget (Hergenhahn, 1982), berpikir sebagai prasyarat berbahasa, terus
berkembang secara progresif dan terjadi pada setiap tahap perkembangan sebagai
hasil dari pengalaman dan penalaran. Perkembangan anak secara umum dan
perkembangan bahasa awal anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak , objek, dan kejadian yang
mereka alami dan menyentuh, mendengar, melihat, merasa, dan membau.
Menurut piaget
struktur yang kompleks itu bukan pemberian alam dan bukan sesuatu yang dipelajari
dari lingkungan melainkan struktur itu
timbul secara tak terelakkan sebagai akibat dari interaksi yang terus
menerus antara tingkat fungsi kognisi anak dengan lingkungan kebahasaannya.
Vygotsky
(1986), mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat
dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan. Vygotsky menggunakan
istilah zona perkembangan proximal (ZPD) untuk tugas-tugas yang sulit untuk
dipahami sendiri oleh anak. ZPD juga memiliki batas yang lebih rendah merupakan
tingkat masalah yang dipecahkan anak dan batas yang lebih tinggi merupakan
tingkat tanggung jawab ekstra yang dapatditerima anak dengan bantuan orang
dewasa.
Teori
kognitif dikritik berkenaan dengan pandangan bahwa bahasa memiliki pengaruh
yang kecil terhadap perkembangan kognisi . pendapat ini bertentangan dengan
penelitian yang membuktikan bahwa pengetahuan baru dapat diperoleh seseorang
melalui berbicara dan menulis.
Jika Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak
besar pengaruhnya pada proses pematangan bahasa, maka Piaget berpendapat bahwa
lingkungan juga tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelaktual anak.
Perubahan atau perkembangan intelaktual anak sangat tergantung pada
keterlibatan anak secara aktif dengan lingkungannya.
ü
Periode Perkembangan Bahasa Anak
Menurut study yang dilakuan sebelum tahun 1960,
minat bahasa anak mulai timbul pada dekade pertama abad ke-20 yang dipelori
oleh ilmuan di bidang psikologi ataupun pedagogi, antara lain W. Stern, W.
Preyer, dan G. Stumpf. Pada umumnya mereka mempelajari buku harian anak-anaknya
kemudian membandingkan hasilnya. Tombullah argumentasi-argumentasi mengenai
perolahan bahasa anak.
Pada periode sesudah tahun 1960 terjadi perubahan
yang cukup berarti. Disamping disebabkan karena munculnya banyak tokoh dengan
teori yang di bawanya, juga dikarenakan oleh kemajuan di bidang teknologi, seperti
adanya tape recorder, alat video, perhatian terhadap perkembangan bahasa anak
semakin meningkat. Dengan suatu alat, bahasa anakdapat diselidiki, dengan
merekam dan kemudian menganalisisnya. Tokoh-tokoh yang banyak melakukan
penyelidikan berkaitan dengan hal tersebut adalah W. Miller (1964), P. Menyuk
(1963), R. Brown (1964), dan Braine (1963).
M. Schaerleakens (1977) membagi fase-fase
perkembangan bahasa anak dalam empat periode. Perbedaan fase-fase ini
berdasrkana pada cirri-ciri tertentu yang khas pada setiap periode. Adapun
periode-periode tersebut sebagai berikut:
• Periode Prelingual (usia 0 - 1 tahun)
Disebut
demikian karena anak belum dapat mengucapkan ‘bahasa ucapan’ seperti yang
diucapkan orang dewasa, dalam arti belum mengikuti aturan-aturan bahasa yang
berlaku. Pada periode ini anak mempunyai bahasa sendiri, misalnya mengoceh
sebagai ganti komunikasi dengan orang lain. Contohnya baba,mama, tata, ayng
mungkin merupakan reaksi terhadap situasi tertentu atau orang tertentu sebagai awal
suatu simbolisasi karena kematangan proses mental pada usia 9-10 bulan.
Pada
periode ini, perkembangan yang menyolok adalah perkembangan comprehension,
artinya penggunaan bahasa secara pasif. Misalnya anak mulai bereaksi terhadap
pembicaraan orang dengan melihat kepada pembicara dan memberikan reaksi yang
berbeda terhadap suara yang ramah, yang lembut, dan yang kasar.
• Periode Lingual Dini (1 - 2,5 tahun)
Pada
periode ini anak mulai mengucapkan perkataannya yang pertama, meskipun belum
lengkap. Misalnya: atia (sakit), agi (lagi), itut (ikut), atoh (jatuh). Pada
masa ini beberapa kombinasi huruf masih sukar diucapkan, juga beberapa huruf
masih sukar untuk diucapkan seperti r, s, k, j, dan t. pertambahan kemahiran
berbahasa pada periode ini sangat cepat dan dapat dibagi dalam tiga periode,
yaitu:
a.
Periode kalimat satu kata (
holophrare)
Menurut aturan tata bahasa, kalimat satu kata
bukanlah suatu kalimat, karena hanya terdiri dari satu kata, tetapi para ahli
peneliti perkembangan bahasa anak beranggapan bahwa kata-kata pertama yang
diucapkan oleh anak itu mempunyai arti lebih dari hanya sekedar suatu ‘kata’
karena kata itu merupakan ekspresi dari ide-ide yang kompleks, yang pada orang
deawasa akan dinyatakan dalam kalimat yang lengkap.
Contohnya:
ucapan “ibu” dapat berarti:
Ibu
kesini! Ibu kemana? Ibu tolong saya!
Itu baju
ibu, Ibu saya lapar, dst.
Pada umunya, kata pertama ini dipergunakan untuk
member komentar terhadap obyek atau kejadian di dalam lingkungannya. Dapa
berupa perintah, pemberitahuan, penolakan, pertanyaan, dll. Bagaimana
menginterpretasikan kata pertama ini tergantung pada konteks waktubkata
tersebut di ucapkan, sehingga untuk dapat mengerti apa maksud si anak dengan
kata tersebut kita harus melohat atau mengobservasi apa yang sedang dikerjakan
anak pada waktu itu. Intonasi juga sangat membantu untuk mempermudah
menginterpretasikan apakah si anak bertana, member tahu, atau memerintah.
b.
Periode kalimat dua kata
Dengan bertambahnya perbendaharaan kata yang
diperolah dari lingkungan dan juga karena perkembangan kognitif serta
fungsi-fungsi lain pada anak, maka terbentuklah pada periode ini kalimat yang
terdiri dari dua kata.
Pada
umunya, kalimat kedua muncul pertama kali tatkala seorang anak mulai mengerti
suatu tema dan mencoba untuk mengekspresikannya. Hal ini terjadi pada sekitar
usia 18 bulan, dimana anak menentukan bahwa kombinasi dua kata tersebut
mempunyai hubungan tertentu yang mempunya makna berbeda-beda, misalnya makna
kepunyaan (baju ibu), makna sifat (hidung pesek), dan lain sebagainya.
c.
Kaimat lebih dari dua kata
Kalau ada lebih dari dua kata di bidang morfologi
belum terlihat perkembangan yang nyata, maka pada periode kalimat lebih dari
dua kata sudah terlihat kemampuan anak di bidang morfologi. Keterampilan
membentuk kalimat bertambah, terlihat dari panjangnay kalimat, kalimat tiga
kata, kalaimat empat kata, dan seterusnya. Pada periode ini penggunaan nahasa
tidak bersifat egosentris lagi, melainkan anak sudah mempergunakan untuk
komunikasi dengan orang lain, sehingga mulailah terjadi suatu hubungan yang
sesungguhnya antara anak dengan orang dewasa.
• Periode Diferensiasi (usia 2,5 - 5 tahun)
Yang
menyolok pada periode ini adalah keterampilan anak dalam mengadakan
diferensiasi dalam penggunaan kata-kata dan kalimat-kalimat. Secara garis besar
ciri umum perkembangan bahasa pada periode ini adalah sebagai berikut:
-
Pada akhir periode secara garis
besar anak telah menguasai bahasa ibunya, artinya hukum-hukum tatabahasa yang
pokok dari orang dewasa telah dikuasai.
-
Perkembangan fonologi boleh
dikatakan telah berakhir. Mungkin masih ada kesukaran pengucapan konsonan yang
majemuk dan sedikit kompleks.
-
Perbendaharaan kata sedikit demi
sedikit mulai berkembang.Kata benda dan karta kerja mulai lebih terdiferensiasi
dalam pemakaiannya, hal ini ditandai dengan penggunaan kata depan, kata gati
dank at kerja bantu.
-
Fungsi bahasa untuk komunikasi
benar-benar mulai berfungsi. Persepsi anak dan pengalamannya tentang dunia luar
mulai ingin dibaginya dengan orang lain, dengan cara memberikan kritik,
bertanya, menyuruh, membri tahu dan lain-lain.
-
Mulai terjadi perkembangan di
bidang morfologi, ditandai dengan munculnya kata jamak, perubahan akhiran,
perubahan kata karja, dan lain-lain.
• Perkembangan bahas sesudah usia 5 tahun
Dalam
periode ini ada anak dianggap telah menguasai struktur sintaksis dalam bahasa
pertamanya, sehingga ia dapat membuat kalimat lengkap. Jadi sudah tidak terlalu
banyak masalah. Menurut Piaget, pada periode ini perkembangan anak di bidang
kognisi masih berkembang terus sampai usia 14 tahun, sedangkan peranan kognisi
sanga t besar dalam penggunaan bahasa. Dengan masih terus berkembangnya
kognisi, dengan sendirinya perkembangan bahasa juga masih berkembang.
Ada beberapa penelitian tentang perkembangan bahasa
sesudan usia 5 tahun, antara lain penelitian yang dilakukan oleh A. Karmiloff
Smith yang menyelidiki bahasa anak-anak sekolah (1979) yang menyatakan bahwa
antara usia 5 – 8 tahun muncul cirri-ciri baru yang khas pada bahasa anak,
yaitu kemampuan untuk mengerti hal-hal yang abstrak pada taraf yang lebih
tinggi. Baru kemudian sesudah anak usia 8 tahun bahasa menjadi alat yang
betul-betuk penting baginya untuk melukiskan dan menyampaikan pikiran.
Dalam bidang semantic terlihat kemajuan-kemajuan
yang tercermin pada penambahan kosa kata, dan penggunaan kata sambung secara
tepat. Tetapi aturan sintaksis khusus untuk pembuatan kalimat konteks baru
dikuasai secara bertahap antara usia 5 – 10 tahun. Selanjutnya pada usia 7
tahun baru dapat menggunakan kalimat pasif, maksudnya mengerti aturan-aturan
tatabahasa mengenai prinsip-prinsip khusus, bertidak ekonomis dalam
mengungkapkan sesuatu serta menghindari hal-hal yang berlebihan. Sampai SMP
keterampilan bicara lebih meningkat, sintaksis lebih lengkap dengan
variasi-variasi struktur dan variasi-variasi kata, baik kekomplekan kalimat
tulis maupun lisan.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa:
1.
Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara
ketimbang anak yang tidak sehat, karena motivasinya lebih kuat untuk menjadianggauta
kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggauta kelompok tersebut. Apabila
pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus menerus, maka anak
tersebut cenderungakan mengalami kelambatan atau kesulitan dala perkembangan
bahasannya.
2.
Intelegensi
Anak yang memiki kecerdasan tinggi belajar
berbicara lebih cepat dan memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul
ketimbang anak yang tingkat kecerdasannya rendah.
3. Status
Sosial Ekonomi Keluarga
Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan
bahasa dengan hal ini menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin
mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan anak yang
berasal dari keluargayang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan
oleh perbedaan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang
memperhatikan)perkembangan bahasa anaknya atau kedua-duanya (Hetzer &
Raindrorf dalam E. Hurlock, 1956).
4. Jenis
Kelamin
Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan
vokalisasi antara laki-laki dan perempuan. Namun mulai usia dua tahun, anak
perempuan menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari pada anak pria. Pada
setiap jenjang umur, anak laki-laki lebih pendak dan kurang betul
tatabahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya kurang
tepat ketimbang anak perempuan.
5.
Hubungan Keluarga
Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman
berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan
orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa dengan anak.
Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak memfasilitasi perkembangan bahasa
anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat menakibatkan anak akan mengalami
kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan bahasanya.
Hubungan
yang sehat itu bisa berupa sikap orang tua yang keras\kasar, kurang kasih
sayang dan kurang perhatian untuk memberikan latihan dan contohdalam berbahasa
yang baik kepada anak, maka perkembangan bahasa anak cenderung akan mengalami
stagnasi atau kelainan. Seperti gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam
mengungkapkan kata-kata, merasa takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata
yang kasar atau tidak sopan.
6.
Keinginan Berkomunikasi
Semakin
kuat keinginan untuk berkomunikasi dengan orang lain, semakin kuat motivasi
anak untuk belajar berbicara, dan semakin bersedia menyisihkan waktu dan usaha
yang diperlukan untuk belajar.
7.
Dorongan
Semakin
banyak anak didorong untuk berbicara, dengan mengajaknya bicara dan didorong
menanggapainya, akan semakin awal mereka belajar berbicara dan semakin baik
kualitas bicaranya.
8. Ukran
Keluarga
Anak tunggal atau anak dari keluarga kecil biasanya
berbicara lebih awaldan lebih baik ketimbang anak dari keluarga besar. Karena
orang tua dapat menyisahkan waktu yang lebih banyak untuk mengajarkan anaknya
berbicara.
9. Urutan
Kelahiran
Dalam keluarga yang sama, anak pertama lebih unggul
ketimbang anak yang lahir kemudia. Hal ini karena orang dapat menyisihkan
waktunya lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama
dalam belajar berbicara ketimbang untuk anak yang lahir kemudian.
10.
Metode Pelatihan Anak
Anak-anak yang dilatih secara otoriter yang
menekankan bahwa ”anak harus dilihat dan didengar” merupakan hambatan belajar.
Sedangkan pelatihan yang memberikan keleluasan dan demokratis akan mendorong
anak untuk belajar.
11.
Kelahiran Kembar
Anak yang lahir kembar umumnya terlambat dalam
perkembanga bicaranya terutamakarena mereka lebih banyak bergaul dengan saudara
kembarnya dan hanya memahamilogat khusus yang mereka miliki. Hal ini melamahkan
motivasi mereka untuk belajar berbicara agar orang lain dapat memahami mereka.
12.
Hubungan Dengan Teman Sebaya
Semakin banyak hubungan anak dengan teman
sebayanya, dan semakin besar keinginan mereka untuk diterima sebagai anggauta
kelompok sebayanya akan semakin kuat motivasi mereka untuk belajar
berbicara.
13.
Keperibadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik
cenderungkemampuan bernicaranya lebih baik , baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif.
D.
Gangguan Dalam Perkembangan Berbicara
Disamping
faktor tersebut terdapat beberapa gangguan yang harus diatasi oleh anak dalam
rangka belajar berbicara, antara lain:
• Tangisan yang berlebihan
Tangisan
yang berlebuhan dapat menimbulkan gangguan pada fisik, antara lain berupa
kurangnya energi, sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak
fit. Dan gangguan psikis anak yaitu berupa perasaan ditolak atau tidak
dicintai.
• Anak sulit memahami pembicaraan orang lain
Sering
kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan. Hal ini disebabkan kurangnya
perbendaharaan kata pada anak dan orang tua yang sering kali berbicara sangat
cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi
keluarga yang menggunakan dua bahasa, anak akan lebih banyak mengalami
kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal
dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari sebab kesulitan
bahasa anak dalam memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau
membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengartikan suatu
pembicaraan.
v
KESIMPULAN
Setiap manusia mengawali komunikasi dengan dunia
sekitarnya melalui bahasa tangis. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta
kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi
tersebut makin meningkat dan meluas. Dilhat dari fungsinya, bahasa merupakan
kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan
bahasa aank tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis, atau teori
psikologi yang dianut. Mengenai hal ini terdapat beberapa toeri tantang
perkembangan Bahasa, diantaranya toeri natavisme, kognitivisme, dan
behaviorisme.
Perkembangan
bahasa terbagi atas tiga periode, yaitu periode prelingual, periode lingual
dini dan periode diferensiasi. Mulai periode linguistik dini inilah anak mulai
mengucaokan kata-kata yang pertama yang merupakan saat paling menakjubkan bagi
orang tua.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
bahasa antara lain kesehatan, kecerdasan, keadaan sosial ekonomi, jenis
kelamin, keinginan berkomunikasi, dorongan, ukuran keluarga, urutan kelahiran,
metode pelatihan anak, kelahiran kembar, hubungan dengan teman sebaya, dan
kepribadian.
Terdapat
beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak dalam belajar berbicara,
antara lain disebabkan karena tangisan yang berlebihan dan kesulitan dalam
memahami isi pembicaraan orang lain bagi anak.
Daftar
Pustaka
Hurlock,
B. E. Perkembangan Anak. 1978. Jakarta: Erlangga.
Yusuf,
Syamsu. Psikologi Perkembangan. 2000. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mar’at,
Samsunuwiyati. Psikolinguistik . 2005. Bandung: Refika Aditama.
Chaer,
Abdul. Psikolingustik Kajian Teoretik. 2003. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar